Sifat-Sifat Penulis yang Menyebalkan Ketika di Tongkrongan, Hadeuh!
Ngomongin tentang penulis, tentu kepribadiannya berbeda-beda. Jadi, postingan kali ini kami akan membahas sifat-sifat penulis yang menyebalkan ketika di tongkrongan. Mungkin, kalian berpikir, buat apa sih ngebahas tentang sifat-sifat penulis? Tapi, ini penting buat kemajuan kota kita dan buat menambah pengetahuan kita.
Kami
akan mengawali postingan ini dengan sebuah cerita di mana ada seorang penulis
yang cukup terkenal di Garut. Dia nggak mau menyebutkan namanya. Si penulis ini
fansnya sangat solid. Bukunya udah diterbitkan di penerbit media kita.
Penerbit
media kita adalah penerbit yang menerbitkan buku-buku penulis sekelas Boy
Candra dan Fiersa Besari. Jadi ada kemungkinan kalo naskah kita misalnya
diterbitkan di penerbit media kita, terkenal lah. Seenggaknya followers ig kita
bakalan banyak karena buku terpajang di toko toko buku besar di semua daerah.
Dan kemungkinan banyak orang yang membeli.
Nah,
si penulis ini curhat kepada salah satu pendiri kami secara langsung di sebuah
kecamatan. Dia bilang, “Ternyata, menjadi penulis yang dikenal banyak orang itu
nggak enak, ya.”
“Emang
kenapa?”
“Masa
di tongkrongan, saya dibilang sombong. Masa saya kalo diundang ke acara-acara
literasi, katanya maunya cuma pas dikasih uang aja. Jadi bikin saya nggak enak.
Jadinya beberapa orang yang menyukai saya, jadi ya gitu deh. Di kampus pun,
jadi nggak bebas”
Pembaca
tahu nggak Tsana Rintik Sedu? Kami punya temen yang satu kampus dengan Tsana.
Dan beberapa orang bilang kalo sifat Tsana sombong di kampus.
Penulis yang sifatnya pemalu
Kami
bukannya membela penulis yang dari Garut dan Tsana. Tapi, kalian harus tahu
bahwa anggapan orang tentang “sombong ih” mungkin si penulis sifatnya pemalu.
Jadi jangan berekspektasi kalo ketemu penulis idola kita, dia bakalan merespons
dengan, “hai” atau “halo” dan “ngobrol panjang lebr.
Nah,
si penulis orang Garut yang terkenal itu sebenarnya pengen ikutan acara-acara
yang diselenggerakan sama tim penulis Garut yaitu ke sekolah-sekolah dan kampus. Tapi, dia emang banyak kesibukan sehingga nggak bisa ikut. Dan ketika
kami bikin acara, kadang nggak tepat sama waktu luangnya.
Ada
pun penulis yang sering dibilang sombong karena sifatnya pemalu, tapi kalo udah
ngobrol nyaman banget dan nyambung. Dulu salah satu pendiri kami pernah ikutan
acara ketemu buku di Semarang, Jawa Tengah, sebagai panitia. Di sana, ada
penulis yang terkenal banget, ketika MC bilang, “Mari kita sambut. Penulis
ANUUUU” waah cewek-cewek teriak-teriak.
Akan
tetapi, di belakang panggung, anggapan sombong dari banyak orang, kami nggak
percaya. Dia sadar bahwa dia sering dibilang sombong dan so ganteng, tapi
aslinya gilaaa dia sangat humble. Dia
bukan jaga images di depan orang, tapi masa semua fansnya harus dia sapa
satu-satu dan oke-oke aja kalo diajak foto bareng? Nggak kan.
Ini
sih semacam ungkapan saja dari kedua penulis yang kemarin kami ajak ngobrol dan
buat bahan konten di sini. Karena kalau mereka bilang langsung ke semuamu
fansya nggak mungkin, makanya mereka berpesan lewat kami. Khususnya penulis
yang dari Garut, yang terkenal ituu.
Jadi,
kami bukannya nggak mau mengajak mereka tampil di acara yang kami
selenggerakan, mereka mau tapi kadang waktunya nggak tepat. Dan kami lebih
intens ngobrol di luar acara.
Jadi,
ada penulis yang sifatnya pemalu banget. Bisa seru ngobrol sama mereka, kadang
kalo lagi berduaan, ngobrol yang dia sukai dan lain-lain.
Penulis yang sifatnya Misterius
Kalo ngelihat perawakannya periang sih, menyenangkan gitu. Kalo ngobrol nyerocos dan bawel, tapi dibalik semua itu, hatinya justru suka sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, dalam tulisan-tulisannya, lebih banyak keluhan dan sering menggambarkan wujud yang kelabu. Kami sering penasaran sama penulis misterius ini. Karena, saking misteriusnya, kami nggak bisa menebak apa yang ada di kepala dan hatinya. Di luar rumah, dia menyenangkan. Di kamar, dia menangiis.
Penulis yang Kritis
Wah ini nih penulis yang paling bikin demen diajak ngobrol apapun. Tapi, yang bikin kami sebel adalah semua hal bisa dia kritisi, termasuk hal-hal yang berbau kebaikan. Sehingga, bukannya kelihatan mengkritisi, tapi malah menyelepekan. Mungkin kalo jenis tulisan, dia tulisannya menggunakan majas sarkas, bukan majas satire. Kami lebih menerima kalo jenis tulisan satire, tapi kalo sarkas? Aduh.
Sedikit tentang majas sarkas, ia adalah majas sindiran yang menggunakan kata-kata dengan konotasi kasar untuk menyindir seseorang. Nah, ini masuk ke pertanyaan “Kenapa sih tim penulis Garut susah buat ngumpulin atau kopdar sama semua penulis?”
“Kenapa komunitas menulis dan membaca di Garut agak susah buat kerja sama?”
Nah, teman-teman, kami capek menghadapi penulis yang suka mengkrirtisi hal-hal sepele. Misalnya kami bikin acara kelas menulis dan launching buku. Sering dianggap, kamu siapa sih? Berani-beraninya bikin acara gitu-gituan? Itu disampaikan kadang lewat tulisan di blog pribadinya dan di media sosial. Diajak diskusi bareng sih nggak mau. Padahal, ayo dong kita sama-sama buat mengembangkan literasi di kota kita. Kita apresiasi penulis-penulis muda yang bukunya terbit meskipun di penerbit indie.
Nggak perlu bilang “Ah, penerbit indie”. Ini nih yang kadang bikin kesel. Jadi malah nanti motivasi menulis dari penulis-penulis muda nenurun. Dibilang kritikan membangun, yaaa bukan. Malah bikin drop orang, gitu. Makanya kami berjalan dengan sendirinya aja. Malahan kami yang jemput bola, ngobrol sama penulis-penulis, ke taman baca ini dan itu, dan lain-lain.
Kami yakin, kalo kompak, komunitas literasi di kota kita bakalan bagus. Tapi, sayangnya, kalo yang bergerak hanya sendirian?
Itulah
sufat-sifat penulis yang cukup menyebalkan ketika di tongkrongan.
BACA JUGA: Apakah Menjadi Penulis Itu Keren?