Review Buku Sekadar Ilusi Kehidupan karya Ahrytul Syahrida Aliem

Review Buku Sekadar Ilusi Kehidupan karya Ahrytul Syahrida Aliem

Membaca buku Sekadar Ilusi Kehidupan karya Ahrytul Syahrida Aliem jika diibaratkan seperti resep obat dari rasa resah atas kenyataan hidup, khususnya di kalangan generasi muda yang tengah menginjak usia kepala dua. Usia yang lagi rawan-rawannya dibenturkan oleh kenyataan pahit dalam proses kehidupan.

Tidak hanya itu saja, buku Sekadar Ilusi Kehidupan pun membahas juga tentang bagaimana cara menyikapi kenyataan hidup. Sehingga, kemantapan hati kepada Tuhan lah yang menjadi tempat kembali atas rasa resah tersebut. Ketenangan dan kebahagiaan akan membersamai proses kehidupan itu sendiri, entah itu kenyataan manis maupun pahit.

Buku ini merupakan panduan untuk menikmati proses dan juga kenyataan hidup. Pembaca akan disajikan tips-tips seni dalam menikmati kesaksian hidup pada setiap bagian tulisan.

Jujur, saya penasaran, entah bagaimana bisa penulis menulis tulisan yang berbobot ini. Adapun catatan penting lainnya, silakan simak ulasan saya berikut ini.

Baca Juga: Review Buku Antologi Sendandika Aksara

Review Buku Sekadar Ilusi Kehidupan karya Ahrytul Syahrida Aliem

Deskripsi Buku

Judul: Sekadar Ilusi Kehidupan
Penerbit: AE Publishing
Pengarang: Ahrytul Syahrida Aliem
Tahun: 2023
ISBN: 978-623-306-705-8

By the way, setiap chapter dalam buku ini ditulis dengan runtut dan terstruktur. Pembaca bakal merasakan setiap fase dalam kehidupan.

Bila diilustrasikan, struktur tulisan dalam buku Sekadar Ilusi Kehidupan seperti piramida terbalik. Tulisan dimulai dari hal-hal kompleks. Semakin memasuki akhir tulisan, semakin lebih spesifik, dan berujung pada hal mendasar.

Rasanya, saya nyaris tidak berhenti mengangguk ketika membaca di setiap chapter dalam buku ini. Sebab, selalu saja ada fase yang pernah saya rasakan dalam hidup saya sendiri.

Chapter 1 (Potret kehidupan, keluarga, percintaan, dan persahabatan)

Bagian pertama buku ini membahas tentang pola relasi yang dibentuk manusia sebagai makhluk sosial.

Buku Sekadar Ilusi Kehidupan menayangkan fenomena-fenomena potret kehidupan yang pasti pernah dialami oleh setiap orang. Tentang bagaimana keseimbangan kasih sayang Tuhan yang hadir melalui pola pahit-manis dalam hidup, definisi hakikat keluarga, tafsir cinta, hingga indahnya keagungan relasi persahabatan.

Saya yakin, kamu bakal setuju bahwa buku yang ditulis oleh perempuan kelahiran Bulukumba ini merepresentasikan perasaan yang pernah dialami oleh kita. Sehingga, buku ini cocok dibaca oleh siapapun.

Chapter 2 (Obat penyakit kehidupan, move on, healing, dan quarter life crisis)

Pada bagian kedua, buku Sekadar Ilusi Kehidupan akan memperlihatkan masa-masa dalam hidup ketika lagi jatuh-jatuhnya. Dan sebetulnya, saya sendiri sedang mengalami hal ini. Jujur saja.

Melalui hadirnya buku ini, saya merasakan betul bagaimana cara Tuhan memberikan petunjuk kepada saya agar lebih yakin, lebih kuat, dan semakin percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup, semua adalah kasih sayang terbaik dari Tuhan.

Tuhan memang selalu menampakkan kasih sayang-Nya kepada setiap hambanya dengan cara yang beragam.

Perlu digarisbawahi bahwa pada chapter ini, penulis melengkapi kedalaman tulisan dengan membahas tips cooping stress, control emosi-ego, cara melakukan self love, self healing, dan merekomendasikan tahapan-tahapan agar kita memiliki daya tahan banting dalam menghadapi persoalan tantangan hidup.

Chapter 3 (Monolog rasa)

Setelah penulis menyajikan potret kehidupan, tantangan, serta rekomendasi menyikapi persoalan hidup, bagian ketiga buku ini pun mengajak pembaca untuk melakukan diskusi dengan diri sendiri, sebut saja: refleksi. Lalu, penulis membujuk kita agar dapat mengevaluasi diri untuk menambah value. Hal ini ditujukan agar kita menjadi sosok yang lebih baik.

