Review Antologi Kerinduanku Untukmu Ibu karya Thomas Krispianus Swalar dkk
Masih ingat antologi puisi berjudul Ibu Surga yang Tersembunyi?
Nah, Media Penulis Garut berkesempatan kembali untuk mereview karya seorang pendidik produktif yang giat mengabadikan rasa lewat aksara: Thomas Krispianus Swalar. Namun, ia tidak sendiri, buku ini juga ditulis oleh beberapa penulis.
Bila antologi Ibu Surga yang Tersembunyi berisi kumpulan puisi, Kerinduanku Untukmu Ibu menghadirkan cerpen diselingi puisi yang membuat penyampaian rasa lebih variatif.
Buku ini berisi 80 halaman saja—meskipun ramping—tapi cukup menguras air mata. Pada bagian Kata Pengantar, Thomas dkk mengutamakan karya ini untuk sosok ratu tanpa mahkota: ibu. Bahkan Kerinduanku Untukmu Ibu hadir dipersembahkan untuk Hari Ibu. Hari dan sosok yang sama-sama bersejarah.
Sekompleks itukah sebuah aksara?
Ya! Peristiwa proklamasi kemerdekaan RI saja tercatat dalam sejarah karena adanya hitam di atas putih. Maka, keberadaan sosok seorang ibu dan jejak perjuangannya sangat patut untuk selalu diingat sebagai sejarah. Salah satu cara mengabadikannya dengan menulis.
Selain itu, yang tidak kalah menarik pada bagian Kata Pengantar adalah, Thomas dkk menuliskan bagaimana prinsip dan nilai dalam menjalin kehidupan kemasyarakatan dengan siapapun.
Saya terbawa lamunan masa lalu ketika orang tua, khususnya ibu, memberi pesan kepada anak-anaknya akan keharusan Silih Asah, Silih Asih, dan Silih Asuh.
Untuk menyelami rasa pada buku ini, simak ulasan berikut.
Review Kerinduanku Untukmu Ibu karya Thomas Krispianus Swalar dkk
Judul: Kerinduanku Untukmu IbuPenulis: Thomas Krispianus Swalar, Sudarjo abd. Hamid, Srie Faizah Lisnasari, Diana Multi, Ningsih Dara, Basilika Balejo, Cecilia Wangak, Emiliana Labaona
Isi: 80 halaman
Kategori: Antologi Puisi, Cerpen
Inspirasi untuk lebih mencintai sosok yang bernama Ibu
Thomas dkk berharap, dengan hadirnya buku Kerinduanku Untukmu Ibu bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih mencintai sosok yang bernama ibu.Siapa sangka, baru saja membaca bagian awal, saya meyakini harapan Thomas dkk berhasil terwujud. Ketika membaca buku ini, saya merekomendasikan untuk menyediakan tisu guna menyeka air mata.
Meskipun belum usai membaca keseluruhan isi buku, saya pastikan pembaca akan memiliki dorongan untuk memeluk ibu di rumah. Juga melangitkan doa sebagai bentuk pelukan untuk orang terkasih yang sudah dijemput Tuhan lebih dulu.
Sebagaimana disampaikan pada salah satu bagian tulisan berjudul “Kerinduan Tak Berujung”.
Merinduimu tak pernah pupus dalam ingatan, dan berdoa untukmu adalah sebuah keharusan. Semoga Allah lapangkan kubur dan meringankan hisab nanti.Diksi puisi dan cerita pendek dalam buku ini mematahkan stigma yang biasanya kita dengar diantara sekelompok masyarakat, bahwa perempuan itu lemah. Kerinduanku Untukmu Ibu memberi pandangan sebaliknya sebagai penguat.
Kerinduanku Untukmu Ibu menyajikan berbagai cerita sosok inspiratif dan kompleks dari sosok ibu melalui perannya di tengah keluarga maupun masyarakat.
Baca Juga: Review Novela Mira dan Hari-harinya yang Biasa
Karya tulus: mengajak pembaca melihat sosok ibu dengan sudut pandang yang lebih luas
Tulisan di dalam buku ini menyajikan ilustrasi dan penegasan bahwa menjadi Ibu adalah pekerjaan yang tidak ternilai dan tidak terbatas waktu. Bila ingin menyaksikan hakikat ketulusan, lihatlah sosok ibu.Dia tidak pernah merasa bosan membersamai anak-anaknya tumbuh. Bahkan ketika tiba saatnya sang anak berjumpa dengan pasangan hidupnya, mereka tidak pernah menyesal karena saat itu mengharuskan ibu tinggal berdua bersama teman hidupnya di masa tua.
Ketika anak dewasa, seorang ibu tidak pernah menuntut ingin oleh-oleh darimu. Yang mereka inginkan cukuplah kehadiranmu.Pernyataan tadi menjadi penguatan dan memberi iklim positif bagi siapapun yang sedang mengalami quarter life crisis.
Ya, khawatir akan masa depan, masalah cita-cita, cinta, keluarga, dan pencapaian diri biasanya menjadi masalah yang kerap dihadapi di usia kepala dua.
Ada yang sudah bekerja, namun pendapatan dirasa masih belum cukup. Tapi Tuhan masih memberi kesempatan untuk membersamai orang tua di setiap harinya.
Ada pula yang pergi merantau bekerja dan mendapat penghasilan lebih, tapi menahan segala rindu karena jauh dari orang tua dan keluarga. Tersadar bahwa rindu dan waktu membersamai orang tua tidak akan pernah bisa dibayar dengan nominal uang maupun harta.
Ibarat kata, selagi ada ibu, dunia masih baik-baik saja.
Menuju penutup tulisan, berikut saya sisipkan salah satu puisi dalam Kerinduanku Untukmu Ibu.
