Review Buku Titik Koma karya Wicaksana Satya

Review Buku Titik Koma karya Wicaksana Satya

Tidak terhitung, entah berapa banyak buku pengalaman hidup yang pernah saya baca. Tentu tidak semuanya seru. Tapi, baru kali ini saya membaca buku pengalaman hidup seseorang yang ditulis dengan gamblang dan jujur. Sehingga, buku ini termasuk salah satu buku paling seru yang pernah saya baca.

Judul bukunya adalah Titik Koma. Judul buku diambil dari tanda baca titik koma.

Titik koma merupakan tanda baca saat kita ingin mengakhiri satu kalimat, tapi kalimat itu masih berlanjut. Sama seperti kehidupan penulis buku Titik Koma, Wicaksana Satya, yang berjuang menangani depresi dan kecemasannya. Bahkan, ia ingin mengakhiri hidupnya. Tapi, hidup itu sendiri masih berlanjut sampai sekarang.

Baca Juga: Review Buku Tong Kosong Nyaring Bunyinya

Review Buku Titik Koma karya Wicaksana Satya

Deskripsi Buku

Judul : Titik koma
Penulis : Wicaksana Satya
ISBN : 978-623-385-385-9
Penerbit : Ellunar Publisher
Isi : 114 halaman
Tahun Terbit : Juni, 2023
Jenis/ Kategori : Self-Improvement

Buku Titik Koma terdiri dari empat bab. Latar belakang buku ini membahas tentang pengalaman penulis yang mengalami depresi hingga telah melakukan percobaan bunuh diri selama tiga kali.

Ada banyak penyebab mengapa penulis depresi. Mulai dari tekanan pekerjaan, masalah keluarga, rasa percaya diri yang rendah, hingga kisah percintaannya yang gagal mulu. Bahkan, penulis merasa gagal di semua hal, termasuk gagal juga saat melakukan percobaan bunuh diri.

Wicaksana Satya, sadar mengalami gejala-gejala depresi saat berusia 24 tahun. Reaksi pertama kali ketika dirinya mengidap gejala depresi, yakni sakit. Sebab, pikirannya terasa penuh. Ditambah lagi suara-suara bising selalu melintas di setiap malamnya.

Terkadang, Wicak memukul-mukul kepalanya atau membenturkannya ke dinding guna mengusir pikiran-pikirannya yang kerap meracau.

BAB 1

Pada bab 1, pembaca akan mengetahui awal mula Wicak mengalami depresi. Dan saya sangat setuju ketika ia menyampaikan bahwa, depresi bukan soal kurang iman.

Sebagai pengguna sosial media, saya sering menemukan komentar yang menyatakan bahwa depresi pertanda iman lemah. Biasanya komentar tersebut dari pengguna sosial media yang kalau berkomentar selalu bawa-bawa dalil agama Islam. Padahal, katakanlah ada banyak Non-Muslim yang pulih dari depresi melalui pengobatan dan terapi.

Maksud saya, tingkat keimanan seseorang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kekebalan dari depresi. Artinya, depresi bisa menyerang siapapun. Termasuk bagi orang yang imannya kuat. Kalau kata Wicak, sekalipun atheis, juga dapat mengalami depresi.

Pada bab 1 juga, pembaca bakal mengetahui pekerjaan Wicak sebagai apa. Tuntutan pekerjaannya itulah yang membuat berbagai kecemasan muncul pada dirinya.

Selebihnya, pembaca akan disajikan cerita pengalaman Wicak jatuh cinta kepada Vina (temannya), lalu perubahan sifatnya, efek putus cinta, hingga perjalanan dietnya.

BAB 2

Bisikan-bisikan iblis menyerang Wicak. Iblis seolah merasuki otaknya. Pada momen inilah lantas kepikiran bunuh diri. Hingga akhirnya, ia menusuk perut dengan sebilah pisau dapur mulai dari arah kanan ke kiri.

Apa yang terjadi?

Darah bercucuran di lantai. Ia menahan darah yang bercucuran itu dengan kaos bekas. Setelah sadar, ia pergi ke rumah sakit untuk mengambil tindakan. Tapi, ia gagal mati. Tuhan masih menyelamatkannya.

Pada bab 2, setelah Wicak diserang bisikan-bisikan iblis dan melakukan percobaan bunuh diri yang pertama, ia sadar butuh bantuan. Ia kemudian mencari psikolog. Setidaknya, dengan bantuan psikolog, masalahnya dapat dibantu diuraikan satu-satu.

Akan tetapi, bisikan iblis itu datang lagi saat Wicak sendirian di bilik kos. Bisikan iblis membuatnya ingin bunuh diri lagi setelah menstalking akun Twitter alter Vina. Untuk yang kedua kalinya, ia gagal mati meskipun sudah mengiris pembuluh vena lengan kirinya.

Dalam bab 2, Wicak mencari bantuan. Baik itu kepada sahabatnya, mencari psikolog, pergi ke psikiater, hingga punya ruang meditasi sendiri.

BAB 3

Lagi-lagi Vina. Dan lagi-lagi bisikan iblis itu muncul ketika Wicak memikirkan Vina. Kali ini tangan kanannya yang diiris. Tapi, lagi dan lagi, ia masih hidup.