Pada chapter ini, penulis menjelaskan juga bagaimana daya tarik medan magnet antara alam semesta dengan emosi diri, sebuah relasi antara mikrokosmos-makrokosmos yang saling terkait satu sama lain.

Lagi dan lagi, buku Sekadar Ilusi Kehidupan mengungkapkan bagaimana Maha-Nya Tuhan, betapa Agung dan Kuasanya Tuhan atas segala hal terkecil sekalipun, semua tidak terlepas dari sebuah sistem yang begitu kompleks.

Reflection (Kilas balik, renungan, dan harapan)

Buku ini tidak hanya rampung pada tiga chapter saja. Ada satu bagian lagi yang mengajak pembaca untuk merefleksi diri tanpa harus merasa terhakimi.

Saya yakin, penulis paham betul pentingnya sebuah penguatan ketika diri dirasa sudah agak stabil melakukan penerimaan. Hal inilah saya dapati melalui hadirnya bagian ini.

Bagian refleksi, juga memuat sub bagian yang runtut. Mulai dari “kilas balik” yang merepresentasikan masa lalu, kemudian “renungan” yang menerangkan masa kini, dan “harapan” yang melambangkan keyakinan penuh pada Yang Maha Kuasa akan masa depan.

Lengkap sudah buku ini jika diibaratkan sebagai menu makanan yang dihidangkan di atas meja. Mulai dari menu pembuka, hingga menu cuci mulut.

Baca Juga: Review Buku Tokoh Utama

Membaca Buku Sekadar Ilusi Kehidupan, Pembaca akan Merasakan Kehadiran Sosok Bijaksana yang Tengah Menemani Berpikir, Berbicara, hingga Berdiskusi

Bentuk tulisan pada buku ini berupa deskripsi dan narasi. Berbagai statement dalam tulisan benar-benar ngena di hati. Saya yakin, ketika Ahrytul Syahrida Aliem menulis buku ini pasti dilatarbelakangi oleh berbagai pengalaman penting, dan mengambil hikmah dari pengalaman tersebut.

Saya merasa, buku Sekadar Ilusi Kehidupan memang kawan yang tepat untuk mengajak diri berdiskusi dan mengevaluasi.

Perlu kamu ketahui juga bahwa di setiap bagian dalam buku ini terdapat pepatah lama, quotes, maupun pernyataan penulis yang tentunya akan menjadi catatan untuk selalu saya ingat.

Saya merasakan kehangatan ketika membaca quotes dan beberapa pernyataan dalam buku. Rasanya, saya seperti sedang deep talk, dibersamai, dan mendengar suara sosok yang bijak. Bahkan, sesekali saya tertampar dengan catatan tersebut. Misal:

Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning hyang sukmo (Lakukan yang kita bisa, setelahnya serahkan kepada Tuhan).”

“Semoga kamu selalu menemukan keberanian dalam dirimu, dan tidak lagi bersembunyi dibalik berbagai alasan palsu yang kamu buat sendiri, karena ketahuilah bahwa sebab dari kegagalan adalah alasan dan penundaan.”

“Ada yang menangis sambil makan, ada yang menangis sambil bawa kendaraan, ada yang menangis saat menghadap Penciptanya, ada yang menangis pas jauh dari keramaian, ada juga yang menangis di keheningan malam menjelang tidurnya. Tidak ada yang benar-benar kiat, kita hanya tidak tahu kapan dan dimana mereka menjatuhkan air mata.”

“Nyatanya kita tidak sendirian menyusuri jalan luka ini. Ada banyak jiwa yang sama, bahkan barangkali mengalami luka yang lebih perih daripada apa yang kita keluhkan hari ini.”

Setelah membaca buku Sekadar Ilusi Kehidupan, saya sepakat dengan pengambilan judul buku ini. Bahwa, apapun yang terlihat dalam hidup kita, semua tidak benar-benar sesuai dengan apa yang kita duga.

Berhenti membandingkan diri dengan orang lain adalah cara sederhana untuk menemukan kenyataan yang sebenarnya. Kita sudah terlalu lama berlarut-larut dalam ilusi kehidupan.

Wawancara dengan Ahrytul Syahrida Aliem (Kak Itul)

Ridwansyah: Mari saya mulai dengan pertanyaan berikut. Jadi, reviewer media saya bilang kalau tulisan kakak sangat kompleks sekali. Real life dengan kenyataan rasa di usia yang lagi rawan-rawannya dibantai dengan kenyataan hidup. Pertanyaannya, apakah tulisan kakak ini diambil berdasarkan pengalaman pribadi? Boleh diceritakan kepada kami, mungkin latar belakang tulisan kakak?