WANITA HEBAT
Oleh: Sifera A.L Panie
Dia tidak mengenyam pendidikan yang tinggi
Tapi dia punya kepedulian yang tinggi
Dia bukan ahli gizi kesehatan
Tapi dia selalu menyajikan yang sehat bagi kami
Orang lain boleh sakit
Tapi dia tidak boleh sakit
Karena sakitnya dia
Adalah sakitnya seisi rumah
Aku bangga menjadi titipan Tuhan dalam rahimnya
Hingga kelak jiwa berpisah dari raga
Dia wanita hebat yang ku kenal selalu ku kenang
Terima kasih wanita hebat
Pandangan Reviewer mengenai buku Kerinduanku Untukmu Ibu
Buku Kerinduanku Untukmu Ibu merupakan suara rasa yang hidup dalam aksara. Beberapa dokumentasi sosok ibu yang dicantumkan para penulis dalam buku ini menjadi kesan istimewa untuk sosok mulia. Dari rahim siapapun kita terlahir, dialah sosok pilihan dan takdir terbaik untuk kita.Pada akhirnya, kita dibawa untuk selalu bersyukur atas apapun realita yang sedang dihadapi. Bersyukur untuk bahagia, dan berbahagialah sebagai bentuk syukur.
Memandang orang tua di usia yang sudah renta, saya teringat pesan teman saya di perantauan. “Letakkan dulu beban-beban yang menyusahkan hati. Tarik nafas panjang dan tersenyumlah. Terlepas apakah senyum yang membuatmu bahagia atau bahagia yang membuatmu tersenyum.”
Ajaibnya sosok orang tua, dengan melihat wajah dan mencium tangan seraya memohon ridho mereka, dunia yang dirasa sedang jahat seolah akan berpihak pada kita.
Wawancara dengan Thomas Krispianus Swalar
Reviewer: Buku ini hadir bersamaan dengan Hari Ibu di tahun 2022, dan bapak menyampaikan pada bagian prolog bahwa buku ini mengajak penulis dari Sabang sampai Merauke untuk bersama-sama menyuarakan rasa melalui aksara. Kalau boleh diceritakan, bagaimana dan berapa lama naskah ini terhimpun?Thomas: Buku ini adalah buku pertama saya bertindak sebagai Penanggung Jawab. Selama ini saya bergabung di beberapa komunitas yang terus memberikan inspirasi dan motivasi bagi diri saya untuk bisa berdiri sendiri. Banyak pelajaran yang sangat penting saya dapatkan dari Komunitas Menulis tersebut.
Satu hal yang terus saya jadikan pijakan dalam berlangkah adalah Komitmen dan Kesabaran. Dua hal inilah yang terus memotivasi saya dalam berkarya.
Naskah buku Kerinduanku Untukmu Ibu terkumpul sekitar satu setengah bulan, dari pertengahan Oktober sampai Bulan November 2022.
Reviewer: Pak Thomas ini begitu produktif mencipta puluhan karya tulis, entah itu solo maupun antologi. Kalau boleh berbagi cerita, motivasi apa yang membuat bapak selalu bersemangat menulis dan sejak kapan bapak menekuni dunia kepenulisan?
Thomas: Motivasi awal saya dalam berkarya adalah bisa menghasilkan sebuah buku yang ber- ISBN. Sejak bergabung dengan Media Guru Indonesia, di sini setiap anggota ditantang untuk menulis setiap hari. Di sini tumbuh kecintaan saya terhadap apa yang selama ini saya impikan.
Setelah mengikuti Kelas Menulis Satu Guru Satu Buku (Sagusabu) di sini setiap guru diwajibkan untuk menerbitkan sebuah buku hasil dari pelatihan. Dan ini sejak tahun 2020, sejak itu kecintaan saya terhadap Aksara terus mengalir dan mengalir.
Reviewer: Dari profesi bapak sebagai pendidik di Sekolah, pernahkah terlintas dalam benak menularkan semangat menulis kepada siswa-siswi? Dan bilamana pernah, bisakah bapak ceritakan upaya yang pernah dilakukan?
Thomas: Sebagai pendidik di sekolah, saya terus mengajak para guru maupun siswa dalam menulis dan ini pernah bekerja sama dengan Nyalanesia dalam program Sekolah Menulis Buku di tahun 2021, saya memfasilitasi pemuatan puisi siswa dengan judul Nyanyian dari Bukit Gersang. Tahun ini saya juga sudah mengumpulkan puisi-puisi siswa yang mudah mudahan bisa saya terbitkan.
Reviewer: Adakah pesan untuk bapak dari tanah Nusa Tenggara Timur kepada generasi muda di seluruh Nusantara ini terkait literasi? Boleh disampaikan pak.
Thomas: Pesan saya dari tanah Nusa Tenggara Timur, mari kita terus berliterasi karena hanya dengan Literasi kita akan dikenang sepanjang hayat. Walaupun raga kita sudah tidak ada, tetapi karya kita akan abadi.
Reviewer: Kiranya adakah karya tulis yang dalam waktu dekat ini sedang dituntaskan? Boleh spill sedikit pak?
Thomas: Dalam waktu dekat menyongsong Bulan Bahasa Tahun 2023 kami yang tergabung dalam Komunitas Penulis Tanpa Batas akan menerbitkan buku yang ketiga dengan judul Sepenggal Kisah Terukir Kenangan (Kumpulan Cerpen), saat ini lagi proses kurasi.
Sepenggal Kisah Terukir Kenangan berkisah tentang pengalaman unik yang terus terpatri dalam kalbu.
-
Salah satu penulis buku Kerinduanku Untukmu Ibu dapat disapa melalui Instagram: @thomaskrispianusswalar.
Reviewer: Siti Sunduz
BACA JUGA: Review Buku Tentang