Review Buku Bahagia karena Memberi karya Sutono Adiwerna

Review Buku Bahagia karena Memberi karya Sutono Adiwerna

Berapa banyak orang dewasa yang mau membaca buku anak-anak? Sepertinya, banyak orang dewasa yang merasa sudah 'tidak butuh' cerita anak-anak.

Buku cerita anak-anak mungkin terlihat hanya menyajikan kisah sederhana. Namun, bukankah kisah sederhana juga memuat banyak kebijaksanaan?

Buku Bahagia karena Memberi, serupa dengan namanya, memberi kebahagiaan kepada pembaca lewat kisah-kisah yang simple.

Membaca kumpulan cerita anak karya Sutono Adiwerna seperti membasuh debu-debu yang telah lama menempel di kaca jendela. Rasa pongah telah mengalami banyak hal di usia dewasa, terkikis oleh kesederhanaan cerita dalam buku ini.

Penasaran? Bagaimana sebuah cerita anak dapat begitu membekas di hati orang dewasa?

Baik, simak ulasan berikut ini.

Baca Juga: Review Novel Rat Race

Review Buku Bahagia karena Memberi karya Sutono Adiwerna

Identitas buku

Judul: Bahagia karena Memberi
Penerbit: Zukzez Express
Pengarang: Sutono Adiwerna
Tahun: Juli, 2023
ISBN: 978-623-274-451-6
Isi: vii + 59 halaman

Buku Bahagia karena Memberi memuat empat belas judul cerita. Di bagian awal, penulis telah menyampaikan tema besar untuk setiap cerita, yakni tentang keutamaan bersedekah dan berinfaq.

Secara apik, penulis membuat halaman khusus untuk kutipan yang diberi judul “Mutiara Hadis” dan “Mutiara Qur’an”.

Hadis dan ayat Al-Quran yang dicantumkan oleh penulis adalah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, juga Q.S. Al-Baqarah ayat 267.

Berikut judul-judul cerita yang dimuat dalam buku ini.

1. Baju untuk Lili
2. Memberi, Membahagiakan
3. Pemilihan Ketua Kelas
4. Dua Pedagang Takoyaki
5. Gito yang Baik Hati
6. Pelajaran dari Toko Om Rudi
7. Dino dan Batu di Jalan
8. Ketika Uang Danang Hilang
9. Bi Riyah
10. Nanang dan Ayam Jagonya
11. Buah Ketekunan
12. Si Belang
13. Juara Sebenarnya
14. Hikmah Sedekah

Gambaran Umum Buku Bahagia karena Memberi karya Sutono Adiwerna

Sedekah bukan Hanya Soal Materi

Makna sedekah akhir-akhir ini tampaknya menjadi semakin kerdil. Sedekah senantiasa diidentikkan dengan materi, entah berupa uang maupun barang.

Padahal, arti sedekah tidaklah sesederhana itu. Dalam buku Bahagia karena Memberi, ada lima judul cerita yang mengedukasi pembaca tentang betapa luasnya makna sedekah.

Pada cerita berjudul Pemilihan Ketua Kelas, penulis menyampaikan pesan yang cukup mendalam tentang sedekah dalam mengemban amanah. Cerita berjudul Gito yang Baik Hati memberikan nuansa yang serupa dengan cerita pertama.

Pemuda bernama Gito dengan segala keterbatasan yang ia miliki berusaha untuk tetap bersedekah meski hanya tenaganya yang mampu disedekahkan.

Dalam cerita Pelajaran dari Toko Om Rudi, pembaca akan kembali diajak merenung lewat peristiwa sederhana yang dialami tokoh Dewi. Saya katakan sederhana, karena kisah ini hanya bercerita tentang uang receh yang ternyata dampaknya tidaklah receh.

Dua cerita lainnya berjudul Buah Ketekunan dan Juara Sebenarnya tak kalah menarik. Kedua cerita ini dikemas dengan alur yang lebih panjang dari cerita-cerita lainnya.

Peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam dua cerita tersebut akan semakin memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa sedekah tidak terbatas pada materi saja.

Merelakan dan Menjauhi Ketamakan

Dalam sebagian harta yang kita miliki, terdapat hak orang atau makhluk lain. Pesan tersebut disampaikan penulis dalam cerita berjudul Si Belang.

Siapa sangka, seekor kucing ternyata mampu memberikan pesan soal merelakan sesuatu. Dalam cerita ini, tokoh Zahra harus merelakan ayam goreng kesukaannya diambil oleh seekor kucing. Terlihat sangat remeh bukan?

