Review Novel Aliyah karya Gustira Monita

Review Novel Aliyah karya Gustira Monita

Aliyah.

Mulanya, saya mengira novel ini bercerita tentang seorang perempuan bernama Aliyah. Namun, perkiraan saya keliru. Aliyah bukanlah nama orang, melainkan nama tempat. Lebih tepatnya, nama suatu negeri.

Entah imajinasi apa yang bersarang di kepala sang pemilik pena, tapi cerita yang dituturkan dalam novel ini cukup out of the box. Saya bahkan ikut merasakan “petualangan” si tokoh utama.

Penasaran dengan gambaran umum dan ulasan novel Aliyah?

Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Review Novel Rat Race

Review Novel Aliyah karya Gustira Monita

Judul: Aliyah
Penulis: Gustira Monita
ISBN: 978-623-8342-22-8
Isi: x, 103 halaman
Penerbit: Deepublish
Tahun Terbit: 2023
Jenis: Novel/Fiksi

Gambaran Umum Novel Aliyah

Keluarga Elisha

Di halaman awal, pembaca akan dikenalkan dengan sebuah keluarga yang terdidik dan cukup terpandang. Terdiri dari ayah, yang merupakan seorang panglima besar. Ibu yang berprofesi sebagai guru. Kakak perempuan yang bergelar Guru Muda dan memilih untuk menikah. Kakak laki-laki yang seorang arkeolog. Terakhir, si tokoh utama bernama Elisha Salome.

Suatu hari, Elisha ingin memperdalam ilmu kedokteran di negeri lain. Namun, sang ayah menentang keinginan anak bungsunya seraya berkata, “Elisha tidak boleh keluar dari Aliyah”. Tentu mendengar keinginannya ditepis, Elisha berontak. Ia bahkan mengurung diri dan memutus kontak dengan siapapun.

Singkat cerita, sang ayah merelakan Elisha pergi, dengan catatan dapat ditemani oleh kakaknya.

Dari sini, perjalanan Elisha dimulai.

Negeri-Negeri yang Disinggahi Elisha

Dalam novel ini, setidaknya ada 4 negeri yang sempat disinggahi Elisha.

1. Negeri Aliyah

Negeri Aliyah merupakan tempat kediaman Elisha beserta keluarganya.

2. Negeri Kuda

Negeri pertama yang dipijaki Elisha dalam misi “meraih mimpi” ialah Negeri Kuda.

Di negeri ini, Elisha melihat pemandangan yang cukup mengerikan di bidang medis. Pengobatan khas Negeri Kuda membuat siapapun takut sakit. Tak ada bius, ataupun sentuhan tangan yang lembut.

Dokter di negeri ini seolah membantu para pasien untuk menemui ajalnya. Hal ini diperkuat dengan perkataan Buy (seorang penduduk asli Negeri Kuda), “…cepat atau lambat, semua orang akan mati. Dokter hanyalah tempat reservasi tiket”.

Oh iya, di negeri ini Elisha tinggal di kediaman kakaknya. Sedari awal, ia merasa ada yang janggal dengan rumah sang kakak. Ia kerap mendapat mimpi buruk dan kejadian aneh.

Singkat cerita, demi kebaikan bersama, mereka keluar dari Negeri Kuda. Menyedihkannya, kakak beradik ini harus berpisah.

Sang kakak melanjutkan perjalanan ke arah utara, sedangkan Elisha diminta untuk pergi sejauh mungkin ke arah barat.

Saya bahkan merasakan perihnya hati Elisha. Bagaimana mungkin ia berjalan sendirian di negeri orang? Bagaimana jika ia tersesat? Bukankah pada awalnya, sang kakak sudah bersedia akan menjaga Elisha di Negeri Kuda? Mengapa malah berpisah?

3. Negeri Gulali

Nasib baik menghampiri Elisha. Ia tiba di Negeri Gulali. Sesuai namanya, penduduk di negeri ini sangat “manis”. Terbilang sangat friendly untuk para pendatang.

Kendati demikian, konflik tak bisa terhindarkan. Elisha bertemu dengan pasien bernama Shenor. Bukannya menerima kebaikan Elisha, Shenor malah menganggap dokter muda itu terlalu ikut campur di hidupnya. Nyawa Elisha bahkan hampir terenggut oleh Shenor.