Pada bab tiga, akhirnya rasa penasaran saya tentang orangtua Wicak terjawab. Sebab dari halaman satu hingga menuju pertengahan bab 3, saya sering bertanya-tanya, kemana sih orangtuanya? Apakah orangtuanya tahu kalau anaknya sudah melakukan percobaan bunuh diri hingga tiga kali? Di bab 3 lah Wicak menjelaskan tentang latar belakang orangtuanya.

BAB 4

Pada bab 4, saya tidak ingin menjelaskan apapun. Pokoknya, kamu harus segera membeli buku ini agar tahu cara mendampingi mereka yang sedang menderita depresi dan kecemasan, yang mungkin mereka-mereka ada dan dekat di sekitarmu.

Baca Juga: Review Novel Usai Sebelum Dimulai

Perasaan Saya saat Membaca Buku Titik Koma karya Wicaksana Satya

Biasanya dalam postingan review buku, saya pasti membuat sub judul “Sisi Menarik”. Namun, terlalu banyak sisi menarik dari buku ini mulai dari pengambilan judul, gaya penulisan, penyampaian cerita, dan masih banyak lagi. Sehingga, saya tidak perlu menyampaikan sisi menarik dalam buku ini.

Jujur, saya hanya ingin mengutarakan perasaan saya saat membaca buku ini. Bahwa, membaca buku ini seperti sedang mendengarkan curhat, tanpa saya (sebagai pendengar) perlu menanggapi atau berbicara sepatah kata pun. Dan boleh dibilang, isi curhatannya tidak membosankan. Malah membuat saya mengangguk-nganggukan kepala, lalu ketagihan pengin terus mendengarkan curhat.

Berhubung membaca buku ini seperti sedang mendengarkan curhat, maka saya penasaran, sudah berapa lama sih penulis buku ini berkarir di dunia penulisan? Lalu berapa lama proses penulisan buku ini selesai? Terus respon pembeli gimana? Sebab, isi buku ini gamblang dan jujur. Kayak melakukan hubungan intim saja diceritakan. Keren.

Nah, di bawah ini adalah wawancara Vanesha dengan Wicaksana Satya terkait pertanyaan-pertanyaan yang membuat saya penasaran tersebut.

Wawancara Book Marketer Tim Penulis Garut dengan Wicaksana Satya

Vanesha:

Sudah berapa lama berkarir di dunia penulisan? Sehingga kualitas tulisan bisa enak dibaca. Apa ada pengaruhnya dengan kesukaan Mas membaca buku sehingga tulisan jadi enak dibaca?

Wicaksana Satya:

Kalo nulis sendiri emang suka dari jaman kuliah, sih. Nulis-nulis di blog. Kalo jaman dulu di Line juga, tapi kalo mulai nerbitin buku baru ini. Jadi bisa dibilang untuk nulis udah cukup lama.

Kalo kaitannya dengan baca buku pasti lah, kalo kamu mau cakap nulis harus rajin-rajin baca, disitu kamu bisa tau gaya penulis macam-macam orang, jadi bisa tau sudut pandang yang enak untuk dibaca itu kayak gimana.

Vanesha:

Lalu berapa lama proses menyelesaikan naskah Titik Koma? Dari mana sih dapat data-data terkait tingkat depresi di dunia, dll, informatif banget.

Wicaksana Satya:

Jujur cuman 1 bulanan. Aku start nulis itu tanggal 5 April dan selesai naskah 26 April. Bisa dibilang ngebut, sih. Buat pelampiasanku juga nulis itu.

Kalo data, itu aku research dari macem-macem. Ada jurnal, berita-berita, sama buku-buku tentang angka-angka depresi.

Vanesha:

Apa sih respon pembeli, terutama teman terdekat setelah membaca buku Mas yang notabennya diambil dari pengalaman pribadi?

Wicaksana Satya:

So far kalo pembeli memang baru open PO yah, jadi masih belum tau nih respon pembeli gimana reviewnya. Tapi kalo temen terdekat emang ngakuin kalo tulisanku bagus, dan somehow bikin triggering buat mereka sih, makanya di cover aku kasih tanda “it might be triggering”

Karena memang aku pun kalau diminta baca ulang, bisa jadi triggering juga.

Vanesha:

Kemudian apakah nama-nama orang di dalam buku ini real? Atau nama samaran, haha. Penasaran. Kalau real, itu pasti melalui izin dulu, ya?

Wicaksana Satya:

Nama samaran semua hahaha, kecuali namaku sih..

Tapi itupun aku bolak-balik, nama asliku kan Satya Wicaksana, disitu aku pake nama Wicaksana Satya 😅

Vanesha:

Kita ke pertanyaan terakhir ya, Mas. Kedepannya ada rencana mengirimkan naskah ke penerbit mayor? Mengingat gaya nulis Mas udah rapi banget.

Wicaksana Satya:

Ada rencana sih jujur, aku awal-awal emang ke penerbit indie dulu kan buat liat respon temen-temen gimana, sekaligus bangun nama juga.

Next, aku jujur lagi nulis buat buku kedua, nah yang kedua ini rencana memang mau ke penerbit mayor kalo memang animo dari buku pertama bagus.

Penutup

Sekian, itulah review buku Titik Koma Karya Wicaksana Satya. Kamu dapat menyapa penulis buku ini melalui Instagram @wicaksanasatya_.

BACA JUGA: Review Buku Antologi Berjudul Perempuan itu Ibuku
Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url