Review Novel Isabel Storm karya Imel Rebecca

Review Novel Isabel Storm karya Imel Rebecca

Kendati bersifat fiktif, namun ada kepuasan tersendiri saat novel berhasil menghipnotis para pembaca untuk ikut “terjun” ke dalam alur kisahnya.

Begitupun dengan novel Isabel Storm karya Imel Rebecca. Novel dengan sampul yang didominasi warna merah ini dikemas dengan alur yang apik serta gaya bahasa kekinian.

Menurut saya, novel berjudul Isabel Storm tidak sekadar memanjakan pembaca dengan kisah romance, tetapi juga ada struggle di dalamnya.

Kisah yang disajikan dalam novel ini membuat kita lebih mengerti arti dari memaafkan, menerima, dan melanjutkan hidup. Mungkin “badai”-nya berbeda, namun penulis mengingatkan kita bahwa akan ada pelangi setelah hujan. Life must go on.

To be honest, saya sangat suka bagaimana penulis mengemas kisahnya dalam alur yang apik, bahasa yang ringan, serta detail cerita yang ciamik.

Let’s say, lagu classic yang dibahas dalam novel, seperti Moonlight Sonata - Beethoven dan Raindrop – Chopin. Selain itu, kisah-kisah yang diangkat cukup relate dengan kehidupan.

Baik, untuk melihat gambaran umum novel Isabel Storm, simak ulasan berikut ini.

Baca Juga: Review Buku Purakarasa karya Ayub Rohede

Review Novel Isabel Storm karya Imel Rebecca

Deskripsi Buku

Judul : Isabel Storm
Penulis : Imel Rebecca
ISBN : 978-623-8040-28-5
Penerbit : CV Mega Press Nusantara
Isi : vii, 88 halaman
Tahun Terbit : November 2022
Jenis/Kategori : Novel/ Fiksi

Disclaimer, Isabel Storm bukan cerita tentang badai yang pernah melanda daerah pantai Florida tahun 1985 dan daerah Virginia di Amerika pada tahun 2003. Namun, novel ini merupakan karya fiksi sederhana yang menceritakan kehidupan wanita bernama Isabel Soebranata. Novel yang terdiri dari enam chapter ini mengusung setting tempat Jakarta dan Bali.

Novel Isabel Storm menggunakan sudut pandang orang pertama, dengan kata ganti “aku”. Menggunakan alur campuran, novel ini berhasil menciptakan plot twist yang hebat.

Selain itu, tokoh-tokoh yang terlibat diantaranya Isabel sang pemeran utama; Isaac, sepupunya Isabel; Pandu, sang pianis sekaligus teman masa kecilnya Isabel dan Isaac; Mba Nanda, kakak perempuannya Isabel; Lewis, suami Mba Nanda; dan beberapa tokoh lainnya seperti Bapak Isabel, Marcell, Mas Jarot, Dita, Saga, dan Bi Mira.

Chapter 1 Step to Move On

Pada awal cerita, penulis sangat detail mendeskripsikan setting tempat, waktu, dan suasana. Digambarkan sore itu hujan turun dengan derasnya. Isabel, seorang wanita pluviophile sedang menatap rintikan air sembari teringat hubungannya yang kandas dengan seorang pria bernama Marcell.

Saat masih menjalin asmara dengan pria itu, Isabel kerap mendapat kekerasan verbal yang malah memberikan efek domino pada kehidupannya. Menyadari dirinya terjebak dalam toxic relationship, Isabel memutuskan untuk berhenti.

Melalui chapter ini, pembaca seolah diingatkan bahwa tidak perlu memaksakan hubungan dan membiarkan diri menerima perlakuan kasar berulang kali. Fokuslah pada mencintai, menghargai, dan membahagiakan diri sendiri. Kita berhak bahagia. Kita berhak move on dari hal-hal yang menyakitkan.

Chapter 2 Saddest Day in Bali!

Pembaca akan diajak throwback pada kejadian setahun yang lalu. Saat Isabel liburan di Bali, ia bertemu dengan kakaknya, Mba Nanda. Keduanya saling bertukar cerita.

