Review Novel Anak-Anak Daksa karya Adri A. Wisnu

Review Novel Anak-Anak Daksa Karya Adri A. Wisnu

Masa putih abu-abu memang selalu melekat dalam ingatan. Menyenangkan rasanya. Terlebih, jika pada masa “transisi” itu, kita dibersamai dengan orang-orang yang sefrekuensi.

Memori masa remaja kembali terpanggil saat membaca novel Anak-Anak Daksa. Sang pemilik pena, Adri A. Wisnu, sudah berbaik hati menyebarkan kebahagiaan melalui novel berhalaman 187 ini.

Coba, apa ekspektasimu terhadap novel Anak-Anak Daksa?

Kisah cinta antara si populer dan si kuper?

Geng motor dan perkelahian?

Atau kisah anak sultan yang flexing gaya hidupnya?

Big No! Sebenarnya novel ini mengangkat kisah keseharian Ren dan teman-temannya yang penuh dengan hal-hal random. Sesederhana itu.

Kendati demikian, penulis kelahiran 22 Maret ini memiliki sense of humor yang baik, sehingga mampu menyajikan cerita yang dinamis.

Penasaran dengan kisah Ren dan teman-temannya?

Simak ulasan berikut ini!

Baca Juga: Review Buku Napas Panjang untuk Koto Panjang

Review Novel Anak-Anak Daksa Karya Adri A. Wisnu

Deskripsi Buku

Judul: Anak-Anak Daksa
Penulis: Adri A. Wisnu
ISBN: 978-623-483-160-3
Penerbit: CV One Peach Media
Isi: x, 187 halaman
Tahun Terbit: Agustus 2023
Cetakan: Pertama
Jenis/Kategori: Novel/Fiksi

Gambaran Umum Novel Anak-Anak Daksa

Pengenalan Tokoh

Pada halaman awal, pembaca dikenalkan dengan sosok Ren, nama lengkapnya Narendra Narasimha (Ren). Penulis menjelaskan, dalam bahasa Sanskrit, nama tersebut berarti “pemimpin manusia yang gagah seperti singa”.

Apakah personality Ren sesuai dengan namanya? Setidaknya, hanya rambut Ren yang mirip singa, bukan kegagahannya.

Ren merupakan murid kelas XI IPS di SMA Daksa. Ia memiliki teman yang cukup dekat, diantaranya Javier, Abu, Dara, dan Nadia. Kemudian, ada satu lagi murid pindahan, yaitu Rana.

Hal-hal Random

Dalam novel ini, sebenarnya banyak momen yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Let’s say, saat Ren menatap foto presiden dan wapres seraya berucap “...gue bisa nggak ya jadi presiden?”, saat Ren “merayu” pak guru agar menambahkan nilai ulangannya, dan hal-hal random lainnya.

Leluconnya cukup out of the box. I’m pretty sure, pembaca tidak akan jenuh saat menyusuri halaman demi halaman.

Persahabatan

Di balik tingkahnya yang petakilan, Ren and the genk memiliki solidaritas yang tinggi. Salah satu case, ketika Abu tidak bisa ikut study tour ke Bandung, para sahabatnya berencana membantu.

Mereka menggalang dana dengan mengamen, membuat fan art, hingga membaca puisi. Mereka menamainya “Misi Operation: Save the Camel”.

Kisah Patah Hati dan Pahat Hati

Dalam novel ini, setidaknya ada 4 subjudul yang membahas kisah kasih Ren. Cowok penyuka musik rock ini sempat naksir ke anak kelas X bernama Jingga. Ia sempat menyatakan perasaannya pada gadis itu. Nahas, Ren ditolak Jingga dengan tiga alasan klise.

Pertama, “Kamu terlalu baik buat aku”.

Kedua, “Kamu pantas dapat cewek yang lebih baik dari aku”

Ketiga, “Aku lagi ingin sendiri dulu”.

Tidak ingin membuat Ren sedih, para sahabatnya berusaha menghibur. Namun berbeda dengan Rana, menurutnya Ren tidak butuh dihibur. Ia hanya butuh ditraktir di kantin sekolah. And it’s work! Ren kembali sumringah.

