Review Novel Rayendra karya Muhammad Rizaldi

Review Novel Rayendra karya Muhammad Rizaldi

Rayendra tidak tahu diri. Ibunya meninggal, ia malah tumbuh menjadi laki-laki pemabuk.

Terus terang saja, pada permulaan novel, saya benci Rayendra. Seharusnya, ia senantiasa mengirim doa kepada almarhumah ibunya. Bukan tumbuh menjadi anak penenggak alkohol!

Kebencian terhadap Rayendra semakin tinggi saat saya merasakan betapa hangat sisi humanis keluarganya. Mulai dari kakak-kakaknya, ayahnya, neneknya, hingga omnya. Saya rasa, ia tidak layak mendapatkan kasih sayang yang begitu besar dari keluarganya dibalik sikapnya yang nakal.

Selain benci, saya juga iri. Dari sudut pandang saya sebagai laki-laki, bisa-bisanya si bandel Rayen (nama panggilannya) disukai banyak gadis.

Akan tetapi, baik itu rasa benci atau iri dari POV saya sebagai pembaca, jujur saya respect setelah membaca seluruh kisah hidup Rayen. Terlebih lagi, respect juga kepada Muhammad Rizaldi yang telah menciptakan tokoh novel yang kuat banget karakterisasinya.

Penasaran gambaran isi novel ini seperti apa?

Simak ulasan berikut ini…

Baca Juga: Review Novel Isabel Storm

Review Novel Rayendra karya Muhammad Rizaldi

Deskripsi Buku

Judul : Rayendra
Penulis : Muhammad Rizaldi
ISBN : 978-623-385-380-4
Penerbit : Ellunar Publisher
Isi : 250 Halaman
Tahun Terbit : Juni 2023
Jenis/Kategori : Novel/ Fiksi

Novel ini terdiri dari 17 judul bab. Pada pembuka novel, penulis mengenalkan tokoh utama. Mulai dari nama lengkap, nama-nama keluarga, sifat, hobi, dan masih banyak lagi. Uniknya, latar cerita diangkat pada 90-an.

Membaca opening novel ini, terutama pada dua judul bab awal, saya terhibur oleh kelakukan dua kakak kandung Rayen; Dzaka dan Afra. Keduanya susah akur. Layaknya anjing saat bertemu kucing.

Novel dengan tebal 250 halaman ini saya khatamkan selama empat hari. Saya membagi waktu baca per hari 61 halaman. Dan, setiap hari, selalu saja dikejutkan oleh berbagai macam cerita yang tidak saya duga.

Gambaran Novel Rayendra

Berkenalan dengan Rania

Novel ini tidak hanya menceritakan tentang keluarga tokoh utama. Namun, sama halnya dengan beberapa novel yang pernah saya review, juga ada kisah asmara di dalamnya. Adalah Rania; perempuan yang bikin Rayen jatuh hati.

Perempuan beralis hitam tebal, berbulu mata lebat, dan memiliki bentuk bibir pointy natural sukses membuat si dingin Rayen kasmaran. Andai saja tokoh Rania tidak ada, maka novel ini hanya bertema keluarga saja.

Rania lah yang membuat saya—sebagai pembaca—semangat untuk merampungkan novel ini. Tapi, sialnya, gaya cerita Muhammad Rizaldi tidak to the point membahas Rania terus, penulis asal Sumatera Utara ini malah bercerita wanita-wanita lain yang menyukai Rayen—yang bagi saya—agak memusingkan peran para wanita tersebut untuk apa.

Berperan sebagai orang ketiga, bukan. Berperan sebagai pengganggu hubungan Rayen dengan keluarganya, juga bukan. Malah terlalu memperlihatkan ketampanan Rayen yang disukai banyak wanita.

By the way, Rania anak tunggal. Di rumahnya, ia hanya tinggal dengan ibunya. Sementara itu, ayahnya sudah meninggal sejak lima tahun lalu (atau saat Rayen mengenal Rania).