Isabel menceritakan kandasnya hubungan dengan Marcell, dan Mba Nana menceritakan rumah tangganya yang sedang di ujung tanduk. Kakak beradik ini berjuang mengobati patah hati dan menikmati “sister time” sembari men-distract pikiran masing-masing.

Namun, penulis ternyata sudah menyiapkan kejutan untuk pembaca. Suatu hari, Isabel dipertemukan dengan Lewis, suami Mba Nanda.

Dengan perawakan yang kurus dan pucat, ternyata Lewis sedang mengidap cancer stadium 4. Selama ini ia menghindar dari keluarga dengan alasan sibuk bekerja di Aussie, padahal tidak.

Isabel segera memberitahu sang kakak, berharap kesalahpahaman ini akan memperbaiki rumah tangga mereka. Nahas, selang satu bulan, Lewis berpulang untuk selamanya, meninggalkan kesedihan mendalam pada keluarganya.

Chapter 3 Moonlight Sonata

Chapter ini menceritakan tentang Isabel yang diajak menonton concert oleh sepupunya, Isaac. Air mata Isabel berhasil menetes tatkala alunan Moonlight Sonata – Beethoven dimainkan.

Tanpa diduga, sang pianis itu ialah Pandu, teman masa kecilnya Isabel dan Isaac. Penampilan Pandu memainkan tuts piano dengan lagu classic tentu mengundang standing ovation dari para penonton.

Baca Juga: Review Novel Empat Jiwa Dalam Dekapan Gunung Iswara

Chapter 4 Happy Silly Day

Seusai concert, Isabel diajak Pandu dan Isaac untuk private dinner. Tentu sebagai teman masa kecil yang sudah lama tidak bertemu, ketiganya saling bertukar cerita.

To be honest, di chapter ini saya malah senyum-senyum membayangkan betapa awkward-nya Isabel saat berhadapan dengan Pandu.

Chapter 5 Isaac

Pada chapter ini, penulis menceritakan kejadian tiga tahun yang lalu. Dengan penuh plot twist, dijelaskan bahwa sepupu Isabel, Isaac, merupakan seorang gay.

Saat Isaac bercerita tentang sexual orientation-nya, tentu Isabel sangat shock. Hatinya remuk. Namun, terlepas dari apapun pilihan Isaac, ia akan berada di sampingnya dan berharap sepupunya ini bisa menemukan hal-hal baik.

Chapter 6 A Rainbow After the Rain

Berlatar restoran seafood di tepi pantai pinggiran Jakarta, Isabel dan Pandu bercerita tentang masa kecilnya.

Pandu menyatakan bahwa Isabel merupakan first crush-nya. Pada chapter ini pembaca akan dipertemukan dengan love language-nya sang pianis terhadap Isabel. Tentu saja, ini ending yang diharapkan pembaca.

Hal Menarik dari Novel Isabel Storm

1. Relevan dengan Kehidupan Sehari-hari

Kisah yang diangkat cukup relate dengan kisah nyata.

So, pembaca akan dijamin baper dengan kisah-kisah yang disajikan dalam novel ini.

2. Gaya Penulisan yang Kekinian

Jauh dari kesan kaku, penulis berani menggunakan gaya bahasa kekinian, sehingga pembaca lebih mudah memahami isi novel. Menariknya, penulis kerap menyisipkan ungkapan dan kosa kata berbahasa Inggris.

3. Plot Twist yang Menarik

Menggunakan alur campuran, pembaca akan dikejutkan dengan beberapa plot yang unpredictable

Let’s say, alasan Lewis yang seolah menghindar dari keluarganya, Isaac yang memiliki sexual orientation berbeda, hingga kehadiran Pandu dalam kehidupan Isabel.

Penulis sangat apik mengemas alurnya hingga menjadi cerita yang luar biasa.

4. Deskripsi yang Cukup Detail

Dalam novel ini, penggambaran setting dan penokohan cukup detail. Dengan demikian, pembaca akan terbantu dalam membayangkan dan memvisualisasikan kisah-kisahnya.