Penulis memang pandai meramu peristiwa dari kehidupan sehari-hari, bahkan kejadian kecil sekali pun. Sebelum mampu merelakan dan mengikhlaskan hal-hal besar, bukankah seseorang perlu belajar merelakan sesuatu yang kecil?

Lain halnya dengan tokoh Lili dalam Baju untuk Lili; tokoh Laras dalam Memberi, Membahagiakan; tokoh Nanang dalam Nanang dan Ayam Jagonya; juga tokoh Danang dalam Ketika Uang Danang Hilang.

Penulis membuat para tokoh tersebut agar bisa belajar arti merelakan dengan menyedekahkan sesuatu yang paling mereka sayangi dan inginkan.

Melalui cerita tokoh-tokoh tersebut, penulis menggugah kesadaran pembaca untuk tidak rakus. Penulis mengajak pembaca agar senantiasa mengingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki sebenarnya bukanlah milik kita.

Sedekah menjadi salah satu cara yang diyakini penulis dapat melembutkan hati dan menjauhkan diri dari rasa tamak.

Hindari Ujub dalam Sedekah

Spirit sedekah dalam judul Dua Pedagang Takoyaki serta Dino dan Batu di Jalan memiliki sebuah kesamaan: bersedekah tanpa perlu diketahui orang lain. Ruh sedekah semacam ini rasanya langka kita temukan, terutama di era digital.

Kita telah akrab dengan konten-konten sedekah yang memberikan banyak eksposure untuk pelakunya. Tak serta merta itu hal yang buruk, sebab tidak ada yang salah dengan menebar kebaikan.

Hanya, hati manusia memang rawan dihinggapi rasa ujub, barangkali itulah salah satu alasan mengapa kita disarankan untuk merahasiakan sedekah.

Tokoh Pak Sabar pada Dua Pedagang Takoyaki taught me alot about this. Ia yang difitnah memakai penglaris untuk meramaikan dagangannya, ternyata memiliki jiwa sedekah yang luar biasa. Lebih luar biasanya lagi, ia tak sekalipun sengaja memamerkan perbuatannya kepada orang lain.

Tokoh Dino dalam cerita Dino dan Batu di Jalan did the same thing. Ia mengesampingkan keinginannya untuk memenangi balap sepeda bersama temannya.

Dino memilih untuk menepi dahulu karena melihat batu-batu sekepalan tangan berserak di jalan. Ia tidak apa-apa, walau Rio kawannya berhasil mendahuluinya.

Dino justru merasa senang, sebab bisa membuat pengguna jalan lainnya merasa nyaman dengan menyingkirkan batu-batu tersebut.

Meski tak ada orang yang menyadari itu, Dino tak peduli. Bagi Dino, melakukan hal bermanfaat lebih penting ketimbang kebaikannya diketahui orang lain.

Keajaiban Sedekah

Tak sedikit orang-orang yang telah merasakan keajaiban sedekah. Padahal jika ditinjau secara logika, saat bersedekah, kita memberikan milik kita kepada orang lain.

Hal ini berarti, kita mengurangi apa yang kita punya. Apalagi jika yang kita berikan merupakan satu-satunya milik kita, bukankah ini justru membuat kita kekurangan?

Namun, sedekah tidak bekerja dengan aturan seperti itu. Pembaca akan menemukan ajaibnya kekuatan sedekah dalam cerita Hikmah Sedekah.

Seorang pemuda bernama Tono bersedih karena arisan kurban yang ia ikuti tiba-tiba berhenti. Padahal saat itu Iduladha hanya tinggal beberapa hari. Ia sangat ingin berkurban. Belum lagi, ayahnya juga sedang sakit dan sepeda Tono pun rusak.

Di tengah kesulitan yang ia miliki, jiwa dermawan Tono masihlah besar. Keikhlasan Tono menyedekahkan uangnya mengantarkan peristiwa ajaib kepada dirinya. Seorang wanita dermawan menyampaikan kabar gembira, kabar yang amat Tono inginkan.

Hal yang juga saya soroti dalam cerita ini, yaitu pentingnya menyertakan keikhlasan dan keyakinan dalam bersedekah. Kedua hal itu yang menurut saya menjadi penuntun datangnya keajaiban dalam bersedekah.

Baca Juga: Review Buku Amba dan Sang Rasa

Pandangan Reviewer tentang Buku Bahagia karena Memberi

Keputusan penulis mengambil tema “sedekah dan infaq” menurut saya hal yang tepat. Tema ini justru terasa amat universal. Meski diberi label kumpulan cerita anak, nyatanya, orang dewasa seperti saya pun dapat menikmatinya dengan gembira.

