Review Novel Karsa Semesta karya Mahatism

Review Novel Karsa Semesta karya Mahatism

Mengambil latar sebuah desa di kawasan Bontang, kisah belia bernama Lala baru saja dimulai.

Sosok Lala dideskripsikan sebagai remaja yang alim, cakap, tumbuh di tengah keluarga yang harmonis, serta memiliki passion di bidang menggambar (lebih tepatnya membuat komik).

Kisah dengan alur maju ini dikemas secara runtut dengan judul Karsa Semesta. Menyajikan delapan belas judul bab, novel ini dibumbui dengan romansa serta ada beberapa konflik di dalamnya. Saya yakin pembaca akan turut merasakan betapa dilematisnya seorang Lala.

Baik, untuk melihat gambaran dan tanggapan saya mengenai novel Karsa Semesta, simak ulasan berikut ini.

Baca Juga: Review Buku Purakarasa

Review Novel Karsa Semesta Karya Mahatism

Deskripsi Buku

Judul : Karsa Semesta
Penulis : Mahatism
ISBN : 978-623-7967-74-3
Penerbit : Kaneomedia (CV. Pena Borneo)
Isi : viii, 178 halaman
Tahun Terbit : Desember 2021
Cetakan : Pertama
Jenis/Kategori : Novel/ Fiksi

Gambaran Umum Novel Karsa Semesta

Dikisahkan seorang belia bernama Lala sedang menikmati vibes Hari Raya Idul Fitri bersama keluarganya. Tanpa diduga, seorang pria muda bertamu ke rumahnya.

Lala terkejut saat mengetahui pria itu merupakan teman Abi—ayah Lala—dan bertugas sebagai guru di sekolahnya.

Sebut saja Pak Andra. Guru muda yang dituturkan di awal cerita. Ia bertugas sebagai guru matematika di kelas 12 IPS. Di sisi lain, Lala sudah kepalang malu sebab menganggap Pak Andra ini teman sebayanya.

Tentu tidak hanya Lala. Semua teman-temannya juga menilai Pak Andra terlalu muda untuk menjadi seorang guru.

Dalam novel ini, banyak momen yang menurut saya cukup out of the box. Dimulai dari Lala yang terpaksa bersembunyi di atas pohon mangga demi menghindar dari Pak Andra, sampai ada momen dimana Lala memperbaiki motor Pak Andra yang mogok.

Seiring berjalannya waktu, Lala menyadari fitrahnya sebagai manusia. Jatuh cinta.

Saya turut merasakan betapa menggelikannya saat kupu-kupu beterbangan di perut. I feel you, Lala.

Tentu, kisah tak selamanya berjalan mulus. Lala diterpa isu yang tak mengenakan, sampai-sampai ia mendapat intimidasi dari beberapa temannya. Ia pun mulai membatasi diri dari Pak Andra.

Tak cukup sampai di sana, Pak Andra juga dikabarkan sudah menikah, dan memilih resign dari sekolah. Kabar itu tidak hanya mematahkan hati Andramania—fanbase Pak Andra—tetapi juga Lala.

O ya, pada kisah ini, jangan lupakan Rosyid, sang ketua Rohis yang selalu ada di sisi Lala. Sebelum masa putih abu berakhir, Rosyid sempat mengutarakan perasaannya pada Lala. Sayang, perasaannya bertepuk sebelah tangan.

Ok. Life must go on.

Lala tumbuh sebagai seorang komikus dan mahasiswi di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Mulawarman. Ia sudah tidak lagi mendengar kabar tentang Pak Andra. Hingga pada suatu waktu, semesta menakdirkan mereka bertemu kembali.

Pada kisah keenam belas, penulis membeberkan informasi bahwasanya selama ini, Pak Andra sedang mengenyam pendidikan magister di Al-Azhar University, Mesir.

Lalu, terkait kabar menikah, ternyata itu hanya foto berdua dengan adik kandungnya, bukan istrinya. Dengan kata lain, ia masih single, belum pernah menikah.

Singkat cerita, tepat di hari raya Idul Fitri, seperti déjà vu, Pak Andra kembali berkunjung ke rumah Lala. Kali ini bersama keluarganya.

Benar, mereka ditakdirkan bersama.

Wait a minute… kenapa tiba-tiba muncul Rosyid di ambang pintu rumah Lala?

Saya sampai membaca kembali beberapa paragraf sebelumnya, khawatir ada momen yang terlewat. Nope. Saya tidak menemukan apapun. Penulis berhasil membuat saya overthinking.

