Review Novel Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka karya Acek Rudy

Review Novel Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka karya Acek Rudy

Di zaman modern ini, berapa banyak di antara kita yang masih mempercayai hal-hal mistis? Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, membuat kita berusaha mencari logika di balik kejadian yang dianggap aneh atau tak masuk akal.

Namun, bagaimana jika kejadian gaib itu menimpa diri kita? Masihkah kita menolak untuk percaya pada keberadaan sihir dan dunia metafisik?
 
Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka karya Acek Rudy melewati batas kebimbangan antara nalar dan supranatural. Pada karya ini, Acek Rudy meramu dunia modern yang dinamis beriringan dengan folklore dan klenik.
 
Bukan. Bukan cerita mistis biasa. Buku ini juga menyajikan konspirasi dan adegan laga yang menegangkan. Tak ketinggalan, racikan kebijaksanaan dari filsafat Taoisme hingga Buddhisme pun turut mewarnainya.
 
Penasaran seperti apa universe yang dibangun dalam buku ini?

Simak ulasan berikut.
 

Review Novel Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka Karya Acek Rudy

Identitas Buku

Judul buku
: Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka
Penulis: Acek Rudy
Penerbit: One Peach Media
Tahun Terbit: Mei 2024
ISBN: 978-623-483-233-4
 
Qi-sha Tujuh Bintang Petaka mengisahkan tentang keserakahan manusia. Hasrat paling purba yang telah ada sejak ribuan tahun silam.

Bercerita lewat mitologi Cina, pembaca diberikan jalinan cerita yang rumit dan penuh plot twist. Banyak teka-teki pelik yang membuat cerita ini semakin menantang bagi pembaca.

Permata Qi-Sha dan Rahasia Marga Giok

Manusia rela melakukan apapun untuk mendapatkan kekuasaan. Mereka bahkan tak segan menghabisi atau membunuh pihak-pihak yang berlawanan.

Kematian tragis dialami oleh anggota Marga Giok. Dalam perebutan kekuasaan Belanda-Jepang, anggota keluarga mereka dibunuh satu per satu.

Nyaris tak ada yang selamat, kecuali seorang anak lelaki. Anak lelaki yang menjadi pewaris sebuah batu permata bernama Qi-Sha. Permata berwarna hitam yang menyimpan petaka mengerikan.

Puluhan tahun kemudian, perempuan bernama Suci Arkadewi berhasil mewujudkan impiannya menjadi seorang news anchor. Dalam siaran pertamanya, Suci mengalami sebuah peristiwa aneh.

Tiba-tiba saja, ia seolah melihat lagi makam ayahnya yang dikerubungi oleh ular-ular. Suci yang selalu berpikiran logis, pasti tak mempercayai apa yang dilihatnya. Baginya semua itu hanya halusinasi.
 
Sayangnya, keanehan itu tak berhenti di sana. Di apartemennya, tanpa disangka, Suci diserang oleh sekawanan ular. Ia hampir mati. Sampai sebuah suara entah milik siapa, berhasil menyelamatkannya.

Wanita itu belum menyadari bahaya besar yang mengintai dirinya. Ia tidak tahu bahwa dirinya punya keterikatan kuat dengan “ular”. Tepatnya siluman ular putih, Bai Suzhen.

Dalam sebuah mitologi rakyat Tionghoa, Bai Suzhen dikisahkan sebagai siluman ular yang jahat. Ia tinggal dalam sebuah batu permata. Ya, permata Qi-Sha.

Karena kekuatannya, Qi-Sha diperebutkan. Keberadaan Suci menjadi kunci utama dalam perebutan permata Qi-Sha Marga Giok. Bagaimana nasib Suci selanjutnya?
 
Siapakah ayah Suci sebenarnya? 
 
Mengapa ia dikaitkan dengan Marga Giok?

Iblis Bermuka Pucat serta Kematian-Kematian Misterius

Tak ada hal yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Bahkan jika itu hal yang paling absurd sekalipun.

Sebuah peristiwa kematian menggegerkan ibukota. Pasalnya, kematian tersebut menimpa seorang pengusaha besar. Bukan perihal itu saja, banyak perkara yang ganjil dalam kepergian hartawan itu.

Tak berselang lama, seorang staf ahli kantor Kepresidenan mengalami kejadian serupa. Lelaki itu tewas dan menyisakan kondisi yang abnormal.

Kedua kasus gaib tersebut ditangani oleh seorang komisaris polisi bernama Fery Widyatmoko. Fery merupakan polisi kompeten. Ia berhasil menangani banyak kasus pembunuhan yang rumit.

Namun, menghadapi dua kasus kematian aneh itu, Fery harus menanggalkan rasionalitasnya. Ia menghubungi sahabatnya, Tony yang seorang Chinese. 
 
