Review Buku Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita) karya Wen Ching

Review Buku Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita) karya Wen Ching

Memasuki usia dewasa memang tidak seindah yang dibayangkan dulu. Di sisi lain, segala proses kehidupan di usia dewasa ternyata membuat kita lebih kuat dan hebat.

Siapa dirimu?

Apa tujuan hidupmu?

Bagaimana caramu menjalani kehidupan di dunia?

Ke mana langkah kakimu akan membawamu selama hidup di dunia?

Pertanyaan-pertanyaan singkat, mendasar, dan mendalam itu kerap muncul di benak ketika kita menginjak usia kepala dua.

Fase saat kita dihadapkan dengan situasi quarter life crisis. Pertanyaan tentang hakikat keberadaan dan kelayakan diri acap kali muncul.

Ragam kenyataan yang bertolak belakang dengan segala keinginan, semakin mendukung perasaan untuk kembali menetap di kehidupan masa kecil saja.

Sayangnya, waktu bukanlah sahabat yang penuh kesabaran. Ia tak berkenan setia menunggu kita ketika lelah. 

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah suatu keharusan untuk dapat melalui fase quarter life crisis.

Dengan bahasa lugas dan ringan dibaca, Wen Ching akan memandu kita menjawab pertanyaan serupa di setiap bagian buku Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita).

Simak review berikut agar lebih memahami isi bukunya.

Baca juga: Review Buku Reinkarnasi

Review Buku Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita) karya Wen Ching

Identitas buku

Judul:
Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita)
Penulis: Wen Ching
Penerbit: One Peach Media
Tahun Terbit: 2024

Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita) merupakan karya buku solo pertama penulis dengan nama pena Wen Ching. Ia adalah perempuan Indonesia asal Pemangkat, Kalimantan Barat.

Berisi Cerita, Arahan, Motivasi, dan Ruang Refleksi

Adanya quotes, cerpen, dan bagian Q & A “bincang-bincang” sebagai ruang ajakan refleksi di setiap akhir cerita bisa membuat pembaca enjoy mengambil hikmah dan motivasi dalam buku.

Pembaca juga diajak untuk lebih memahami diri di tengah relasi sosial, utamanya dalam pencarian jati diri.

Wen Ching mengemas ragam pesan yang disampaikannya menjadi 15 bagian.

Di antara yang saya senangi yakni, “Kekhawatiran Manusia”; “Jati Diri Dicari atau Dibentuk?”; “Krisis Identitas”; “Kamu juga Bisa, Apapun Masa Lalumu”; “Mindset”; “Mengenal Diri Lebih Dalam”; “Menempatkan Logika dan Feeling dengan Tepat”; “Finally, aku menemukanmu! (Jati Dirimu)”.

Melalui Ragam Cerita, Emosi Pembaca Divalidasi Bersama

Meskipun sub judul isi buku terkesan berbobot dan menguras pikiran, nyatanya penulis menyampaikan pesan yang dimaksudkan dengan ringan.

Kata “Aku” sebagai gaya tulisan sudut pandang orang pertama memberi kesan hangat dan dekat antara penulis dengan pembaca.

Sebagai pembaca, saya merasakan keintiman ketika menemukan beberapa pernyataan yang disampaikan penulis.

Ragam emosi yang sedang dirasakan pembaca akan tervalidasi dalam buku.

Saya rasa pernyataan tersebut dapat mencairkan suasana hati pembaca yang sedang beku dan meluluhkan ego pembaca yang membatu.

Berisi Penguatan atas Ketenangan Penerimaan Diri

Pada beberapa bagian tulisan, penulis selalu mengingatkan dan menegaskan untuk tidak menyalahkan takdir ataupun menyalahkan Tuhan atas kekecewaan hidup yang dialami.

Penulis beberapa kali mengajak pembaca untuk melakukan penerimaan diri.

Bukan melupakan atau menghapus ingatan dan kenyataan pahit sebagai bagian dalam hidup. Melainkan menerima bahwa pahit-manis hidup adalah bagian dari takdir kita.

Penulis memberikan penguatan bahwa selalu ada alasan terbaik di setiap hal yang terjadi, bahkan kita hidup juga terikat pada suatu alasan.

Tuhan sudah menuliskan takdir terbaik untuk kita.

Kita hanya perlu menemukan puzzle cerita kehidupan dan menyusunnya dengan baik untuk mendapatkan hikmah dan alasan terbaik mengapa semua itu terjadi.

Baca Juga: Review Buku The Dusk is Red

Pandangan Reviewer Terhadap Buku Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita) Karya Wen Ching

Insight point yang saya jadikan penguatan setelah mengkhatamkan Buku Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita) yakni tentang proses penemuan jati diri.  

