Review Buku A Little Book About You Karya Elvira
Kita diminta untuk tak tergesa oleh bait-baitnya. Diantar untuk bernapas pelan-pelan, sambil membuka lapis tafsir di dalamnya.
Keajaiban puisi yang demikian dapat saya temukan pada A Little Book About You karya Elvira. Sajak-sajaknya sederhana tetapi menyentuh hati.
Buku A Little Book About You membicarakan tentang kisah menghadapi cinta dan kerabatnya. Banyak kejutan manis yang dapat membuat pembaca tersipu, tertegun, bahkan merasa sesak.
Untuk tahu lebih dalam mengenai puisi di dalam buku ini, simak review berikut.
Baca juga: Review Buku Menemukan Jati Diri (Dengan Pikiran dan Hati Kita)
Judul buku: A Little Book About You
Penulis: Elvira
Penerbit: One Peach Media
Tahun Terbit: Agustus 2019
ISBN: 978-602-0767-93-2
Buku A Little Book About You merupakan sebuah antologi puisi. Pada buku ini, penulis menyematkan 3 judul yakni Tentang Cinta, Tentang Harapan, dan Tentang Perjuangan.
Bukan sekadar kumpulan puisi, setiap halaman buku tersebut memiliki grafis yang cantik. Hal ini semakin membuat pembaca nyaman menyelami makna puisi.
Hal ini terlihat pada puisi berikut,
Bagiku, waktu tidaklah mutlak
jiwaku tidak mengenal
jarum jam maupun angka
penunjuk hari
Aku menghitung setiap
detak hidup dalam
senyuman, genggam, dan
bisikan halusmu
Puisi ini menunjukkan bahwa rasa cinta mampu mengubah penafsiran seseorang tentang waktu. Bukankah banyak kita temukan seseorang yang merasa waktunya terhenti saat orang yang dicintainya tiada?
Siang-malam, pergantian minggu dan bulan, tak lagi bermakna. Penanda masa pada hidup mereka telah pergi, hanya rasa hampa hadir bertubi-tubi.
Berbicara perihal cinta, tak lupa penulis menggarisbawahi bahwa cinta adalah tentang memaafkan.
Selalu ada kata maaf untuk cinta
Jika dia tak termaafkan, sudah
saatnya kau
mempertanyakan
keberadaan cinta
di hatimu
Tentu saja, ini bukan semata memaafkan dengan membabi buta. Mengampuni atas cinta bukanlah menoleransi perbuatan kasar atau pelecehan.
Review Buku A Little Book About You karya Elvira
Identitas BukuJudul buku: A Little Book About You
Penulis: Elvira
Penerbit: One Peach Media
Tahun Terbit: Agustus 2019
ISBN: 978-602-0767-93-2
Buku A Little Book About You merupakan sebuah antologi puisi. Pada buku ini, penulis menyematkan 3 judul yakni Tentang Cinta, Tentang Harapan, dan Tentang Perjuangan.
Bukan sekadar kumpulan puisi, setiap halaman buku tersebut memiliki grafis yang cantik. Hal ini semakin membuat pembaca nyaman menyelami makna puisi.
Tentang Cinta
Sajak pada bab Tentang Cinta menggambarkan ‘butterfly effect era’: masa-masa penuh keriangan dan suka cita. Pada bab ini penulis berbicara tentang bagaimana cinta mengubah pandangan seseorang terhadap realitas.Hal ini terlihat pada puisi berikut,
Bagiku, waktu tidaklah mutlak
jiwaku tidak mengenal
jarum jam maupun angka
penunjuk hari
Aku menghitung setiap
detak hidup dalam
senyuman, genggam, dan
bisikan halusmu
Puisi ini menunjukkan bahwa rasa cinta mampu mengubah penafsiran seseorang tentang waktu. Bukankah banyak kita temukan seseorang yang merasa waktunya terhenti saat orang yang dicintainya tiada?
Siang-malam, pergantian minggu dan bulan, tak lagi bermakna. Penanda masa pada hidup mereka telah pergi, hanya rasa hampa hadir bertubi-tubi.
Berbicara perihal cinta, tak lupa penulis menggarisbawahi bahwa cinta adalah tentang memaafkan.