Pada kasus pertama, Fery menemukan sebuah barang bukti yang berupa kertas mantra bertuliskan huruf mandarin.

Melalui Tony pula, Fery terhubung kepada rekan Tony yang lain yaitu Felix dan Lintang. Mereka semua berusaha memecahkan keganjilan menggunakan berbagai pendekatan. Terutama pendekatan yang berkaitan dengan praktik supranatural.

Dalam proses penyelidikan itu, mereka dipertemukan dengan Suci. Sang kunci misteri.
Mereka mengalami berbagai peristiwa menyeramkan.
 
Banyak intrik dan tipu muslihat yang mengorbankan banyak orang tak berdosa. Bahkan, Fery kembali bertemu dengan penjahat yang dahulu telah dibunuhnya: si Iblis Muka Pucat.
 
Apakah Suci, Fery, dan yang lainnya berhasil memecahkan misteri tersebut?
 
Siapakah Iblis Muka Pucat itu?

Petaka apalagi yang akan ditimbulkan oleh permata Qi-Sha?

Tokoh-Tokoh dalam Novel Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka

Suci Arkadewi

Seorang jurnalis. Chinese. Ia meniti karier dari seorang reporter hingga akhirnya berhasil menjadi seorang news anchor. Suci telah kehilangan ayahnya semenjak kecil. Ia tinggal di Jakarta sementara ibunya berada di Singkawang. Ia seorang yang amat logis dan tidak percaya hal mistis.
 
Fery Widyatmoko

Seorang komisaris polisi yang kompeten. Ia berhasil memecahkan berbagai kasus kematian yang pelik. Ia memiliki luka di masa lalu: kekasihnya mati karena dibunuh.
 
Tomi

Sahabat Fery. Ia seorang Chinese. Tomi adalah mantan jurnalis yang vokal. Saat ini, Tomi tengah menanti peran barunya sebagai seorang ayah.
 
Felix Sitorus

Lelaki ini seorang arkeolog dan pengamat sejarah. Meski bukan orang Tionghoa, tetapi Felix sangat fasih berbahasa Hokkian.
 
Lintang Ayu

Seorang profesor dalam bidang psikologi. Uniknya, Lintang juga indigo. Ia punya kemampuan untuk melihat makhluk tak kasat mata.
 
Rean

Sahabat Suci. Ia ceria dan jenaka. Sangat suka cerita mitologi dan juga memberi teka-teki.
 
Joky Wicaksono

Anak buah Fery sekaligus mantan pacar Suci.

Pandangan Reviewer Terhadap Novel Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka karya Acek Rudy

Dengan lantang saya ingin katakan: Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka adalah sebuah harta karun. Selama ini, saya hanya membaca kisah-kisah etnis Tionghoa di Indonesia dari kacamata sejarah.
 
Sementara itu, Acek Rudy membawakan kaca mata baru: sudut pandang mitologi dan folklore. Inilah emas itu! Harta berharga yang memperkaya atma.
 
Memaparkan diri kepada sisi lain dari sebuah kebudayaan benar-benar membantu jiwa kita bertumbuh lebih luas.
 
Bagaimana novel ini bisa menjadi begitu semarak? Ini tak lepas dari kekayaan pemahaman penulis. Terbukti dari kepiawaian penulis menggabungkan beberapa disiplin ilmu yang jauh berbeda.
 
Satu dari sekian banyak hal paling membekas bagi saya yakni Tabel Konversi Numerik Pythagoras! Bisa-bisanya, rumus pythagoras beradu dengan mitologi siluman ular putih dari Dinasti Zhou, Cina.
 
Perpaduan ganjil yang eksotis bukan?
 
Semakin dalam membaca, detil-detil dalam novel ini semakin menghipnotis. Saya sama sekali tak mengira, satu tokoh yang saya abaikan di awal, akan menjadi simpul penting untuk mengurai teka-teki di kisah ini.
 
Belum lagi, adegan-adegan laga digambarkan dengan penuh perhitungan. Saya sungguh menikmatinya. Rasanya, seperti sedang menonton film aksi misteri.
 
Jika ingin mendapatkan pengalaman membaca yang kompleks dan memuaskan, jangan lewatkan buku ini. Pinanglah segera kisah Suci Arkadewi dengan permata Qi-Sha-nya yang misterius.
 
Nikmati lapisan plot twist tak terduga. Dedahkan kepalamu untuk menerima banyak harta karun!

Wawancara dengan Penulis

Reviewer: Salam kenal Mas Rudy! Saya terlebih dahulu mengucapkan selamat atas terbitnya buku Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka. Setelah membaca buku ini, jujur saja, informasi saya tentang etnis Tionghoa semakin bertambah. Saya juga makin penasaran tentang berbagai hal yang ada di buku ini. Izin menyampaikan beberapa pertanyaan ya, Mas.
 