Rupanya, kedekatan mereka kian menguat. Mereka memiliki momen kebersamaan di Biskami, hingga saat study tour di Bandung.

Oh ya, berbicara soal study tour, destinasi pertama yang dikunjungi ialah ITB. Rana mengajak Ren ke salah satu spot di kampus tersebut, yaitu Kolam Intel. Di dekatnya, terdapat sebuah monumen bertuliskan “Sekali Teman, Tetap Teman”. Konon, jika ada yang menyatakan perasaan di tempat itu, maka cintanya tidak akan terwujud.

Tanpa berpikir panjang, keduanya saling mengutarakan perasaan dan hendak mematahkan mitos tersebut. Apakah mitosnya berhasil terpatahkan? Apakah perasaan mereka saling menyambut?

Pertanyaan itu akan terjawab di part terakhir Anak-Anak Daksa. So, kamu perlu meminang novel ini untuk mengetahui keseruan lain dan bagaimana ending dalam novel ini.

By the way, di epilog penulis memberi spoiler bahwa buku ini baru season 1, tentu masih ada kekonyolan Ren and the genk di season berikutnya.

Baca Juga: Review Buku Antologi Puisi Ibu yang Tersembunyi

Pemeran Anak-Anak Daksa

Nama-nama yang turut memeriahkan novel ini, diantaranya:

1. Narendra Narasimha (Ren)
2. Keluarga Ren: Dimas (kakak Ren), orang tua Ren
3. Sahabat Ren: Javier, Dara, Abubakar, Nadia, Rana
4. Teman sekelas Ren: Ahmad, Jeremy, Guntur, Dirga, Randi, Martin, Jessica, Joe,
5. Guru SMA Daksa: Pak Brata, Bu Surya, Bu Astuti, Pak Zul, Pak Karim, Ms. Jelita, Mr. Mat, Pak Mali, Pak Agus, Pak Purwo,
6. Nama tokoh lainnya: Alain, Jingga, Gading, Caka, Pak Rahmat, Pak Maman, Akang Samson, Mas Tutuz, Mas Indra, Sandra, Key, Luna.

Sudut Pandang Reviewer Mengenai Novel Anak-Anak Daksa

For the first time, saya membaca novel teenlit bergenre komedi. Dikemas dengan lelucon yang segar serta penuturan yang santai. I’m pretty sure, novel ini bisa menjadi “mood-booster” bagi pembaca.

Novel dengan sudut pandang orang ketiga ini menggunakan alur maju, sehingga setiap peristiwa disajikan secara runtut dari awal hingga akhir. Dengan demikian, pembaca akan lebih mudah memahami rangkaian kejadian dalam novel ini.

Dari segi visual, novel ini memiliki desain halaman sampul yang eye-catching, mengingatkan kita tentang masa-masa sekolah dulu. Begitupun layout-nya dibuat senada dengan visual sampul.

Hal yang paling saya sukai ialah narasi yang digambarkan oleh penulis. Meskipun cenderung sederhana, namun penulis mampu menyampaikan pesan yang meaningful. Selain solidaritas, novel ini juga mengajak pembaca untuk tetap menghargai guru.

Pada subjudul ke-6, saat Ms. Jelita cuti melahirkan dan aktivitas mengajarnya digantikan oleh guru lain, Ms. Jelita berpesan kepada para murid, bahwa “.... setiap guru punya gaya ngajarnya sendiri-sendiri. And believe me, it’s hard for us to make you guys listen to us. Jadi, hargai aja ya usahanya. Mungkin nggak kayak yang kalian mau, tapi percaya deh, we’ve tried the best we can.”

Mungkin terkesan sederhana. Tapi bagi kami yang berkecimpung di dunia pendidikan, statement tersebut benar-benar menyentuh. Terima kasih sudah menyuarakan hal-hal baik.

Overall, saya hampir tidak menemukan cela pada novel Anak-Anak Daksa. Saya menyukai segala hal yang ada dalam novel ini, dimulai dari visual, gaya bahasa, konteks, penokohan, dan sebagainya.