Apakah kehadiran Rosyid ingin menegaskan kembali perasaannya pada Lala atau bagaimana?

Pada bagian akhir, Epilog, saya menemukan jawaban dari “kasus” Rosyid. Ternyata, tujuan Rosyid datang ke rumah Lala, hanya untuk menyampaikan undangan pernikahan dirinya dengan seorang perempuan bernama Hanifah.

Sebagai pemungkas, novel ini diakhiri dengan puisi Gradasi - Persembahan Cinta.

Baca Juga: Review Novel Isabel Storm

Topik dalam Novel Karsa Semesta

Terdapat delapan belas bahasan yang disajikan dalam novel ini, diantaranya:

1) Tamu Pertama di Hari Raya
2) Penyewa Rumah Depan
3) Guru Baru Kelas Dua Belas
4) Terciduk!
5) Tarum Aranila
6) Satu Pesan
7) Pip-pip-pip!
8) Kupu-kupu di Perutku
9) Hari Es Campur
10) Psst…Gosip Baru, Nih!
11) Bukan untuk Saat In
12) Andramania - Geng Patah Hati
13) The Last Rendezvous
14) Serpihan Kenangan
15) What the End of This Story
16) Bisakah Aku Mengatakannya, Guruku?
17) Ketupat Potong Empat
18) Epilog.

Pemeran

Nama-nama yang turut memeriahkan novel ini, ialah:

1. Lala (Tarum Aranila)
2. Pak Andra (Kalandra Qiyas Lazuardi)
3. Ummi dan Abi Lala
4. Adik-adik Lala: Dipa dan Vikal
5. Sahabat Lala: Delia, Ranti, Risa
6. Teman sekelas Lala: Mitha, Reza, Zaidan, Dini, Shela, Tita, Mardi, Udin, Heni, Deni, Janet
7. Teman Rohis Lala: Rosyid, Ardi, Dwi, Raisa
8. Sepupu Lala: Kak Arin
9. Anaknya Kak Arin: Zahra
10. Guru SMA Pelita Bangsa: Pak Fatah, Pak Shobirin, Pak Ezra, Bu Tanti, Pak Wisnu, Bu Alifah
11. Troublemaker: Ayah Abe, Si Jabrik, Si Anting, Si Tato
12. Paman dan Tante Andra: Pak Abdullah, Bu Aisyah

Pandangan Reviewer Terkait Novel Karsa Semesta

Kisah dalam novel ini menggunakan alur maju yang sistematis dan gaya bahasa ringan. Dengan demikian, pembaca tidak akan kesulitan dalam mencerna isi novel ini.

Menggunakan sudut pandang orang pertama dengan kata ganti “aku”, penulis berhasil menonjolkan konflik yang hebat. Saya selaku pembaca sekaligus reviewer acap kali berdecak kagum melihat beberapa momen yang dikemas secara menarik.

Pada segi dialog, penulis menyisipkan beberapa topik edukatif. Let’s say saat Pak Andra membahas soal minat, bakat, hingga passion. Namun, di sisi lain, saya menilai dialog terlalu kaku untuk ukuran novel teenlit. Barangkali bisa menggunakan kosakata yang sedang hype dan lebih relate dengan kehidupan remaja.

Sementara itu, pada segi pendeskripsian, saya sangat menyukai cara penulis mendeskripsikan sesuatu. Lebih tertata dan utuh. Misal pada kondisi rumah Pak Andra, digambarkan karpet motif boho, bean bag monokrom, dan ratusan buku.

Bagaimana bisa penulis mendeskripsikan hal-hal demikian secara detail?

Luar biasa!

Masih berkaitan dengan deskripsi, ada satu hal yang saya sorot. Sebenarnya, it’s not a big deal. Tapi mari kita bahas sedikit.

Saat sosok Pak Andra yang berkali-kali dikatakan mirip “Dana Darius”, seorang presenter acara masak-masak. Saya sampai searching di Google dengan keyword “Dana Darius”. Apa yang saya temukan? Seorang author bergender perempuan. Ok, correct me if I’m wrong.

I know, this is a fiction. Tapi barangkali boleh mengomentari, pembaca nampaknya akan lebih mudah memvisualisasikan tokoh jika ia dinilai mirip dengan seseorang yang famous atau setidaknya gampang dicari di internet.

Sekali lagi saya tekankan, ini bukan masalah besar. Entahlah, mungkin ekspektasi saya yang terlalu tinggi dan ingin memvisualisasikan sosok “Pak Andra” seperti “Dana Darius”.

