6 Saran untuk Moderator Acara Literasi
Sebagai orang yang
aktif di dunia literasi, menghadiri acara bedah buku sudah semacam kewajiban.
Namun, saya kerap dibikin jengkel oleh ulah moderator yang banyak melakukan
kesalahan-kesalahan saat memandu jalannya kegiatan.
Misalnya, beberapa kesalahan
yang bikin saya jengkel adalah ketika menyaksikan moderator yang sering menempatkan
posisinya seolah-olah sebagai narasumber, lalu memotong tiba-tiba saat
narasumber menyampaikan materi, berusaha melucu tapi garing dan lain-lain.
Terlepas dari
kesalahan-kesalahan moderator, EO dan panitia pelaksana seharusnya menunjuk
moderator yang memang paham betul dengan tema yang akan dibahas.
Kalo bikin
acara bedah buku maka pilihlah moderator yang ahli di bidang tersebut.
Nah, teruntuk siapapun yang
sering ditunjuk sebagai moderator acara literasi, saya punya lima saran yang
sebaiknya kalian lakukan.
Cari tahu informasi tentang narasumber
Di beberapa acara
literasi yang pernah saya ikuti, masih banyak moderator yang suka mempersilakan
narasumbernya untuk memperkenalkan diri.
Padahal, hal ini jelas keliru. Sebab
sudah menjadi tugas moderator untuk mengenalkan narasumbernya kepada audience.
Bagaimana cara
mengenalkan narasumber kepada audience?
Ya cari tahu dulu informasi tentang
narasumber. Cari tahu apa profesi utamanya, buku-buku apa saja yang sudah
diterbitkan, aktivitas apa yang saat ini sedang mereka lakukan, latar belakang
pendidikannya apa dan seterusnya.
Barulah setelah itu perkenalkan narasumber
kepada audience.
Pelajari tema acara
Sering terjadi,
mentang-mentang sudah terbiasa menjadi moderator maka mempelajari tema yang
akan dibahas kerap diabaikan. Terlebih di kota saya sendiri acara literasi itu
dianggap acara yang sepele, jadi katanya gampang kalo memandu acara nggak perlu
mempelajari tema.
Justru impactnya, kalo
tidak mempelajari tema yang akan dibahas pasti pertanyaan-pertanyaan klasik
seperti ini akan muncul, “Tips menulisnya bagaimana, Pak? Inspirasi menulisnya
datang dari mana?”
Saya yakin para audience sudah kenyang dan bosan mendengar
pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Seharusnya, kalo acaranya bedah buku maka
moderator sudah membaca buku yang mau dibedah. Dan nanti kembangkan pertanyaan
dari buku tersebut.
Koordinasi dengan panitia
Saya sering
menggelengkan kepala ketika melihat terjadinya miss komunikasi antara moderator
dengan panitia.
Masa iya acara belum selesai mereka saling melempar pertanyaan
tentang durasi waktu acara kapan selesai, terus penonton yang memberikan
pertanyaan diberi hadiah atau nggak. Dan herannya komunikasi mereka berlangsung
di sekitar audience. Memalukan.
Saran saya, moderator
sebaiknya datang ke acara lebih awal untuk melakukan koordinasi dengan panitia
guna menyiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam acara agar lancar. Bagaimana
pun koordinasi itu penting. Penting sekali.
Bangun komunikasi dengan narasumber
Ketika narasumber sudah
berada di lokasi acara lalu siap diajak berbicara maka hampiri dia dan kenalin
diri kalian bahwa kalian adalah moderator yang akan memandu acara.
Ketika sudah
mengenalkan diri, perlihatkan profil narasumber yang sudah kalian cari
informasinya itu, lalu apakah profilnya sudah benar atau belum. Kalo ada yang
kurang tepat atau ada yang perlu ditambahkan, bisa kemudian didiskusikan
bareng-bareng.
Didiskusikan juga mengenai
berapa waktu yang akan digunakan narasumber dalam menyampaikan materi, bahkan
boleh meminta maaf dulu apabila nanti jawaban narasumber dipotong sebab misal
tidak relevan dengan pertanyaan (ini untuk mengefektifkan waktu).
Menutup sesi dengan kesimpulan yang jelas
Kebanyakan, para
moderator saat membuat kesimpulan nggak sesuai dengan jalannya diskusi. Kesimpulan
yang mereka bikin malah ngawur sebab keseringannya mereka mengambil kesimpulan
lewat pikirannya sendiri.
Padahal, kesimpulan itu ambil saja dari materi yang
sudah narasumber sampaikan (tujuannya untuk menegaskan kembali pentingnya
materi agar diingat audience).
Di sesi penutup,
hindari juga menanyakan kepada audience seperti, “Ada lagi yang mau ditanyakan?
Yakin nih nggak ada yang mau ditanyakan lagi?” kalo nggak ada yang nanya,
yasudah. Tutup. Barangkali audience sudah paham.
Jangan pernah memaksa audience
untuk bertanya dan jangan berpikir rame nggaknya suatu acara dilihat dari
banyaknya audience yang bertanya. Ini salah besar.
Lagi pula, yang pantas
nanya-nanya ke audience dengan pertanyaan konyol seperti itu bukan dari
moderator, tetapi MC. Jelas beda dong tugas antara MC dan moderator.
Kalo MC
pemegang kendali seluruh kegiatan sedangkan moderator adalah pemegang kendali
di sesi tertentu dalam kegiatan.
Jadi kalo ada moderator yang suka
mancing-mancing audience untuk bertanya, apalagi tiba-tiba menunjuk audience
agar bertanya, dih moderator apaan.