Kak Itul: Ada beberapa tulisan yang saya ambil dari pengalaman pribadi dan sebagian dari kehidupan real yang mungkin setiap orang pernah mengalaminya. Saya tertarik menulis buku yang saya beri judul ‘Sekadar Ilusi Kehidupan’ ini karena topik yang diangkat relate dengan kehidupan orang-orang, termasuk saya sendiri. Tidak ada manusia yang hidupnya baik-baik saja. Semua berjuang pada garis kehidupannya masing-masing.

Ridwansyah: Jadi, di salah satu bagian, kakak bercerita seputar cooping stress, tips melakukan self love, apakah kakak menuliskannya berdasarkan hal-hal yang biasa kakak lakukan juga?

Kami bertanya seperti ini karena tak sedikit penulis yang hanya bertujuan untuk kebermanfaatan saja, tetapi pada pengaplikasiannya mereka tidak mengaplikasikan apa yang mereka tulis pada bukunya. Kalau kakak bagaimana?

Kak Itul: Sebelum menulis buku ini, saya sudah menerapkan meskipun pengaplikasiannya mungkin belum semaksimal tulisan saya, tapi semoga kedepannya bisa lebih baik lagi yaaa dalam menyikapi permasalahan hidup, terutama bagaimana mencintai diri sendiri.

Ridwansyah: Di penghujung tulisan, ada catatan bahwa kakak pernah menghasilkan karya-karya sebelumnya di tahun 2022. Kalau boleh tahu, berapa lama kakak menyelesaikan naskah tulisan ini. Jika lama, apa kesulitannya? Boleh disampaikan dengan rinci supaya kami dapat belajaršŸ™

Kak Itu: Lumayan yaaa, sekitar 6 bulanan lebih. Kendala yang juga kadang menghantui motivasi saya untuk menulis sebuah naskah buku adalah keraguan apakah naskah yang ditulis nanti mendapat respon positif. Apakah akan banyak yang menyukainya?

Karya saya yang banyak berbicara tentang motivasi, dimana sudah banyak penulis-penulis yang lebih terkenal dan buku nya banyak diminati audiens.

Ridwansyah: Next, reviewer tim saya juga turut bangga dengan pencapaian dan prestasi kakak ini sampai ke ranah luar negeri, inspiratif sekali. Dan saya yakin untuk meraih hal itu semua ada banyak luka yang menjadi tantangan kakak. Berkaitan dengan pengalaman kakak itu, agaknya tulisan buku ini juga diangkat dari beberapa proses yang kakak jalani🄹bolehkah kakak ceritakan pengalaman berharga itu?

Kak Itul: Berbicara tentang pencapaian atau kesuksesan, sebenarnya arti sukses itu berbeda-beda, dan itu berganti sesuai dengan perjalanan hidup masing-masing. Saya pernah jatuh bangun, entah itu dalam lingkungan pekerjaan, karir, keluarga,pertemanan, tetapi semua itu tidak mengecilkan semangat saya untuk terus melangkah menjalani hidup.
 
Bagi saya, berhasil melewati apapun yang terjadi dalam hidup dengan prasangka baik, memelihara harapan serta menjaga keyakinan pada sang pencipta hidup merupakan CAPAIAN terbesar untuk saya.

Ridwansyah: Oh ya, kami pengin tahu alasan kakak menerbitkan buku di penerbit indie karena apa??? Apa karena lebih leluasa dalam melakukan penjualan?

Next...Adakah buku yang akan coming soon setelah Sekadar Ilusi Kehidupan? Spill dikit gak papa kan kak🤭 Hehe

Itu aja, Kak...

Kak Itul: Alasan memilih penerbit indie karena ingin membagikan kisah atau pengalaman kepada pembaca yang lebih luas. Bukan hanya unek-unek atau pengalaman pribadi, tetapi juga kompetensi profesional yang bisa menginspirasi pembaca.

Untuk buku selanjutnya, mungkin akan mulai digarap setelah buku “Sekadar Ilusi Kehidupan” selesai dicetak. Semoga di buku selanjutnya, saya bisa memberikan tema yang berbeda dari buku-buku saya sebelumnya.

-

Penulis buku Sekadar Ilusi Kehidupan dapat kamu sapa melalui Instagram @ahrytulsyahridaaliem.

Review : Siti Sunduz

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url