Di bagian Prakata, sang penulis menyatakan, “Kalau kamu tertawa, suruh teman-temanmu baca ‘Anak-Anak Daksa’ juga biar mereka ikutan.”

Ya, saya tidak ingin tertawa sendirian. Mari tertawa bersama dan lekas miliki novel ini!

Wawancara dengan Adri A. Wisnu

Reviewer: Penamaan tokoh dalam novel ini terbilang anti-mainstream. Dimulai dari Ren, Javier, sampai-sampai Joe. Mas Adri, kok kepikiran ngasih nama tokoh-tokoh yang unik?

Adri A. Wisnu:  Sebenernya nama-nama unik itu aku pakai untuk memberikan kesan "zaman sekarang" di ceritaku. Soalnya kan bisa dibilang nama anak-anak muda zaman sekarang memang hampir semuanya unik, dan kadang susah disebut. Jadi, aku dapet inspirasinya, yaaa dari para orangtua zaman sekarang, hehe.

Reviewer: Pada novel ini, sosok Ren benar-benar “happy virus”. Apakah ada kendala saat menghidupkan peran Ren? Lalu, terkait lelucon, sebelumnya Mas Ardi riset dulu atau spontan?

Adri A. Wisnu:  Nggak ada kendala apapun saat menulis Ren, atau menghidupkan tokoh Ren. Soalnya kalau boleh jujur, Ren itu adalah aku. Dialog dia emang semuanya fiksi dan nggak pernah aku ucapin secara pribadi, tapi keusilannya, kecenderungan becanda di situasi apapun, itu aku banget. 

Paling aku suka menyisipkan pendapat pribadiku ke dalam dialog Ren, sih. Kalau soal jokes yang aku tulis, itu semua spontan. Selain karena aku mantan komika, juga karena emang sering ngelucu juga di kehidupan nyata.

Reviewer: Terkait kedekatan Rana dan Ren, saya tuh jadi keinget Abu. Pas awal-awal, Abu nge-crush Rana kan ya? Sampai dibikinin puisi juga, hihihi. Nah, barangkali boleh dijelaskan Mas, apakah Abu cuma iseng naksir ke Rana, atau mungkin diam-diam Abu masih suka?

Adri A. Wisnu: Abu tuh sebenernya cuma crush doang. Maklum, kayaknya jarang liat cewek cantik dia. Tapi begitu dilarang ngedeketin Rana sama Dara dan Nadia, ya udah nurut. Nggak ada usaha apa-apa. Kisah Abu mengejar cinta mungkin akan ada di Season 2 (kalau ada) 😁

Reviewer: Barangkali boleh diceritakan Mas, dulu pas di bangku SMA, momen apa yang paling memorable?

Adri A. Wisnu:  Ini memorable banget. Saking memorable-nya sampe-sampe pengalaman pribadiku yang satu ini aku ceritakan sebagai bab di novel, yaitu bab Jingga. Apa yang aku tulis di situ bener-bener terjadi sama diriku ketika aku kelas 1 SMA. Memorable, sekaligus pedih.

Reviewer: Mohon maaf Mas, karena profil penulis di buku ini cenderung singkat, jadi saya sempat kepoin LinkedIn. Nah, berhubung Mas punya latar belakang Sastra Inggris, barangkali ada niatan untuk membuat buku yang relevan? Membuat novel terjemahan, mungkin? Atau novel tentang lika-liku menjadi mahasiswa sastra Inggris?

Adri A. Wisnu: Hmmmm masa-masa kuliahku, atau apapun yang aku hadapi ketika kuliah bukanlah sesuatu yang mau aku inget, jadi kayaknya untuk nulis cerita yang ada hubungannya sama dunia perkuliahan sih skip dulu ya.

Tapi dulu aku kalau nulis selalu pakai bahasa Inggris. Dari aku SMA, tahun 2008, pas masih suka nulis di Facebook dan blog, sampai tahun 2016 di Wattpad, aku selalu nulis pakai bahasa Inggris. Baru pas serius mau nerbitin aja mulai pake bahasa Indonesia.

-

Penulis novel Anak-Anak Daksa dapat kamu sapa melalui Instagram @anakbabehgue.

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url