Rania, wanita yang galak. Banyak laki-laki yang ketakutan ketika mendekatinya. Setidaknya, itu kata ibu Rania. Namun, di balik galaknya tokoh novel wanita asal Jakarta ini, ada satu sisi yang menarik perhatian Rayen; adalah senyumnya.

Pertemuan Rayen dengan Rania sendiri terbilang unik bak sinetron. Tapi, saya, sebagai pembaca yang menyukai “part” pertemuan mereka, tentu tidak ingin saya jelaskan di sini. Kamu harus order novel ini untuk mengetahuinya.

Kehilangan Ayah

Perlu diketahui bahwa, alasan saya ingin mereview novel ini karena saya tertarik membaca penjelasan singkat gambaran isi novel yang terletak di belakang sampul (disebut dengan; blurb).

Pada bagian blurb, penulis menyampaikan, “Tuhan merebut ibuku sebelum bola mataku berfungsi mengamati keindahannya. Tuhan juga merebut ayahku sebelum aku siap menjadi petarung hidup.”

Benar saja, Rayen ini ditinggal wafat oleh ibunya sejak tiga bulan kelahirannya. Nahas, ayahnya juga meninggal dunia setelah Rayen tumbuh dewasa. Kanker paru-paru penyebab ayah Rayen meninggal.

Setelah sang ayah tiada, Rayen terpaksa tidak melanjutkan kuliah di Jakarta. Dan itu artinya, ia kesulitan bertemu dengan Rania. Mereka hanya bisa mengabari satu sama lain melalui pos surat.

Baca Juga: Review Buku The Power for MERANTAU

Malangnya Nasib Rayendra

Bayangkan, betapa malangnya nasib Rayendra Putra. Setelah orang tuanya meninggal, lalu gadis menawan yang hampir dipiningnya pun menyusul ke alam kematian. Dan malangnya lagi, surat cinta yang ia kirim hanya berhenti mengunjungi pos. Ah!

Pertanyaannya, apakah kamu dapat merasakan rasa sakit yang diterima oleh Rayendra?

Jujur, saya sangat merasakannya.

Beberapa Hal yang Saya Pelajari setelah Membaca Novel Rayendra

Ada beberapa hal yang dapat saya pelajari setelah membaca novel ini. Pertama, novel bertema keluarga yang kemudian dibumbui juga dengan tema asmara, ternyata asyik juga.

Namun, jelas, ini tergantung bagaimana penulis menyampaikan cerita. Dan, Rizaldi, termasuk novelis yang mampu mengemas dua tema tersebut saling terikat satu sama lain. Sehingga, cerita berjalan seru.

Kedua, saya pribadi sebenarnya kurang suka ketika membaca novel banyak tokoh di dalamnya. Namun, pada novel ini, tiap tokoh justru memiliki karakter yang kuat sehingga mudah diingat.

Afra misalnya, kakak perempuan Rayendra yang memelihara kucing. Dzaka, kakak laki-laki Rayendra yang tegas dan agak gengsian. Begitu juga dengan Om Ilal, Andi, ibunya Rania, dan juga kawan-kawan Rayendra.

Maksud saya, seorang novelis sah-sah saja menciptakan banyak tokoh, asalkan tiap tokoh dikasih ciri khas. Sehingga, tipe pembaca seperti saya jadi gampang mengenal satu per satu tokoh novel yang dibuat penulis.

Lagi-lagi, Rizaldi punya kelebihan di situ. Sehingga, saya menikmati tokoh-tokoh novel yang ia ciptakan.

Ketiga, andai saja kemampuan menulis Rizaldi kacau, saya yakin novel ini tidak akan seru. Tapi, berhubung kemampuan menulisnya di atas rata-rata, jadi enak aja gitu saat membaca novel ini.

Nah, berhubung novel Rayendra enak atau nyaman dibaca, berikut wawancara Vanesha dengan Muhammad Rizaldi.

Wawancara Kami dengan Muhammad Rizaldi

Vanesha: Boleh diceritakan nggak suka menulis sejak kapan? Novel ini terbilang nyaman dibaca, Mas.