Selalu ada kata maaf untuk cinta
Jika dia tak termaafkan, sudah
saatnya kau
mempertanyakan
keberadaan cinta
di hatimu
Tentu saja, ini bukan semata memaafkan dengan membabi buta. Mengampuni atas cinta bukanlah menoleransi perbuatan kasar atau pelecehan.
Memaafkan dalam cinta berarti memberi ruang untuk saling memperbaiki.
Tak jarang, harapan tersebut membuat kita terluka. Rasa sakit dan pedih dari harapan membuat kita begitu membenci luka.
Padahal, bukankah seharusnya kita sadar bahwa yang paling kita cinta adalah yang paling mampu membuat kita tersakiti?
Bukan salah luka jika kita mengalami pilu. Tentang luka, penulis mencantumkan secara khusus dalam puisinya.
Bukankah luka semacam penanda
bahwa seseorang pernah ada?
Bukankah setiap luka punya cerita?
Melalui puisinya, penulis memberitahu pembaca untuk tidak takut kepada luka. Luka sama berharganya dengan cinta.
Luka menghadirkan kebijaksanaan jika kita terima dengan dewasa.
Betapa lekatnya luka kepada cinta, penulis meminta kita untuk realistis dalam berharap. Tidak semua orang yang kita cinta dapat kita miliki.
Beberapa orang hadir dalam hidup kita hanya sebagai tamu. Maka menurut penulis,
Tak ada gunanya memohon
hingga air mata mengering
untuk sesuatu yang bukan
ditakdirkan untukmu
Meski mencintai dengan hati, kita tak boleh meninggalkan logika. Jika yang kita cinta bukan untuk kita, maka perlihatkanlah bentuk cinta kita dalam sebuah penerimaan.
Gunakanlah energi cinta kita bagi sesuatu atau seseorang yang layak mendapatkannya. Jangan sampai kita menyesal karena tak menggunakan kesempatan yang kita punya.
Seperti kata penulis,
Jangan sampai kesempatan
berubah menjadi kenangan.
Bagi siapa pun yang merindukan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, masuklah ke dalam buku ini. Nikmatilah keindahan cinta, manisnya pilu, dan panasnya rindu.
Tentang Harapan
Cinta dan harapan adalah dua sejoli yang tak terpisahkan. Ketika mencintai seseorang, secara alamiah kita menaruh harapan-harapan tertentu pada orang tersebut.Tak jarang, harapan tersebut membuat kita terluka. Rasa sakit dan pedih dari harapan membuat kita begitu membenci luka.
Padahal, bukankah seharusnya kita sadar bahwa yang paling kita cinta adalah yang paling mampu membuat kita tersakiti?
Bukan salah luka jika kita mengalami pilu. Tentang luka, penulis mencantumkan secara khusus dalam puisinya.
Bukankah luka semacam penanda
bahwa seseorang pernah ada?
Bukankah setiap luka punya cerita?
Melalui puisinya, penulis memberitahu pembaca untuk tidak takut kepada luka. Luka sama berharganya dengan cinta.
Luka menghadirkan kebijaksanaan jika kita terima dengan dewasa.
Betapa lekatnya luka kepada cinta, penulis meminta kita untuk realistis dalam berharap. Tidak semua orang yang kita cinta dapat kita miliki.
Beberapa orang hadir dalam hidup kita hanya sebagai tamu. Maka menurut penulis,
Tak ada gunanya memohon
hingga air mata mengering
untuk sesuatu yang bukan
ditakdirkan untukmu
Meski mencintai dengan hati, kita tak boleh meninggalkan logika. Jika yang kita cinta bukan untuk kita, maka perlihatkanlah bentuk cinta kita dalam sebuah penerimaan.
Gunakanlah energi cinta kita bagi sesuatu atau seseorang yang layak mendapatkannya. Jangan sampai kita menyesal karena tak menggunakan kesempatan yang kita punya.
Seperti kata penulis,
Jangan sampai kesempatan
berubah menjadi kenangan.
Tentang Perjuangan
Hubungan yang baik tidak lahir dalam pengabaian. Cinta itu tumbuhan yang perlu dirawat. Dengan begitu, jika cinta tumbuh dengan baik, hubungan yang terjadi akan sehat pun menyenangkan.
Akan tetapi, hubungan yang sehat tak merawat cinta sendirian. Satu sama lain harus berperan, saling berjuang.