Nasib baik lagi-lagi berada di pihak Elisha. Ia lolos dari ancaman maut tersebut.

4. Negeri Kenangan

Selanjutnya, Elisha berlabuh di Negeri Kenangan. Ia bergabung dengan tim volunteer untuk bekerja secara sukarela di pulau itu.

Nahas, di negeri ini Elisha melihat pemandangan yang menyedihkan. Banyak sekali korban perang dengan kondisi yang parah, dimulai luka tebasan, hingga organ tubuh yang hampir terlepas dari tempat seharusnya.

Petualangan Elisha tidak berhenti sampai di sana. Ia tetap menyusuri negeri-negeri lain sembari diselimuti kerinduan pada keluarganya.

Baca Juga: Review Buku PSBB

Pemeran

Nama-nama yang memeriahkan novel ini:

1. Elisha Salome
2. Ayah Elisha
3. Ibu Elisha
4. Kakak perempuan Elisha
5. Saudara laki-laki Elisha
6. Dokter Senior di gereja tua Negeri Kuda
7. Buy, stranger yang ditemui Elisha di Negeri Kuda
8. Pak Tua di Negeri Gulali
9. Meli, istri Pak Tua
10. Shenor

Pandangan Reviewer tentang novel Aliyah

Saat membaca novel dengan tebal 103 halaman ini, saya seperti terseret untuk memasuki negeri dongeng. Terlebih, ceritanya dituturkan dengan gaya bahasa yang khas. Sebagai novel pertama, saya benar-bernar takjub dengan style menulis sang pemilik pena.

Menggunakan alur campuran, tentu saja membuat ceritanya lebih dinamis. Pembaca akan dibuat berpikir untuk mencari benang merah antardimensi waktu.

Kemudian, tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel ini cenderung sedikit, sehingga pembaca tidak akan kesulitan dalam mengingat setiap tokohnya. Sayangnya, penulis tidak memberi nama pada beberapa tokoh, seperti anggota keluarganya Elisha, dokter senior, pak tua, dan sebagainya.

Sementara itu, ditinjau dari sudut pandang kepenulisan, saya merasa kurang paham dengan POV yang digunakan penulis. Pada chapter awal, menggunakan sudut pandang orang ketiga. Namun di halaman 7 sampai 9, sudut pandang berubah haluan menjadi “aku” versi ibu Elisha. Lalu, di halaman berikutnya si “aku” menjadi Elisha.

Di akhir cerita, penulis menggunakan gaya open ending. Jadi, pembaca akan dibuat penasaran dengan perjalanan Elisha. Apakah Elisha akan terus berkelana? Apakah Elisha akan pulang ke Aliyah? Entahlah.

Overall, saya menyukai imajinasi penulis yang cukup “liar”. Tentu saja butuh keberanian ekstra untuk melahirkan novel pertama dengan genre demikian.

Oh iya, terlepas dari ulasan saya mengenai novel Aliyah, ada beberapa poin yang saya soroti dalam novel ini.

Pertama, terkadang kita perlu memiliki keberanian seperti Elisha. Meski ada ketakutan dan merasa buta arah, tapi Tuhan selalu ada di samping kita. Sebagaimana yang diucapkan kakak Elisha saat berpisah, “Kau tak butuh arah. Mengalirlah seperti air. Alam akan menuntunmu, Tuhan akan melindungimu.”

Kedua, sejauh apapun kaki kita melangkah, keluarga tetap menjadi tempat ternyaman untuk pulang.

Wawancara dengan Gustira Monita

Reviewer: Halo Kak Gustira! Untuk memulai wawancara ini, saya ingin bertanya dulu tentang alasan mengapa kakak menerbitkan novel di penerbit Deepublish? Terus, hobi menulis muncul sejak kapan? Dari kecil, kah?

Gustira Monita: Itu random saja, Kak. Sebelumnya sudah terbit di penerbit lain versi cetaknya, tapi tidak ada versi ebook, sehingga saya mencari penerbit yang bisa menerbitkan ulang versi ebook agar bisa dijangkau oleh teman-teman yang sedang berada di luar negeri.

Iya benar, dari kecil saya sudah hobi menulis, puisi, cerpen, dan story telling. Kebetulan ibu saya seorang guru. Dia inspirasi saya untuk belajar.

Reviewer: Wah! Pantesan novelnya enak dibaca. Hehe.