Tokoh utama antagonis dalam buku ini diceritakan punya misi untuk menguasai tujuh bintang petaka lewat batu Qi-sha. Saat membaca rincian tentang 7 bintang petaka ini, saya teringat dengan 7 deadly sins. Apakah ada keterkaitan di antara keduanya, Mas?
 
Mas Rudy: Qi-sha adalah bahasa metafisika China, khususnya ilmu BaZi atau biasa dikenal dengan Peijit dalam kalangan Jawa Tionghoa. Ia merupakan salah satu bintang astronomi yang menandakan ketidakberuntungan.
 
Arti harfiahnya adalah seven kills. Meskipun begitu, dalam penjelasan metafisika Qi-sha tidak diuraikan lagi dalam 7 bagian. Ia merupakan sebuah kesatuan yang menandakan hal-hal yang kurang baik.
 
Dalam ramalan Peijit, bilamana bintang ini muncul, maka seseorang sebaiknya waspada.
 
Terkait 7 bintang petaka di novel ini, benar, saya modifikasi menjadi 7 bagian dan terinspirasi dari 7 deadly sins.
 
Reviewer: Apa yang membuat Mas Rudy akhirnya memutuskan untuk mengambil sudut pandang mistis dan klenik tentang etnis Tionghoa di Indonesia dalam cerita ini?
 
Mas Rudy: Ada 2 alasannya. Pertama karena saya berlatar belakang Tionghoa, sehingga memiliki akses yang lebih mudah. Termasuk referensi dan narasumber.
 
Kedua, saya merasa belum banyak literasi indonesia yang membahas dari sudut pandang ini. Jadi, ini bisa menjadi keunikan dalam novel-novel saya.
 
Bukan hanya mistis dan klenik, tapi juga tentang kebijaksanaan TriDharma. Buddhisme, Taoisme, dan Confucianisme.
 
Reviewer: Mas Rudy memasukkan unsur numerologi tentang Tabel Konversi Numerik Pythagoras dalam cerita ini. Berkaitan dengan hal itu, saya penasaran, seberapa penting numerologi dalam kebudayaan Tionghoa? Apakah orang awam seperti saya bisa mempelajarinya?
 
Mas Rudy: Numerologi adalah ilmu metafisika yang kebetulan saya dalami. Bukan budaya Tionghoa, lebih kepada western.
 
Saya hanya ingin menyampaikan bahwa metafisika berlaku universal dan terkadang apa yang kita anggap kebetulan, bisa memiliki jalinan.
 
Bukan untuk dipuja, tapi direnungkan saja, karena ternyata alam menyediakan begitu banyak informasi yang blm bisa dipahami manusia
 
Mengingatkan diri bahwa kuasa Sang Pencipta begitu besarnya, sehingga tidak perlulah kita sebagai manusia jemawa. Orang awam bisa mempelajarinya. Seperti saya yang tidak gifted dan bukan indigo.
 
Reviewer: Dalam satu adegan, Mas Rudy menampilkan perssona Mas Rudy dalam cerita ini. Sungguh unik. Apa alasan di balik penggunaan persona penulis itu?
 
Mas Rudy: Sebenarnya bukan hanya saya. Nama nama tokoh pun berasal dari kawan-kawan saya. Mulai dari Lintang Ayu, Felix Sitorus, Fery EfWe, Suhu Yong-min, hingga cameo sepeti Donny de Keizer, Muthiah Alhasany. Ini cara unik saya membangun karakter. Karena karakter tokoh-tokoh ini saya copy dari karakter mereka di real life. Dengan demikian, bentukan karakter ini akan memiliki "nyawa".
 
Reviewer: Saya membaca bahwa latar belakang Mas Rudy adalah seorang ahli numerologi. Dengan latar belakang tersebut, bagaimana Mas memandang metafisika versus logika?
 
Mas Rudy: Saya sebut metafisika sebagai unrevealed science. Apa yang gaib di zaman ini belum tentu gaib di masa depan.
 
Di masa lalu, gerhana dianggap kejadian supranatural. Sekarang sudah bukan lagi.
 
Namun, saya lebih suka menganggap metafisika sebagai bagian dari filsafat. Diambil hikmahnya saja, esensinya apa. Maknanya apa. Semua hal yang muncul dari analisis metafisika adalah metafora kehidupan.
 
Bukan untuk didewakan, jangan pula terlalu skeptis.

Penulis novel Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka dapat dihubungi melalui akun Instagram @acek_rudy

-

Reviewer: Lupy Agustina

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url