Buku ini hadir sebagai pengingat: semakin kita mampu merelakan, semakin banyak kita memberi kepada diri sendiri.

Setiap cerita dalam buku Bahagia karena Memberi bukanlah cerita panjang yang rumit. Karena segmentasi pembacanya adalah anak-anak, penulis terlihat benar-benar mempertimbangkan daya baca pembaca.

Selain itu, penulis menunjukkan pengalaman dan kepiawaiannya menulis cerita anak. Hal ini terlihat dari kalimat-kalimat yang dipilih oleh penulis. Penulis cenderung menggunakan kalimat-kalimat tunggal yang pendek.

Kalimat seperti itu sudah tentu cocok bagi pembaca anak-anak yang kemampuan bernalarnya masih dalam tahap berkembang. Penggunaan kalimat tunggal memungkinkan pembaca anak-anak mampu menyerap informasi dengan lebih jelas dan cepat.

Penulis pun lebih banyak menggunakan teknik describe dibandingkan dengan tell. Penggunaan teknik describe amat kentara, terutama di paragraf-paragraf awal cerita.

Teknik describe yang digunakan oleh penulis menjadi kekuatan cerita. Teknik ini dapat membuat pembaca anak-anak lebih mudah mengimajinasikan suasana-suasana dalam cerita sehingga ia lebih dekat kepada cerita tersebut.

Bahagia karena Memberi, menurut saya, menjadi buku yang patut dimiliki, terutama bagi orangtua yang ingin membangun bonding dengan buah hatinya.

Setiap cerita pada buku ini dapat dibacakan dan didiskusikan dengan seru oleh orangtua dengan anak-anak mereka. Kisah-kisahnya tidak rumit, bahkan amat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokohnya pun dibuat begitu manusiawi.

Tokoh anak dalam cerita Bahagia karena Memberi bukanlah sosok yang digambarkan tanpa cela. Setiap tokoh anak dibiarkan menyerupai anak-anak pada umumnya: mereka merasa kecewa, menjadi egois, dan mengalami penyesalan.

Akan tetapi, tokoh diberikan kebijaksanaan berpikir yang tentu saja dapat menjadi teladan bagi para pembacanya, terutama pembaca anak-anak.

Wawancara dengan Sutono Adiwerna

Reviewer: Buku Bahagia karena Memberi, menurut saya cukup sarat dengan nuansa Islami. Dari sekian banyak tokoh, saya terkesan dengan tokoh Gito. Apakah semangat bersedekah tokoh Gito tersebut terinspirasi dari salah satu kisah keteladanan sahabat Nabi?

Sutono
: Sebelum menulis, saya riset macam-macam sedekah. Sementara kisah Gito based on true story tetangga jaman saya kecil.

Reviewer: Dalam cerita berjudul Ketika Uang Danang Hilang, tokoh Danang merelakan uangnya diambil oleh seorang pengemis. Mengapa penulis memilih untuk membiarkan Danang merelakan uangnya. Padahal, di satu sisi, tindakan pengemis yang mengambil uang tersebut dapat diinterpretasikan sebagai sebuah ketidakjujuran?

Sutono: Pengemis cilik itu menemukan, sementara Danang tidak jadi meminta uangnya. Jadi menurutku belum masuk mengambil hak orang lain. Mungkin next nulis cerita POV pengemis kecil itu kali, ya.

Reviewer: Dari semua cerita dalam buku ini, cerita manakah yang memiliki arti paling mendalam bagi penulis? Mengapa demikian?

Sutono: Semuanya berkesan. Tapi yang paling nempel Bahagia karena Memberi, karena pernah dimuat di Ummi.

Reviewer: Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis, apa tantangan dalam menulis cerita anak dibandingkan dengan menulis cerita lainnya?

Sutono: Sama tantangannya. Kalau cernak kudu hati-hati diksi dan konten. Kalau genre lainnya harus eksplor unsur intrinsik.

Reviewer: Menurut penulis, ketika seseorang menulis cerita anak, perlukah ia memiliki pengetahuan dasar mengenai parenting dan psikologi anak?

Sutono: Harusnya sih iya, tapi yang penting sering baca cerita anak, lalu dekat dengan anak-anak.

-

Penulis buku Bahagia karena Memberi dapat dihubungi di laman Instagram @sutono_adiwerna

Reviewer: Lupy Agustina

BACA JUGA: Review Novel Aliyah
Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url