Okay, mari masuk ke pertanyaan tentang novel kakak. Nah, jadi, mulanya, saya mengira kalau novel ini tuh bercerita tentang seorang perempuan bernama Aliyah. Namun ternyata Aliyah nama sebuah tempat. Atau lebih tepatnya, nama suatu negeri.

Pertanyaannya, mengapa Kak Gustira mengusung judul “Aliyah”.

Gustira Monita: Aliyah ini diambil dari sebuah konsep budaya Yahudi, yaitu ketika orang-orang Yahudi bermigrasi ke Israel. Orang-orang Yahudi menganggap bahwa Israel tersebut adalah “rumah”, di mana dalam hal ini menjadi inspirasi saya untuk mengusung konsep semiotika dari budaya ini. 

Selain itu, dalam agama Islam, Aliyah adalah sebutan untuk anak perempuan yang berarti mulia, kita juga mengenal bahwa Aliyah merupakan jenjang pendidikan yang setara dengan sekolah menengah, dalam artian, hal ini juga bersangkutan dengan tokoh dalam cerita Aliyah ini, di mana dia adalah seorang gadis remaja yang sedang bertaruh untuk mewujudkan mimpinya dan juga untuk menemukan rumah tanpa melupakan rumah atau tanah kelahirannya. 

Terdapat simbolis dan konsep banyak keagamaan dalam cerita ini.

Reviewer: Okay, next!

Apa sih yang menginspirasi Kak Gustira sehingga terbentuk Negeri Kuda, Negeri Gulali, dan Negeri Kenangan? Apa filosofi terhadap nama-nama itu?

Gustira Monita: Negeri Kuda simbolis dari tempat-tempat di dataran tinggi. Di mana orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan tentunya memiliki peliharaan yang berupa kuda. Negeri Gulali, adalah tempat di mana orang-orang ingin mendapatkan kedamaian (romantisme kehidupan), persinggahan, wisata, pengobatan, dan lain-lain.

Negeri kenangan adalah daerah konflik. Nama kenangan diambil untuk mengenang kejadian-kejadian mengerikan yang membuat traumatik pada setiap momen (setiap orang memiliki traumanya), setiap orang memiliki konfliknya sendiri.

Konflik yang dimaksud bukan hanya soal peperangan di suatu daerah/tempat tertentu, melainkan perkelahian (pertengkaran) dalam jiwa seseorang.

Reviewer: Haaa, luar biasa sekali, Kak. Huhu.

Next, mengapa sih Kak, kakak tidak memberi nama pada orang tua Elisha dan kedua kakaknya? Ada alasan khusus, kah?

Gustira Monita: Pada saat menulis novel ini, saya dalam keadaan ‘dipantau’ karena terlibat dalam masa aksi pada tahun 2020 di Yogyakarta. Sehingga membuat saya harus meminimalisirkan informasi apa saja yang saya buat di sana, termasuk nama-nama keluarga yang sangat sensitif.

Kebanyakan orang berpikir Aliyah ini adalah kisah saya, padahal ini adalah observasi dari beberapa orang.

Reviewer: Uh!!!

Next, dalam novel ini diceritakan kisah mengharukan saat Elisha dan kakaknya keluar dari Negeri Kuda. Mengapa kakak Elisha mengajak adiknya berpisah ke arah yang berlawanan? Mengapa mereka tidak menuju ke arah yang sama?

Gustira Monita: Karena pada saat itu terjadi konflik internal yang mengharuskan mereka berpisah dan tetap hidup. Jika mereka pergi ke arah yang sama dan keduanya ‘disergap’ maka secara otomatis garis keturunan akan punah.

Hal itu sudah ditanamkan di dalam keluarga Elisha, untuk terus hidup dan melanjutkan perjalanan. Selain itu, hal ini juga merupakan artian bahwasannya setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, tidak bergantung dengan orang lain meskipun itu adalah saudara kandung sendiri.

Reviewer: Baik. Nah, pertanyaan pamungkas dari pertanyaan tadi dan jawaban kakak di atas adalah, apakah perjalanan Elisha akan terus berlanjut?

Gustira Monita: Sementara sudah selesai.

Reviewer: Selesai?

Gustira Monita: Sudah selesai.

-

Penulis novel Aliyah dapat kamu sapa melalui Instagram @gustiramonita.

Reviewer: Fitri Ayu Febrianti.

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url