Wawancara Kami dengan Imel Rebecca

Ridwansyah: Setelah melihat perjuangan Isabel untuk mengobati patah hatinya, mengapa Isabel sangat yakin dengan kehadiran Pandu? Apakah Isabel tidak mengalami trust issue dan sudah siap menjalin hubungan baru lagi?

Imel Rebecca: Sebenarnya manusia nggak pernah tahu kan kapan mereka akan ngerasa jatuh cinta (lagi). Selama mereka belum menemukan atau merasa “klik”, mereka akan tetap sendiri aja.

Menurut saya, Isabel beruntung, dia bertemu dengan pria yang kebetulan teman kecilnya. Jadi sudah ada “rasa kenal” dulu. Dan terkadang chemistry yang kuat seperti yang terpancar dari Pandu, juga tidak terencana sebelumnya.

Tapi, apa yang Pandu lakukan, seperti tatapan, senyuman, dan kebetulan Pandu “ganteng” 😁 tipenya Isabel , juga permainan pianonya yang menyentuh dan yang terpenting “conversation” mereka, yang membuat Isabel seperti merasakan “harapan” kembali. Karena sebelumnya mengenal pria yang tempramental, kasar, dan tidak bisa diajak untuk melakukan hal sepele tapi penting, “conversation”.

Pada saat obrolan mereka itu, Pandu seperti membangun rasa aman dan nyaman pada Isabel. Belum lagi respon Pandu saat Isabel tak sengaja menangis di depan Pandu. Dan sebenarnya Pandu juga sudah menyukai Isabel dari kecil kan, jadi keseriusan dan keniatan Pandu sepertinya berhasil membuka hati Isabel lagi.

Ridwansyah: Apakah ada alasan tertentu dari Kak Imel sehingga membentuk chapter khusus untuk Isaac? 

Imel Rebecca: Alasan khusus tidak ada. Hanya mau berbagi saja, ternyata menerima kenyataan bahwa pria yang kamu sayangi dan sosok yang selalu kamu “look up” ternyata gay itu sulit. 

Jadi aku ambil angle dari sisi penerimanya, kalau sekarang kan LGBT sudah sangat terbuka, ya. Ini hanya satu kisah patah hatinya yang Isabel rasakan, untuk menerima bahwa saudara sepupunya ternyata gay.

Ridwansyah: Tentang pemilihan lagu classic di concert, mengapa Kak Imel memilih lagu dari Beethoven dan Chopin? 

Imel Rebecca: Kebetulan saya suka lagu “raindrop”nya Chopin. Dan judul bukunya tadinya mau “raindrop” tapi nggak jadi. Memang musik sangat berpengaruh banget buat inspirasi saya sih.

Moonlight Sonata menurut saya memang parah sih nada-nada ituu. Kisah dibalik lagu ini dibuat juga sedih, kan. Dan di sini saya menggunakan lagu ini untuk menggambarkan perjuangan yang dilewati Pandu.

Pandu autis survival kan walau disini saya nggak gambarkan detail apa yang dia lewati dari kecil dan kesedihan Isabel saat mengalami kekerasan verbal dalam hubungannya.

Lagu ini berhasil mengeluarkan emosi mereka yabg terpendam. Bisa jadi connection mereka juga disini, ya. Mmmm saya juga kalau dengar lagu ini agak sedih 😊.

Ridwansyah: Apakah kedepannya ada sequel dari novel ini? Saya sangat tertarik dengan kisah dari masing-masing tokoh, terutama Isaac dan Pandu.

Imel Rebecca: Sampai saat ini belum sih, tapi kedepannya mungkin saja akan dibuat versi dari sisi Pandunya.

Penutup

Merujuk pada banyaknya sisi menarik dari novel ini, maka novel berjudul Isabel Storm sangat recommended untuk dibaca. Saya malah excited apabila kedepannya ada sequel dari novel ini.

Sebagai pamungkas, ada sebuah pesan yang ingin disampaikan penulis, “No storms can last forever and like the rainbow after the rain, joy will reveal itself after sorrow”.

Untuk menyapa penulis Isabel Storm, silakan kunjungi profil Instagram @imelrebecca.

Sekian.

Reviewer: Fitri Ayu Febrianti.

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url