But, overall, novel ini sangat bagus untuk dibaca. Selain menampilkan cerita yang menarik, novel ini juga mengandung nilai-nilai moril yang dapat dipetik.

Wawancara dengan Penulis Mahatism (Miana Hatmawati Istiqomah)

Fitri Ayu: Saya takjub dengan cara Kakak mendeskripsikan hal-hal terkait Rohis. Selama duduk di bangku SMA, pernah terjun juga ke ekstrakulikuler Rohis?

Miana: Iya kak, sewaktu SMA saya memang aktif di organisasi Rohis.

Fitri Ayu: Sosok Lala terinspirasi dari siapa, Kak?

Miana: Sosok Lala awalnya terinspirasi dari salah satu teman saya kak, ditambah dengan imajinasi sendiri. Memang penceritaannya memakai kata ‘aku’, tapi ini murni fiksi. Beberapa terinspirasi juga dari film.

Fitri Ayu: Sejujurnya, saya kagum sekaligus penasaran, mengapa Kakak bisa melahirkan banyak tokoh dalam novel ini? Lalu, apakah pada prosesnya ada kesulitan dalam menamai setiap pemeran?

Miana: Iyaa kak karena saya ingin membuat pembaca seperti seolah merasakan kehidupan sehari-hari langsung, apalagi para remaja cewek. Pasti waktu SMP atau SMA punya geng sahabat, apalagi kalau gabung di organisasi pasti kenal dengan lebih banyak orang. Alhamdulillah tidak ada kesulitan untuk menamai setiap pemeran karena memang suka ngarang-ngarang nama.

Fitri Ayu: Saat Lala masih SMA, kok kepikiran sih Kak bikin cerita seolah-olah Andra sudah menikah?

Miana: Wkwkwk biasanya, kan, remaja cewek banyak curhat-curhatan tuh kak. Aneka ragam lah kisah percintaannya. Nah, saya mau mengangkat kisah dari sudut pandang orang ketiga dalam sebuah hubungan *eh? yang akhirnya bisa mengontrol perasaannya karena tahu batasan norma dan agama. Jadi pelajaran juga buat para remaja yang memang biasanya masih labil-labilnya wkwk…

Cuma karena ini cerita islami, maka bukan status pacaran. Tapi lebih serius lagi, sudah dalam status pernikahan.

Fitri Ayu: Kak, apakah ada kemungkinan bikin lanjutan cerita tentang after marriage-nya Andra sama Lala?

Miana: Kayaknya nggak, deh, Kak. Kalau pun mau nulis lagi, mau cerita yang baru.

Fitri Ayu: Terkait dunia menulis, dari mana sih belajarnya? Apa Kak Mia menganggap menulis sudah menjadi bakat atau mungkin hobi saja?

Miana: Pertama awalnya dari SD sudah hobi baca buku dan nulis, tapi nulisnya di buku diary (ketahuan umurnya wkwk) tapi belum kepikiran nulis fiksi. Akhirnya waktu SMP di pesantren kan nggak ada hiburan tuh kak nggak boleh bawa hp, cuma bisa baca buku novel aja.

Terus ada salah satu kakak kelas yang senang nulis bikin cerita fiksi dan saya adalah pembaca setianya. Lama kelamaan kok mbaknya itu nggak nulis lagi dan saya tanya, katanya sibuk belum sempat nulis, akhirnya saya nyoba mulai nulis cerita sendiri 😁

Pertama cuma teman-teman di pesantren yang baca. Lama kelamaan beranikan diri ikut lomba-lomba kepenulisan, itu yang bikin jadi ketagihan nulis fiksi juga kak.

Kalau menurut saya sudah jadi bakat karena menurun dari bapak, cuma bakat yang jarang diasah yaaa percuma. Untungnya hobi baca buku jadi mendukung agar bakat itu bisa terasah.

Fitri Ayu: Bagaimana pandangan suami ketika melihat istrinya berkarya (sudah menulis buku sendiri). Apakah suami membaca karya istrinya? Atau bagaimana?

Miana: Suami sudah baca kak. Alhamdulillah responnya positif dan mendukung banget 🥰. Suami pastinya ikut bangga kak karena saya masih bisa berkarya meskipun sudah menikah 😊 Risiko jadi penulis fiksi kak, pasangannya dilarang baper wkwkwk 😁

-

Itulah ulasan lengkap novel Karya Semesta. Penulis novel ini dapat kamu hubungi melalui Instagram @mahatism.

Reviewer: Fitri Ayu Febrianti

BACA JUGA: Review Buku The Power for MERANTAU
Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url