Ada tahap yang saling berkaitan untuk menemukannya yaitu proses pencarian dan proses pembentukkan.

Jati diri itu terbentuk dengan pencarian: mencari untuk menemukan dan membentuk untuk mewujudkan.

Aneka cerita dalam buku memuat pesan tersirat pola pencarian hingga terbentuknya jati diri.

Proses tersebut harus diupayakan dengan tindakan pengalaman, didukung dengan pemahaman intelektual, dan dikuatkan dengan pengamalan spiritual.

Untuk mencapainya, dapat dimulai dari melakukan segala proses dengan seoptimal mungkin, terus mencoba berbagai peluang dan jalan, rehat sejenak untuk melakukan refleksi ulang.

Tak lupa dilanjutkan dengan memanjatkan doa terbaik kemudian kembali ke tahap melakukan proses. Seterusnya pola itu berulang dan berkelanjutan.

Ada satu catatan yang begitu saya senangi di sesi “Bincang-Bincang” yaitu pertanyaan, “Aku mau tahu dong, dalam kehidupan sehari-hari kalian menggunakan kata lembut atau terbiasa (toxic)?”

Pertanyaan ini menyadarkan kita yang selalu “menuntut” dan “mencari” dibandingkan “menjadi.” Ujung-ujungnya, kita kecewa sendiri.

Semesta selalu mempertemukan manusia sesuai energi dan frekuensi yang sama.

Kalau kita mau terbebas dari energi dan sosok redflag, terlebih dahulu kita harus menjadi sosok yang greenflag.

Kalau kita belum bertemu orang baik, jadikanlah diri kita orang baik itu.

Wawancara dengan Penulis

Reviewer: Dari pola dan penggunaan kata, kita seolah dibawa untuk memasuki ragam fenomena realita kehidupan sosial dengan suguhan diary. Kalau boleh berbagi cerita, berapa lama kakak menuntaskan naskah ini? Apakah naskah ini diambil dari catatan hidup kakak yang sudah lama tersimpan dan terpelihara?

Penulis: Benar sekali, penyajian kata-kata dalam buku ini memang memiliki tujuan langsung menyentuh masing-masing pribadi. Banyak dari kita akan mengalami fase pencarian jati diri yang sering kali dikelilingi oleh permasalahan dan gejolak yang ada.

Dengan penyampaian yang digunakan akan lebih membawa pembaca menjadi pemeran utama. (Mereka diajak untuk) memasuki & melihat hal-hal yang sudah dan yang akan dialami.

(Hal ini) membawa mereka lebih mengenali dan memahami dirinya sendiri, sehingga sadar akan jalan, tujuan, dan jati dirinya.

Manusia sering terjebak akan kebingungan hidup tanpa mengetahui (mencerna) alur yang telah dijalani, terus berputar-putar dan bertanya-tanya. Tiada yang bisa menjawab selain dirinya sendiri.

Oleh sebab itu, manusia harus mengenal dirinya sendiri, baik buruknya, keinginan bahkan usaha yang telah dilakukan, dsb.

Untuk penulisan naskah ini memang sangat panjang waktunya. Hal ini disebabkan ketidakkonsistenan saya.

Kurang lebih penulisan naskah dibuat selama 1 tahun. Motivasi awalnya itu ketika saya mengikuti lomba cerpen, untuk seorang penulis pemula yang pada kesempatan itu naskah saya terpilih (menang) & dibukukan bersama penulis lainnya.

Saya langsung memiliki semangat yang tinggi untuk menerbitkan buku, yang besar harapannya dapat diterima dan bermanfaat dalam hidup para pembacanya. Pada akhirnya jatuh pada keputusan buku tentang pengembangan diri (self improvement).

Dalam membuat sebuah buku apalagi mengenai pengembangan diri tentu harus memiliki pemahaman (maksud saya bukan pendidikan khusus, namun lebih kepada pengalaman, karena pelajaran terbaik tentu dari perjalanan hidup juga).

Saya mencari tahu bagaimana permasalahan-permasalahan yang sering dialami para remaja menuju dewasa. Masa dimana mulai realistis dan merasakan kerasnya hidup.

(Saya mencari tahu) apa yang mereka rasakan, lalui; apa yang dipikirkan, yang dicari. Ditambah juga dengan informasi nyata yang penulis pernah alami juga informasi pendukung dari internet dan sosmed yang sesuai untuk bab/bagian tertentu (pengetahuan dan fakta hidup orang lain).

Reviewer: Inspirasi dan motivasi yang disuguhkan dalam buku, relate dengan kalangan kawula muda yang menginjak usia kepala dua. Mengalami fase quarter life crisis. Catatan inspirasi dan motivasi yang kakak suguhkan dalam buku itu, apakah berdasar pengalaman kakak atau ada juga dari orang lain?

