10 Cara Menulis Buku Nonfiksi yang Menggugah Pembaca
Cara menulis buku nonfiksi - Setelah mempublikasikan artikel 11 cara menulis buku fiksi, dan artikel tersebut tayang di halaman pertama Google, hari ini saya tertarik ingin mengimbangi tulisan itu dengan membagikan tulisan tentang cara membuat buku nonfiksi.
Tips membuat buku nonfiksi yang akan saya jelaskan di sini tentu berbeda dengan tips menulis buku fiksi. Sebab, seperti yang kita tahu bahwa buku fiksi sumber utamanya dari imajinasi, sedangkan buku nonfiksi ada semacam penelitian-penelitian yang bersumber pada buku karya penulis lain, atau hasil wawancara, dan lain sebagainya.
Proses menulis buku nonfiksi tak serumit membikin buku fiksi. Ia terbilang mudah. Kita hanya perlu fokus agar tulisan menggugah pembaca.
Dan syarat menulis buku nonfiksi, menurut saya, hanya ada dua: pertama, kita harus menguasai tema yang kita tulis. Kedua, ada kemauan untuk mengeksekusinya dengan baik.
Sistematika penulisan buku nonfiksi juga tidak seribet buku fiksi. Karena buku nonfiksi sudah dirancang sebelum kita mulai menulis.
Ditambah lagi tulisan buku nonfiksi biasanya berupa realita yang terjadi di masyarakat, dan utamanya adalah mengambil topik dari hal-hal yang dekat dengan kita.
Ide penulis pada buku nonfiksi seringkali dituangkan pada latar belakang masalah dan isi. Sebab di bagian pendahuluan buku nonfiksi, para penulis fokusnya pada masalah yang sedang diteliti.
Di tulisan ini selain memberikan 10 cara, ini juga semacam gambaran atau langkah-langkah dalam menulis buku nonfiksi.
Jadi, inilah 10 cara menulis buku nonfiksi
1. Gali tema buku yang kita kuasai
Ini adalah langkah pertama dalam menulis buku nonfiksi. Jadi, kita harus menguasai tema yang akan kita angkat.
Apabila kita tidak menguasainya, boleh jadi feel-nya tidak akan kena bagi pembaca. Dan pembaca pun dapat menilai karya kita.
Lantas bagaimana cara untuk mengetahui tema buku yang kita kuasai? Jawabannya sederhana saja. Yakni, tengok diri kita sendiri. Kita paling paham tentang dunia apa. Kesehatan, olahraga, motivasi, atau apa?
Jangan sembarangan membuat buku nonfiksi. Kuncinya kita harus terlihat expert di mata pembaca.
Nah agar terlihat ahli di hadapan pembaca, terkait teknik menulisnya ada di cara selanjutnya.
2. Mengumpulkan referensi
Sepanjang saya membaca buku nonfiksi, jarang sekali para penulis menuangkan gagasan dan idenya hanya dari pikirannya sendiri.
Itu artinya, beberapa kutipan dan pernyataan yang ia tulis dalam bukunya sudah pasti mengambil referensi dari penulis atau orang lain.
Oleh karenanya kalau ada minat menulis buku nonfiksi, maka cara kedua adalah mengumpulkan referensi, ini pun anjuran dari Gramedia tentang pembahasan buku nonfiksi.
Mengumpulkan referensi, itu nantinya sebagai argumentasi pendukung atau mungkin sebaliknya (bertolak belakang, alias sebagai perlawanan).
Bagaimana cara mengumpulkan referensi?
1). Lakukan penelitian
Caranya?
Bertanya kepada banyak orang yang ahli di bidangnya, dan tentu keahliannya itu harus sesuai dengan tema buku yang kita ambil.
2). Mencari pendapat orang lain
Pinjam dan beli beberapa buku yang sama dengan tema buku yang kita tulis. Lalu pelajari, dan kutip beberapa pernyataannya.
3). Ambil referensi dari internet yang sumbernya terpercaya
Cantumkan link tulisan apabila referensi yang kalian ambil dari internet. Simpan pada daftar pustaka buku.
Untuk referensi lain, silakan kulik sebaik mungkin.
3. Buat kerangka buku dengan jelas
Cara ketiga ini merupakan teknik menulis buku nonfiksi. Jadi dengan membuat kerangka maka proses kita dalam menulis bakal lebih gampang.
Terkait kerangka ini, bukan hanya terdapat pada novel. Seperti yang kita tahu, membuat novel juga harus ada outlinenya. Saya pernah membahas tentang cara simple membuat outline novel, silakan buat penulis fiksi dibaca saja.
Lalu, gimana cara membuat kerangka buku nonfiksi?
Saya ambil gambaran, dan silakan kalian kembangkan sendiri.
1). Catat poin-poin penting yang ingin dijelaskan, terutama ide pokok buku
2). Tulis pertanyaan-pertanyaan yang kemudian kita jawab sendiri
3). Menyusun bab per bab dan juga sub bab
4. Menentukan gaya bahasa
Di cara keempat ini, saya kira, ini sangat menentukan. Nanti masuknya ke pertanyaan, apakah nantinya buku nonfiksi yang kita bikin akan disenangi pembaca atau tidak?
Ini tentu perlu dipikirkan karena masuk juga ke target pembaca. Oleh sebab itu, kenali audience di sekeliling kita. Entah pembaca Facebook, blog, Twitter, dan lain-lain.
Apa lebih banyak remaja? Kalau banyak remaja, mungkin gaya bahasanya lebih kekinian. Atau di sekeliling kita pembaca ilmiah semua, maka gaya bahasanya formal.
Jadi, tentukan sendiri.
5. Cantumkan data-data yang diperlukan
Untuk menarik perhatian dan bikin menggugah pembaca, sisipkan data-data yang diperlukan. Mulai dari penambahan gambar, infografis, dan contoh kejadian.
Dengan adanya data, pembaca bakal lebih mempercayai argumentasi yang kita sampaikan. Terlebih lagi, sebuah buku apabila ada ilustrasi gambarnya, ini akan membuat pembaca tidak merasa membosankan.
6. Persempit topik pembahasan
Ada banyak alasan mengapa pembaca tidak menuntaskan bacaannya saat membaca buku. Salah satunya adalah topik pembahasan yang dibawakan oleh seorang penulis, terlalu melebar. Atau terlalu berat untuk dipahami.
Maka dari itu dalam menulis buku nonfiksi, persempit saja topik pembahasannya. Fokus pada tujuan awal, latar belakang masalah, dan juga isi.
Meski buku kita hanya 150 halaman misalnya, justru pembaca lebih senang membaca buku yang halamannya sedikit namun bisa dipahami. Daripada tebal, tapi topik pembahasannya melebar-lebar dan bikin mengernyitkan dahi.
7. Lengkapi naskah buku
Tidak ada buku yang diterbitkan setengah-setengah. Artinya, naskah buku yang diterbitkan itu harus utuh. Pun dengan buku nonfiksi, harus lengkap semunya. Mulai dari kata pengantar, sampai biodata penulis.
Pertanyaannya, apakah naskah buku kalian sudah lengkap? Kalau sudah lengkap, lakukan cara berikutnya..