Rizaldi: Saya suka menulis sejak usia 18 tahun. Hanya menulis cerita-cerita pendek saja, seperti cerita kolor hijo yang sempat terjadi dikampungku, pria misterius yang gemar memburu janda, dan perawan tua, kata mereka.

Vanesha: Nasib Rayendra ini malang sekali, Mas. Apakah cerita diambil dari kisah nyata Mas sendiri? Meski Rayendra dan Mas Rizaldi memang beda tahun lahir, sih, hehe

Rizaldi: Itu hanya fiksi, dan sebut saja 30% bagian ceritanya saya ambil dari dunia nyata.

Vanesha: Saya punya alasan aneh mengapa Rania jatuh cinta kepada Rayendra. Mungkin, salah satunya, disebabkan karena Rayen udah bantu ibu Rania. Tapi oke, ini mungkin dianggap aneh lah.

Nah, kira-kira, menurut Mas sendiri sebagai penulis, mengapa Rania bisa jatuh cinta kepada Rayen? Soalnya di dalam novel ini seolah tidak ada alasan/pembuktian yang jelas, tiba-tiba Rania suka, bahkan jatuh cinta sama Rayen. Apa karena Rayen tampan, kah???

Rizaldi: 30% yang saya ambil dari kisah nyatanya adalah, tentang pertemuan unik dan sedikit aneh yang mungkin orang menganggap hal itu adalah pertemuan hal umum seperti sinetron pada umumnya. Dan saya sebagai penulis harus memperjelas bagian hal tersebut bahwa gaya pertemuan mereka sangat unik dan nyata.

Dan untuk soal mengapa Rania jatuh cinta, yaaa..karena Rayendra tipe lelaki yang terlihat percaya diri dari penampilannya, walau sebenarnya Rayendra adalah lelaki yang amatiran dan Rayendra juga terkesan santai dan tak ingin bersikap berlebihan, tak seperti pria pada umumnya yang tampak ilfeel jika mendekati wanita yang ia sukai, lalu memulai bualan gombalan-gombalannya yang sangat memuakkan itu.

Sebut saja Rayendra lebih berbeda di mata Rania, hingga membuat ia jatuh hati. Dan, satu lagi, kamu tahu? Rayendra itu pria tampan yang memiliki tahi lalat di keningnya, mungkin itu sebagai tambahan yang membuat Rania jatuh hati pada Rayendra.

Maaf saya tidak menjelaskan bagaimana Rania jatuh hati kepada Rayendra secara detail dalam isi novel ini. Karena jika novel ini sukses, saya akan membuat novel versi Rania-nya, dan di situlah kita tahu mengapa Rania mencintai Rayendra. Dan 40%, saya sudah mengatakannya melalui interview ini.

Vanesha: Oke. Kisah Rayen ini sampai di sini saja, kah? Maksudnya, apa ada sekuelnya? Misal, Rayen menikah dengan siapa gituuu…setelah Rania meninggal. Ini memang fiksi, tapi jika ada lanjutannya akan menarik…

Rizaldi: Untuk soal perjalanan hidup Rayendra selanjutnya, saya belum kepikiran, dan jika buku Rayendra memiliki penikmat yang banyak, saya hanya berfikir membuat versi Rania-nya. Saya rasa ini jauh lebih menyedihkan dan sangat tragis.

Vanesha: Pertanyaan terakhir, niat Mas Rizaldi menulis novel ini untuk koleksi pribadi atau untuk diperjualbelikan?

Rizaldi: 20% untuk koleksi pribadi, 80% untuk diperjualbelikan hanya untuk memberikan hiburan bagi banyak orang melalui tulisan-tulisan saya.

Penutup

Berhubung 80% novel ini untuk diperjualbelikan, maka kamu dapat mengorder novel Rayendra melalui akun Instagram @rizaldipulungan_ atau hubungi Elluar Publisher.

Sekian.

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url