Jika tidak, irama keduanya tak lagi selaras. Tak mustahil ikatan tersebut akan semakin memudar dan kandas.
Seperti yang diungkapkan penulis dalam puisinya,
Akan tetapi, hubungan yang sehat tak merawat cinta sendirian. Satu sama lain harus berperan, saling berjuang.
Jika tidak, irama keduanya tak lagi selaras. Tak mustahil ikatan tersebut akan semakin memudar dan kandas.
Seperti yang diungkapkan penulis dalam puisinya,
Bukan jarak yang memutuskan ikatan
perpisahan terjadi ketika
dua hati tak lagi berdetak
pada irama yang sama
Berbicara tentang jarak, bagi beberapa orang, ia menjadi polemik menakutkan. Hitungan kilometer sama dengan angka rindu yang semakin besar.
Jarak menjadi perjuangan merawat rindu, menunda pertemuan. Pecinta mana yang tak pedih tak bertemu belahan jiwanya?
Namun, begitulah cinta. Lagi pula, cinta macam apa yang tak menerbitkan rindu? Sedang rindulah yang menjadi bahan bakarnya.
Begini kata penulis soal rindu.
Ada rindu yang tak pernah
putus, walau temu sudah
kurengkuh berkali-kali.
Perjuangan menempuh cinta memang tak mudah. Ada ikatan yang harus tetap dijaga rekatannya. Ada bara rindu yang harus terus menyala.
Akan tetapi, apatah arti semua itu jika dilakoni bersama orang tercinta?
perpisahan terjadi ketika
dua hati tak lagi berdetak
pada irama yang sama
Berbicara tentang jarak, bagi beberapa orang, ia menjadi polemik menakutkan. Hitungan kilometer sama dengan angka rindu yang semakin besar.
Jarak menjadi perjuangan merawat rindu, menunda pertemuan. Pecinta mana yang tak pedih tak bertemu belahan jiwanya?
Namun, begitulah cinta. Lagi pula, cinta macam apa yang tak menerbitkan rindu? Sedang rindulah yang menjadi bahan bakarnya.
Begini kata penulis soal rindu.
Ada rindu yang tak pernah
putus, walau temu sudah
kurengkuh berkali-kali.
Perjuangan menempuh cinta memang tak mudah. Ada ikatan yang harus tetap dijaga rekatannya. Ada bara rindu yang harus terus menyala.
Akan tetapi, apatah arti semua itu jika dilakoni bersama orang tercinta?
Baca Juga: Review Buku Reinkarnasi
Namun, menurut saya, puisi tentang romantisme justru semacam healing tersendiri.
Kisah-kisah cinta yang dituturkan Elvira seperti pohon tabebuya yang rekah di bulan Oktober. Indah dan semarak. Meski banyak kelopak bunganya yang berguguran, tak sedikitpun mengurangi kemolekannya.
Begitu pula dengan puisi-puisi bernuansa pilu dalam buku ini. Penulis mengingatkan saya bahwa cinta bukan hanya soal bahagia tetapi juga penerimaan terhadap duka.
Adakah yang bisa menolak sensasi magis semacam itu?
A Little Book About You juga menjadi pengingat untuk saya agar menghargai hal kecil yang dimiliki oleh orang-orang tercinta.
Hal kecil yang dianggap sepele karena terbiasa dengan keberadaannya. Padahal, menurut penulis, pondasi dalam sebuah hubungan datang dari hal sederhana.
Kedalaman puisi semakin bertambah seiring penggunaan kata-kata unik dan estetis. Penulis memakai kata-kata seperti ‘eunoia’, ‘melingar', ‘merayan’, dan lain sebagainya.
Saya juga terkesan dengan licentia poetica yang dimiliki penulis. Misalnya pada frasa ‘secangkir desau’.
Kata ‘desau’ yang menunjukkan bunyi-bunyian justru diletakkan penulis pada sebuah cangkir. Padahal, bukankah cangkir biasanya berisi sesuatu yang cair dan bukan suara?
Hal tersebut menunjukkan bahwa penulis memiliki kepekaan dan kebebasan dalam mengombinasikan kata. Luar biasa bukan?
Pandangan Reviewer terhadap Buku A Little Book About You karya Elvira
Bagi sebagian orang dewasa, membaca puisi cinta mungkin dianggap terlalu kekanakan, terlalu picisan. Tak cocok bagi ritme orang dewasa yang serba serius dan realistis.Namun, menurut saya, puisi tentang romantisme justru semacam healing tersendiri.
