Review Novel The Book Of DIS karya Jason Thamleonard

Review Novel The Book Of DIS karya Jason Thamleonard

Membaca novel fantasi ternyata tidak serumit yang saya bayangkan. Hal ini tentu saja setelah saya mengkhatamkan novel The Book Of DIS karya Jason Thamleonard. Seisi novelnya sangat exciting. Ada banyak bab favorit saya di dalam novel ini.

Namun, yang bikin saya rumit justru nge-review novel The Book Of DIS ini harus mulai dari mana? Jujur, saya ingin mempermudah pembaca dalam memahami gambaran novel ini. Terlebih lagi, saya ingin menulis ulasan dengan tidak terkesan membosankan.

Barangkali, untuk memudahkan pembaca dalam memahami gambaran umum novel ini, saya akan membagi per 100 halaman saja. Ini berhubung Jason mengirimkan novelnya dalam format PDF. Novel berisi 372 halaman.

Dan, beginilah gambarannya…

Baca Juga: Review Kota dan Depresi

Review Novel The Book Of DIS karya Jason Thamleonard

Deskripsi Buku

Judul: The Book Of DIS (Volume 1 Paradise Lost)
Penerbit: Euphoria Group
Pengarang: Jason Thamleonard
Tahun: 2022
Tebal Buku: 607 Halaman
ISBN: 978-623-98456-8-1
Kategori: Fantasi

100 Halaman Pertama

Untuk permulaan, mari pahami dulu, “DIS” dalam judul novel ini apa?

DIS adalah ibu kota Republik Neraka. Tembok kota ini menjulang tinggi. Di balik tembok, berdiri pusat peradaban Neraka. Tidak ada yang lebih diinginkan Republik ini, selain menjatuhkan tahta Kerajaan Surga.

Pertanyaannya, apa yang melatarbelakangi Republik Neraka ingin menumbangkan singgasana Kerajaan Surga? Setidaknya, di 100 halaman pertama, saya menyimpulkan bahwa keinginan mereka dilatarbelakangi oleh balas dendam.

Jadi, tiga ribu tahun lalu di Kerajaan Surga terjadi pemberontakan. Pemimpin pemberontakan adalah salah satu Malaikat Agung yang tinggal di kerajaan tersebut. Nama Malaikat Agung itu Lucifer. Nama aslinya Samael.

Lucifer merupakan malaikat yang paling karismatik, paling berani, dan paling dicintai. Ia dicintai seisi Surga karena merasa dekat dengannya. Sementara itu, para Malaikat Agung lainnya selalu tampil sempurna dan tanpa cela.

Malaikat Agung lainnya fokus mengemban tugas mulia mereka, sedangkan Lucifer sering bergaul bersama abdi-abdinya dan fokus menikmati hidupnya. Oleh karena itu, hatinya yang paling mudah dikuasai ‘Kegelapan’.

Suatu hari, Lucifer menantang saudara-saudaranya untuk tahta Kerajaan Surga. Ia mengerahkan hampir sepertiga Surga untuk memberontak. Pecah lah perang sipil di Kerajaan Surga. Tercatat sebagai Perang Pertama.

Kerajaan Surga menang, namun Surga kehilangan banyak korban jiwa dari Perang Pertama. Termasuk Malaikat Agung Michael yang wafat melindungi tahta Surga dari ancaman Lucifer, saudaranya sendiri.

Para Malaikat Agung kemudian mengunci Lucifer dan pengikut-pengikutnya di dalam jurang. Jurang yang sangat jauh dari Surga. Berhubung kegelapan yang mereka cari, maka kegelapanlah yang melahap mereka. Dan, tempat kegelapan itu yang disebut Neraka.

Banyak spekulasi beredar tentang apa yang terjadi pada Lucifer dan pengikutnya di Neraka. Tidak banyak yang tahu persis selain para Malaikat Agung (Enochiel, Gabriel, Raphael, Jeremiel, dan Uriel) yang sudah ada sejak kerajaan berdiri.

Tiga ribu tahun kemudian pasca pemberontakan, Kerajaan Surga dapat ancaman perang dari Republik Neraka.

Republik Neraka siap menyerang Kerajaan Surga dengan kekuatan yang tidak terbayangkan. Ini sebagai bentuk balas dendam atas kekalahan Lucifer di Perang pertama. Republik Neraka pun menginisiasi Perang Kedua.

Harapan Kerajaan Surga bertumpu pada Daniel, Malaikat muda yang bakal memimpin timnya turun ke DIS untuk mengumpulkan intel dan menggagalkan rencana Neraka…

Sampai sini, saya harap, kamu dapat memahami latar belakang cerita The Book of DIS yang, setidaknya, dapat saya ringkas pada 100 halaman pertama.

Empat Karakter Menarik yang Memeriahkan Novel Ini

Daniel: Malaikat pemberani, loyal, dan bermoralitas jernih. Ia prajurit terhormat Militarum Caelistis—angkatan bersenjata Kerajaan Surga—yang diberi tugas turun ke Neraka untuk mengumpulkan intel sebanyak-banyaknya dari ancaman Perang Kedua.

Cassiel: Malaikat yang perfeksionis dan penuh perhitungan. Juga, Kurator Kepala termuda sepanjang sejarah museum Kerajaan Surga. Malaikat yang penuh dengan ‘rahasia’.

Jophiel: Malaikat yang optimistik, energik, dan tidak sungkan mendobrak batas. Ia Letnan Jenderal Termuda di Militarum Caelistis. (Kata Cassiel, Jophiel nggak lucu).

Alecto: Lahir, tumbuh, dan besar di Neraka. Seorang inspektur rahasia Magisterium Republik. Alecto ditugaskan sebagai agen khusus Ordo Iblis Putih (organisasi rahasia terlarang di Republik Neraka yang juga mata-mata Surga).

Tempat-Tempat di Kerajaan Surga dan Republik Neraka

Kerajaan Surga

URBS Caelorum: Ibu kota Kerajaan Surga.

Citadel Angelorum: Kota benteng di pesisir Kerajaan Surga. Tempat singgah impian banyak malaikat.

Primum Mobile: Istana para Malaikat Agung. Tempat segala aspek kehidupan peradaban Malaikat.

Republik Neraka

DIS: Ibu kota Republik Neraka.

Pandemonium: Parlemen Republik Neraka.

Malebolge: Rumah para elit Republik.

Hubungan Antar Karakter

Daniel, Cassiel, dan Jophiel dilabeli penulis sebagai Trio Malaikat. Ketiganya turun ke Republik Neraka guna menggagalkan Perang Kedua. Sementara itu, Alecto lah yang memandu ketiga Malaikat turun ke Neraka. Sebab, Alecto ditugaskan sebagai agen khusus Ordo Iblis Putih.

Apakah perjalanan mereka berjalan dengan mulus?

Tentu saja tidak.

Di 100 halaman pertama, kamu akan terkekeh membaca kisah Alecto yang diberi tugas oleh Ordo. Ia harus menjumpai Grandmaster dulu, terus bertemu dengan Doktor Rhadamanthus yang secara tidak langsung ikut dalam misinya. Ah, unik pokoknya.

Pun dengan cerita Trio Malaikat yang juga tidak kalah unik. Mulai dari latar belakang keluarga, masa di mana mereka saat menjadi kadet, terlebih ‘rahasinya’ si pintar Cassiel, semua terangkum pada 100 halaman pertama.

100 Halaman Kedua

Kira-kira, apa yang kamu imajinasikan tentang Iblis dan Malaikat?

Iblis, bertaring tajam? Bersisik? Bertanduk?

Malaikat, sudah pasti dibenakmu kalau mereka itu bersayap, kan?

Di dalam novel The Book of DIS, terutama di 100 halaman kedua, baik itu deskripsi tentang Iblis atau Malaikat dibahas semuanya. Ini bermula pada saat Trio Malaikat bertemu dengan Alecto di Bumi untuk menuju Neraka bareng-bareng.

Cassiel mempertanyakan, mengapa Malaikat digambarkan dengan sayap oleh manusia?

Alecto menjelaskan, ribuan interpretasi umat manusia terhadap Malaikat adalah makhluk-makhluk bersayap. Sayap melambangkan kebebasan. Malaikat, dianggap sebagai makhluk bebas. Ironis, katanya.

Well, saya kagum menyimak perbincangan karakter-karakter yang Jason buat. Dan bagi kamu, harap tenang saja! Jika kamu menganggap Malaikat memang bersayap, atau saat membaca novel ini membayangkan Trio Malaikat bersayap, ya tidak apa-apa. Kamu bebas membayangkan seperti apa Malaikat itu.

Bagaimana? Dapat dipahami?

Balik ke topik utama.

Pada 100 halaman kedua, latar belakang cerita tetap disinggung dan lebih dipertajam. Benar, soal balas dendam tersebut. Kini, Republik Neraka berjumlah banyak ketimbang Kerajaan Surga. Ditambah lagi, pasukan Republik didorong oleh kuasa yang begitu kuat.

Di lain sisi, masalah terjadi saat Trio Malaikat dan Alecto menuju Neraka. Mereka tertangkap di Istana DIS. Dalam rantai Mephistopheles…

100 Halaman Ketiga - Bersambung

Puncaknya, di 100 halaman ketiga, cerita terkuak segalanya. Namun, tidak elok bagi saya jika harus menjelaskan apa yang terjadi pada Trio Malaikat. Apakah mereka berhasil menggagalkan Perang Kedua? Apakah Ordo Iblis Putih mampu membantu menunda peperangan?

Ada satu hal yang menjadi spotlight saya di 100 halaman ketiga. Adalah pernyataan Beelzebub (dalang dari segala kejahatan di Neraka). Kata Iblis yang satu ini, neraka tidak harus berdiri di atas premis balas dendam. Neraka tidak harus mengorbankan kebahagiaannya hanya untuk menumpas Surga. Neraka bisa maju dan beradab tanpa kebencian. Tidak perlu perang lagi. Tidak perlu ada jutaan korban lagi.

Lantas, apakah Perang Kedua akan terjadi? Apakah Lucifer berhasil membalaskan dendamnya?

Sorry, ini bukan hanya sekadar perang, cuy! Tapi lebih kepada: pem-ban-ta-ian.

Baca Juga: Review Oleh-Oleh dari Kyoto

Pandangan Reviewer Terhadap Penulis The Book of DIS

Usai membaca novel ini, saya berkontemplasi seharian. Saya yakin bahwa Jason pasti didasari dulu rasa suka sama cerita-cerita Malaikat dan Malaikat Pemberontak (Iblis). Alhasil, karyanya sangat epic.

Lebih dari itu, dalam menggambarkan Malaikat, Jason tidak berlebihan. Sehingga, Malaikat yang saya kenal, khususnya dalam novel ini, layaknya manusia. Mereka memiliki emosi, hasrat, konflik, dan juga kendaraan pribadi.

Bagaimana pandangan saya terhadap penulis dalam membangun dunia imajinasinya sendiri, atau yang kita kenal dengan world building?

Satu, detail. Dua, terlihat sewajarnya aja.

Nah, perlu saya sampaikan bahwa apa yang membuat novel The Book Of DIS tidak serumit yang saya bayangkan?

Jawabannya karena enak dibaca. Subplotnya rapi. Dan yang paling membuat saya ingin bertepuk tangan berlama-lama adalah: storytelling-nya!

Saya rasa, novel fantasi sebagus ini seharusnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, lalu gaet pembaca luar Negeri.

Baik, mari masuk ke sesi wawancara.

Bagaimana tanggapan Jason terkait pertanyaan-pertanyaan yang sudah saya kirim sore tadi tentang bukunya?

Ini jawabannya…

Wawancara Kami dengan Jason Thamleonard

Book Marketer MPG: Mas, tolong ceritakan sedikit kepada kami premis pemberontakan para malaikat yang jatuh di Surga dalam Paradise Lost karya John Milton?

Jason: Di puisi epik Paradise Lost-nya Milton, premis besarnya ada tiga yang dibagi dalam 12 bagian (12 buku):

1). Pemberontakan Setan dan para Malaikat Jatuh, serta pemerintahan mereka setelah jatuh ke Neraka

2). Rencana Setan untuk menggoda Manusia, ciptaan terbaru Surga, agar ikut jatuh ke dalam dosa

3). Kejatuhan Manusia dalam dosa, dan janji Surga bahwa Manusia bisa kembali ke sana.

Tapi yang jadi inspirasi saya untuk DIS adalah premis nomor satu. Ceritanya, Setan dahulu adalah Malaikat paling prestisius di Surga. Tapi Setan, karena sungguh ditinggikan di sana, merasa dirinya bisa menyaingi kuasa Tuhan. Termakan rasa sombong (dan iri hati juga, sama Putera Tuhan yang posisinya di atas dia), Setan menantang tahta Surga.

Dalam pemberontakan itu, Setan berhasil meyakinkan 1/3 Surga untuk ikut membelot, tapi ujungnya Setan kalah. Oleh Tuhan, Setan dibuang ke jurang alam semesta, tempat yang disebut Neraka. Di sana, Setan dan kawan-kawannya ngeplot rencana baru untuk balas dendam. Dan keputusan mereka setelah lama berunding adalah mereka nggak bisa lagi perang secara direct sama Surga karena akan kalah.

Tapi mereka bisa balas dendam dengan merusak ciptaan Tuhan yang paling baru, paling disayang, yaitu Manusia, kurang lebih premis Paradise Lost seperti itu.

Book Marketer MPG: Sejauh mana progress volume II? Volume I kan terbit 2022. Berarti sudah satu tahun berlalu. Kasih bocoran dong kepada kami, progresnya gimana? Dan apa tantangan terbesar pada Volume II?

Jason: Saya sedang susun vol II, benar. Progress draft pertamanya sudah 80%-an. Info aja, untuk DIS 1 ini, saya susun draf pertamanya cuma 3 bulan. Karena ceritanya udah mendekam lama di kepala saya. Jadi tinggal dituang tumpah jadi kata-kata. Dan saya cukup setia sama reference material dari Milton, jadi banyak part worldbuilding yang sudah dikerjakan Milton untuk saya, hehe.

Tapi buku dua ini kompleksitasnya berbeda. Saya harus bangun semuanya dari nol. Dan kisahnya juga sudah melampaui kisah pemberontakan itu. Jadi di buku dua, saya banyak explore konsekuensi event2 di buku satu. Saya ada kasih blurb + bonus 1 bab untuk buku dua juga di edisi yang diterbitkan Euphoria.

Jadi arah umum dari buku kedua sebenarnya sudah terbaca di sana. Makanya saya juduli buku dua "Paradise Regained", Sesuai dengan core plotnya. Oh untuk draft DIS 2 btw, saya juga susunnya sudah dari April 2021. Tapi karena temanya jauh lebih berat, karakter-karakternya jauh lebih dieksplor, jadi nggak selesai-selesai.

Book Marketer MPG: Boleh diceritakan, siapa yang menentukan cover buku The Book Of DIS? Kenapa mengambil cover seperti itu? Kami jadi inget sama pernyataan Cassiel, konyol katanya Malaikat digambarkan bersayap oleh manusia. Hehe, maaf ini becanda…

Jason: Cover didesain oleh mbak Hanif dari Euphoria, desainnya bagus-bagus semua, tapi cover abu-abu dan sayap hitam ini yang paling resonate untuk saya. Karena tema buku ini memang abu-abu. Jantung cerita ini buat saya adalah keabu-abuan Surga dan Neraka.

Karakter kita kan di ujung akhirnya sadar ternyata Surga punya rahasia gelapnya. Dan Neraka dibangun bener-bener atas dasar harapan para Malaikat Jatuh untuk membangun Surga impian mereka sendiri ((Sekalipun kacau balau juga)). Kalo jargonnya Lucifer: Surga egaliter yang ia dambakan.

Tapi bener, saya memang membayangkan Malaikat itu tanpa sayap 😅😅. Nggak beda sama kita-kita, mereka yang punya kekuatan ya bisa-bisa aja manifest sayap, tapi nonetheless kalo mereka udah punya kekuatan kayak Cassiel, terbang mah tinggal terbang aja. Sayap buat saya simbol kebebasan, dengan mencabut ide malaikat bersayap, metaphorically saya menghapus premis bahwa malaikat itu bebas.

Book Marketer MPG: Siapa karakter favorit Mas Jason dalam The Book Of DIS? Kami ingin Mas Jason menyebut satu karakter saja, dan kenapa karakter itu yang menjadi favorit Mas?

Jason: Cassiel. Karena konflik yang ada di hati Cassiel selama perjalanannya turun ke Neraka tuh relatable banget untuk banyak orang. Terutama mungkin untuk orang-orang yang nggak pernah merasa cocok di mana-mana. Jadi mungkin orang bisa membayangkan seberapa conflictednya Cassiel saat ia datang ke tempat dimana orang-orang seperti dia malah diagung-agungkan, dipuja.

Book Marketer MPG: Kepikiran nggak sih Mas buku The Book Of DIS diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris? Lalu nyari pasar orang luar, gitu.

Jason: Oh sangat kepikiran, tapi saya rasa untuk fokus ke situ butuh effort full time, ya. Karena saya lihat kalau di luar negeri, sistem dan industri penerbitan jauh lebih riweuh dari Indonesia. Di sana, penulis harus punya agent. Kalo di sini, submit naskah tinggal email ke penerbit. Tapi itu nggak menutup kemungkinan di hari-hari kedepan, saya terjemahkan dan coba untuk pitch ke penerbit asing sih mbak.

Book Marketer MPG: Terakhir, kenapa Mas Jason memilih penerbit indie? Kenapa naskah tidak dicoba untuk dikirimkan ke penerbit mayor saja?

Jason: Hahahaha, entah kenapa, tapi banyak orang yang bilang begini.

Euphoria saya pilih karena spesialisasinya di naskah fantasi. Saya submit juga naskah saya ke beberapa penerbit mayor, dan feedbacknya sama. Naskahnya terlalu panjang, apalagi untuk naskah debut, dan tema yang diangkat kebetulan juga bukan yang sedang mereka cari.

Saya waktu itu submit ke Gramedia, KPG, Bentang, Mizan, dan yaaa email balik oleh editor akuisisinya mereka seperti itu. Padahal ya buku fantasi emang umumnya sekitar segitu panjangnya.

DIS 1 ini kalo nggak salah 120 ribuan kata untuk word countnya. Jadi nggak lama, saya dapat info tentang Euphoria group ini, penerbit indie yang khusus fantasi. Kebetulan mereka tertarik juga, jadi kontrak deh untuk naskahnya, dan waktu itu saya juga pitch bahwa akan ada buku duanya, kalo buku 1 ini belum selesai ceritanya, jadi kayaknya makin coret deh ama mereka.

-

Penulis novel The Book Of DIS dapat kamu sapa melalui Instagram @jasonthamleonard.

BACA JUGA: Review Buku LDR ‘Lelah Dihajar Revisi’
Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url