Hey, Penulis. Lakukan Ini Saat Kalian Beli Buku!

Hey, Penulis. Lakukan Ini Saat Kalian Beli Buku!


Berdasarkan observasi
atau semacam tes informal yang kami lakukan kepada para pembeli buku, mereka biasanya nggak terlalu tahu sama penerbit. Maksudnya, ketika mereka membeli buku, hal yang sering mereka lakukan adalah membaca judul bukunya. Membaca nama penulisnya. Sering membolak-balikan buku. Memperhatikan covernya dan membaca blurb–nya. Sebenarnya ini nggak masalah kalau untuk orang yang hanya sekadar hobi membaca buku.

Yang jadi masalah adalah justru bagi kita yang ingin mengarang buku sendiri lalu tidak pernah memperhatikan nama penerbit saat membeli buku. Sudah pasti lah orang yang hobi nulis, yang pengen mengarang buku sendiri, membeli buku itu pasti diagendakan. Bahkan kami ngerasa aneh saja kalo ada penulis yang nggak pernah, bahkan sedikit membaca buku. Karena dengan membaca buku, kita akan mendapatkan diksi-diksi baru, tahu suara penulis di dalam bukunya, dan lain sebagainya.

Postingan ini sengaja kami angkat karena kami merasa terganggu sama penulis-penulis yang ingin bekerja sama dengan tim penulis Garut, tapi ketika berdiskusi soal penerbit, mereka nggak tahu sama sekali tentang penerbit. Kami takutnya, kalo teman-teman nggak tahu tentang penerbit, nanti ketika punya naskah lalu pengen dibukukan, malah syock ketika mendengar ada penerbit yang mana si penulis harus membayar untuk menerbitkan naskahnya.

Ini pernah terjadi sama salah satu penulis yang mau bekerja sama dengan kami. Si penulis protes, “Loh, kok malah penulisnya yang bayar, Kak?”. Jadi kalo nggak punya bekal atau nggak punya pengetahuan tentang penerbit, kami agak bingung menjelaskannya. Apalagi kalo dijelasin di WA, nggak kena gitu cara ngejalasinya. Kalo ketemu langsung mah oke-oke aja.

Sederhananya gini, saran kami, ketika teman-teman punya naskah. Dengan catatan naskahnya udah siap kirim ke penerbit. Coba lakukan stalking dulu ke beberapa penerbit. Di rumah ada buku? Cari tahu di internet mengenai penerbit tersebut.

Apakah penerbit Mayor atau Indie? Nanti di webnya suka ada info kayak, “biaya penerbitan” atau “naskah yang masuk, kami seleksi selama 6 bulan”. Itu nanti bisa kalian bedakan. Mana yang mayor dan indie. Lalu cari akun ignya, kalo nggak ada di ig, biasanya di twitter. Kalo nggak ada di twitter, di facebook. Biasanya ada di cover belakang akun sosmednya.

Jadi, buat kalian yang hobi nulis, mulai sekarang, kalo udah beli buku, cari tahu lebih dalam tentang penerbitnya. Itu pertama. Kepoin. Kalian harus penasaran, sepenasaran kalian mengklik postingan ini. Sepenasaran kalian mengklik link blog seseorang atau tulisan seseorang yang mereka cantumkan di bio ig atau twitternya atau dibagikan di status wanya. Itu jiwa penulis. Selalu kepo. Pengen baca. Pengen cari tahu.

Kedua, sebagai perbandingan, coba beli buku yang harganya murah, dengan catatan harus original, biasanya ada di Garut Plaza tuh. Cari buku yang si penulis bukunya juga nggak terkenal, yang penerbitnya juga nggak seterkenal Bentang Pustaka, Diva press, dan Mizan.

Penerbit yang nggak terlalu terkenal, biasanya persaingannya sedikit. Berbeda dengan penerbit yang kami tulis di atas, persaingainnya ketat. Jadi, kita sebagai penulis, saat membeli buku, harus ada tujuan lain selain untuk membacanya, yaitu untuk mengetahui juga tentang penerbit bukunya.

Kami pernah ngeliat seseorang yang ke toko buku, beli bukunya satu buah. Terus dia bawa pulpen dan selembar kertas. Tiap memperhatikan satu buku, dia tulis. Teruuus di tulis. Ngapain gitu, kami penasaran. Ternyata, yang dia lakukan adalah nyatetin nama-nama penerbit. Kami menebak, mungkin alasannya agar naskah dia kalo misalnya diterbitkan bisa di pajang di toko buku yang dikunjunginya. Keren, kan?

Semoga bermanfaat.

BACA JUGA: Mengenal 3 Jenis Penerbit Beserta Keunggulan dan Kelemahannya

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url