7 Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak di Era Digital yang Semakin Mengkhawatirkan

Menumbuhkan Minat Baca Anak


Mari kita sepakati bahwa di jaman sekarang, rata-rata seorang anak lebih sering menghabiskan waktu di depan ponsel untuk bermain game daripada membaca. Apakah ini cukup mengkhawatirkan? Tentu. Bermain game oke lah sesekali boleh diizinkan, tapi yang jadi problem adalah ketika game sudah menjadi "candu" bagi anak.

Sebagai seorang penggiat literasi, saya tertarik untuk membahas tentang gimana sih cara menumbuhkan minat baca anak di era digital yang semakin mengkhawatirkan ini? Berhubung pembahasan ini sudah saya pikirkan jauh-jauh hari. Dan saya kemudian membuat semacam outline yang berisi tujuh poin tentang cara menumbuhkan minat baca pada anak.

Akan tetapi, perlu didisclaimer dulu bahwa di postingan ini saya tidak bermaksud menggurui kepada pembaca. Saya hanya ingin berbagi saja. Sebab, jiwa penulis kadang sering begini. Meskipun belum punya anak misalnya, tapi sudah memiliki rencana "nanti kalau punya anak agar anak saya minat bacanya tumbuh, kudu begini!".

Saya paham bahwa mengimplementasikan kegiatan membaca kepada anak bukan perkara mudah. Mereka tentu lebih cenderung menyukai adanya digitalisasi. Namun, saya ingin membagikan postingan ini kepada pembaca dari pengalaman keluarga saya saat memberi arahan kepada keponakan saya.

Postingan tentang cara menumbuhkan minat baca anak di era digital ini saya ambil dari pengalaman keponakan saya pas satu tahun lalu. