5 Media yang Menerima Tulisan Opini dan Dibayar dengan Honorarium 'Lumayan'

Media yang Menerima Tulisan Opini dan Dibayar

Saya memahami bahwa, banyak sekali penulis yang ingin mencoba mendapatkan peruntungan dari menulis artikel.

Buktinya, postingan saya tentang media online yang membayar penulis, sampai sekarang, memperoleh tiga belas ribu kunjungan lebih. Namun, sayang, dua media online yang saya sebut dalam postingan tersebut sudah tidak aktif.

Nah, dalam rangka memberikan ‘penyegaran', saya akan berbagi informasi yang sama seperti postingan yang saya publish dua tahun lalu itu, tetapi nama-nama medianya berbeda. Bahkan jenis artikelnya lebih spesifik, yaitu opini.

Lantas, mana saja media yang menerima tulisan opini, sekaligus membayar kontributornya dengan honorarium yang anggaplah 'lumayan'?

Baik, berikut penjelasannya.

Daftar Media yang Menerima Tulisan Opini dan Dibayar

1. Media Indonesia

Media Indonesia
Klik views, klik bagian 'Opini'

Mari saya awali dulu dengan media mainstream, media ini dapat diakses melalui mediaindonesia.com.

Apakah Media Indonesia membayar penulis yang berpartisipasi dalam kolom opini?

O, jelas. Salah satu dosen saya pernah menerima bayaran di media ini. Namun, untuk jumlah honorarium yang diberikan, memang di website Media Indonesia tidak transparan.

Sulitkah menulis opini di Media Indonesia?

Tentu saja pasti sulit. Saya belum menemukan artikel opini yang ditulis oleh mahasiswa. Rata-rata kontributor Media Indonesia berprofesi sebagai dosen, yang umumnya sudah tergabung dalam serikat profesi yang diikat dengan kode etik.

Namun, tidak menutup kemungkinan juga sebenarnya apabila opini kita dinilai bagus, bisa saja redaksi Media Indonesia menayangkan opini yang kita kirim.

Berikut syarat penulisan opini di mediaindonesia.com.

1. Naskah maksimal memuat 5.000 karakter
2. Lengkapi identitas, mulai dari nama lengkap, nomor telepon, foto KTP, dan alamat email yang valid.
3. Lampirkan foto terbaru dengan ukuran 6x4 format landscape.
4. Kirim naskah ke opinimicom@mediaindonesia.com.

2. Geotimes

Geotimes

Berdasarkan informasi yang saya dapat dari situs Glints.com, Geotimes memberikan honorarium Rp 350.000 untuk setiap artikel opini kiriman penulis yang dipublikasikannya. Namun, sama seperti Media Indonesia, penulis atau kontributor Geotimes kebanyakan berprofesi sebagai dosen.

Pertanyaannya, apakah gampang menulis opini di Geotimes?

Gampang bagi penulis yang sudah profesional. Sebaliknya, sulit untuk penulis yang katakanlah kurang pandai menulis isu agama, politik, ekonomi, sosial, tokoh, dan lain sebagainya. Terlebih, moto media ini cukup mengerikan, yaitu actual, critical, dan inspiring.

Jika ingin mencoba mencari peruntungan di Geotimes, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat akun di websitenya, lalu silakan submit opini pada bagian navigasi “Akun”.
Geotimes

Setelah saya membaca beberapa artikel di media ini, artikel harus memuat 750-1.000 kata. Dan, nantinya, artikel akan melalui proses screening oleh redaksi Geotimes.

Baca Juga: Teknik Menulis Artikel di Media Online

3. Sediksi

Berbeda dengan dua media sebelumnya, Sediksi lebih bersahabat untuk kalangan mahasiswa. Wajar, media yang menerima tulisan opini ini memang berawal dari blog kolektif mahasiswa.

Selain mahasiswa, apakah boleh menjadi kontributor Sediksi?

Tentu boleh, bagi mantan mahasiswa D.O seperti saya pun diperbolehkan. Dan bahkan, untuk penulis yang tidak menyandang status mahasiswa pun, gasss aja. Sebab, Sediksi kini berupaya memberi ruang seluas-luasnya untuk siapa pun yang ingin turut serta berkontribusi mengirim tulisan berupa opini.

Apa yang menarik perhatian saya terhadap media ini?

Pertama, transparansi. Setiap kontributor yang karyanya lolos kurasi akan mendapatkan honorarium sejumlah Rp 100.000.

Meski kru Sediksi menganggap jumlah honorarium segitu tidak banyak atau mungkin kurang layak, namun bagi saya mah lumayanlah kalau dibandingkan dengan media-media lain yang kadang membayar tulisan dilihat dulu dari jumlah views. Benar, kan?

Dengan adanya transparansi, maka kontributor tidak perlu repot-repot riset kesana-kemari menanyakan jumlah honorarium di Sediksi. Sehingga, fokus kontributor hanya perlu menyesuaikan standar penulisan di media ini.

Kedua, Sediksi merupakan portal alternatif berbasis pemikiran serius, tapi santai. Artinya, opini yang kita tulis memang harus serius, tetapi soal gaya penulisan mah santai aja.

Dengan gaya penulisan yang santai, praktis akan memudahkan pembaca dalam memahami opini yang kita tulis. Terlebih lagi sebenarnya untuk menghindari kebosanan pembaca.

Opini yang dimuat di Sediksi dibagi ke dalam enam kategori. Mulai dari Urban, Lakon, Prakarsa, Hobi, Karya, dan Kuliah.

Ketiga, tampilan webnya. Anggota saya melalui grup Tim Penulis Garut memuji bahwa visual web Sediksi ini keren, begitu pun dengan thumbnaill, infografis, hingga komik-komik yang diunggah.

Pertanyaannya, apakah Sediksi media baru? Mungkin kamu baru tahu?

Ternyata, Sediksi sudah dibentuk 2015 lalu. Domain website media yang berbasis di Malang ini terdaftar pada Januari 2016. Itu artinya, kredibilitas Sediksi sudah oke.

Hanya saja yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa media sekeren ini eksistensinya kurang jika dibandingkan dengan media seperti Terminal Mojok, atau Voxpop yang sudah tidak aktif.

Untuk mengirim opini ke Sediksi, silakan langsung saja kunjungi websitenya, klik: Sediksi.

Sediksi

4. Kotomono

Kotomono adalah media digital yang menghadirkan opini atau pandangan atas suatu isu dan peristiwa. Media ini mengklaim sebagai media esai dan opini.

Kotomono

Selain esai dan opini ditulis oleh Tim Redaksi, konten-konten di Kotomono memuat juga tulisan dari kiriman kontributor dengan sistem User Generated Content (UGC).

Di media ini, penulis yang karyanya dimuat berhak mendapatkan honorarium sejumlah Rp 15.000 per poin atau per tulisan. Maksimal klaim kontributor per bulan adalah 10 tulisan (poin) atau setara dengan Rp 150.000.

5. Terminal Mojok

Sama seperti Kotomono, Terminal Mojok juga merupakan platform User Generated Content (UGC). Silakan, untuk yang punya gagasan, opini, unek-unek, atau keresahan, jangan ragu mengirimkan tulisan ke media ini.

Jika sudah mengumpulkan 10 poin (atau 10 tulisan yang dimuat di Terminal Mojok), kontributor berhak melakukan klaim untuk pencairan. Untuk setiap 10 poinnya, kontributor akan mendapatkan kompensasi sejumlah Rp 250.000.

-

Bagaimana?

Dari kelima media yang menerima tulisan opini dan dibayar, media mana yang kira-kira lebih baik untuk dicoba?

Silakan tentukan sendiri.

Baik, barangkali itulah informasi mengenai beberapa media yang menerima tulisan opini dalam rangka ‘penyegaran’.

Sekian.

BACA JUGA: 5 Persiapan Membuat Komunitas Literasi
Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url