Kisah-kisah cinta yang dituturkan Elvira seperti pohon tabebuya yang rekah di bulan Oktober. Indah dan semarak. Meski banyak kelopak bunganya yang berguguran, tak sedikitpun mengurangi kemolekannya.
Begitu pula dengan puisi-puisi bernuansa pilu dalam buku ini. Penulis mengingatkan saya bahwa cinta bukan hanya soal bahagia tetapi juga penerimaan terhadap duka.
Adakah yang bisa menolak sensasi magis semacam itu?
A Little Book About You juga menjadi pengingat untuk saya agar menghargai hal kecil yang dimiliki oleh orang-orang tercinta.
Hal kecil yang dianggap sepele karena terbiasa dengan keberadaannya. Padahal, menurut penulis, pondasi dalam sebuah hubungan datang dari hal sederhana.
Kedalaman puisi semakin bertambah seiring penggunaan kata-kata unik dan estetis. Penulis memakai kata-kata seperti ‘eunoia’, ‘melingar', ‘merayan’, dan lain sebagainya.
Saya juga terkesan dengan licentia poetica yang dimiliki penulis. Misalnya pada frasa ‘secangkir desau’.
Kata ‘desau’ yang menunjukkan bunyi-bunyian justru diletakkan penulis pada sebuah cangkir. Padahal, bukankah cangkir biasanya berisi sesuatu yang cair dan bukan suara?
Hal tersebut menunjukkan bahwa penulis memiliki kepekaan dan kebebasan dalam mengombinasikan kata. Luar biasa bukan?
Bagi siapa pun yang merindukan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, masuklah ke dalam buku ini. Nikmatilah keindahan cinta, manisnya pilu, dan panasnya rindu.
Wawancara dengan Penulis
Reviewer: Menulis Puisi cinta, menurut saya tak semudah yang orang-orang katakan. Saya sangat salut dengan kepiawaian penulis dalam menuangkan perasaan.Bagaimana cara penulis menyiasati agar sebuah puisi menjadi tidak terlalu personal sekalipun berasal dari pengalaman pribadi? Atau justru hal itu baik-baik saja menurut penulis?
Penulis:
Reviewer: Dalam sebuah puisi, penulis bertutur tentang jarak dalam sebuah hubungan sebagai jeda agar tak kehilangan diri sendiri. Bisakah penulis jelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut?
Penulis:
Reviewer: Dalam puisi lain, penulis menyebutkan tentang Orion dan Pegasus? Apa hubungan kedua mitologi tersebut dengan tema puisi penulis?
Penulis:
Reviewer: Berbicara soal cinta, rasanya tak afdol kalau tak membahas pernyataan, "Cinta yang membara biasanya mudah padam" setujukah penulis dengan pernyataan tersebut?
Penulis:
Reviewer: Selama ini penulis telah menerbitkan buku puisi dan juga novel. Di antara keduanya, menulis novel ataukah puisi yang menjadi favorit penulis? Boleh tahu alasannya?
Penulis:
-
Penulis buku A Little Book About You dapat dihubungi melalui laman Instagram @catatanseorangeha.
Reviewer: Lupy Agustina
Penulis:
Reviewer: Dalam sebuah puisi, penulis bertutur tentang jarak dalam sebuah hubungan sebagai jeda agar tak kehilangan diri sendiri. Bisakah penulis jelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut?
Penulis:
Reviewer: Dalam puisi lain, penulis menyebutkan tentang Orion dan Pegasus? Apa hubungan kedua mitologi tersebut dengan tema puisi penulis?
Penulis:
Reviewer: Berbicara soal cinta, rasanya tak afdol kalau tak membahas pernyataan, "Cinta yang membara biasanya mudah padam" setujukah penulis dengan pernyataan tersebut?
Penulis:
Reviewer: Selama ini penulis telah menerbitkan buku puisi dan juga novel. Di antara keduanya, menulis novel ataukah puisi yang menjadi favorit penulis? Boleh tahu alasannya?
Penulis:
-
Penulis buku A Little Book About You dapat dihubungi melalui laman Instagram @catatanseorangeha.
Reviewer: Lupy Agustina
Baca Juga: Review Buku The Dusk is Red