Penulis: Benar sekali, Kak. Masa-masa dimana mereka mempunyai banyak pertanyaan akan hidup yang dijalani dan mencari tujuan hidup.

Dan iya, hampir setiap bagian ada berdasar pada pengalaman hidup penulis. Oleh karena itulah, penulis mampu mengutarakan dan memberikan pemahaman akan persoalan dalam pembahasan.

Akan tetapi, tidak luput juga dari kisah-kisah orang lain yang relate dan informasi yang saya cari tahu terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan makna yang akan dicerna oleh pembaca.

Reviewer: Ceritakan harapan kakak untuk pembaca dengan hadirnya buku ini?

Penulis: Buku ini saya ciptakan dan persembahkan untuk kamu yang sedang bingung dan terombang-ambing mencari jati diri di tengah perjalanan hidup yang semakin terasa rumit juga melelahkan.

Banyaknya pertanyaan dan persoalan dalam pikiran sungguh membuat kepalamu sakit. Tuntutan hidup yang harus dijalani, bahkan realita yang pahit & harus diterima semakin membuat frustasi.

Namun, buku ini hadir menemani dan membantu kamu menemukan jalan, mengetahui tujuan, menyelesaikan persoalan yang tidak mendasar, menghilangkan kekhawatiran (negative thinking).

Yang terpenting, ditemukannya jati diri yang dipertanyakan.

Reviewer: Dari sekian catatan bab di buku, kisah di judul mana yang kakak tulis paling berkesan? Dan mengapa di judul itu?

Penulis: Semua bagian pembahasan (Bab) sangat berarti dan mempunyai tempatnya tersendiri bagi penulis. Apalagi, memang setiap pembahasan mempunyai hubungan secara tidak langsung (masih terkait).

Namun jika harus memilih salah satu sebagai yang utama, penulis akan menetapkan pembahasan Bagian 1 "Kekhawatiran Manusia".

Mengapa?

Karena, itulah dasar awal buku ini terbentuk. Pembahasannya juga jika diperhatikan saksama akan memuat/bermakna seperti bagian selanjutnya (maksudnya pembahasan bagian 2-15, masih termasuk ke dalam cakupan bagian 1, karena jika dipahami lagi semua judul berkaitan dan masih berada dalam lingkup kekhawatiran manusia).

Bagian 1 itu seperti jantung buku ini. Istimewanya lagi, kata-kata penutup yang berima pada akhir bagian 1, penulis buat dengan inspirasi kerinduan pada Papa (Ayah).

Reviewer: Kenapa kakak pilih penerbit indie? Dan adakah harapan kakak tembus di penerbit mayor?

Penulis: Sebenarnya saya adalah penulis pemula yang masih belum tahu banyak hal, salah satunya terkait penerbit.

Waktu itu, penerbit yang saat ini penulis gunakan, postingannya lewat di beranda Instagram. Karena tertarik, saya mulai melihat-lihat ke dalam akunnya.

Setelah melakukan pertimbangan, saya merasa cocok dan memutuskan untuk memilih penerbit tersebut.

Walau biayanya lebih besar dibanding penerbit mayor, namun keuntungan lainnya saya bisa segera menerbitkan buku (meski juga menunggu antrian, namun tidak selama penerbit mayor).

Dari segi royalti, dari yang saya cari tahu penerbit indie bisa mendapat lebih besar persentase keuntungan.

Untuk harapan tembus di penerbit mayor, tentu ada. Apalagi setelah saya mengetahui bahwa peluang dikenalnya karya saya lebih besar.

Promosi dan distribusinya juga lebih luas. (Doakan saja yang terbaik ya teman-teman hehe, terima kasih🙏)

Reviewer: Adakah planning kakak menerbitkan buku kedua?

Penulis: Planning (membuat buku baru) sebenarnya ada. Bahkan, disaat buku Mencari Jati Diri ini sedang dalam tahap penerbitan, saya sudah memulai menulis buku baru.

(Buku tersebut) berpindah haluan ke buku novel. Namun, ya, saat ini masih belum dilanjutkan lagi penulisan naskahnya. Doakan saja ya teman-teman yang terbaik untuk kedepannya nanti 😇

(Spill sedikit : novel yang bercerita tentang 10 sahabat dalam petualangan menyelesaikan kasus-kasus dunia yang luar biasa (detektif) dengan kelebihan masing-masing pribadinya. Dua di antaranya memiliki kemampuan unik (precognition & retrocognition))

-

Penulis buku Menemukan Jati Diri (Dengan Hati & Pikiran Kita) dapat disapa melalui laman Instagram @lysa_wen atau @wen_chng

Reviewer: Siti Sunduz

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url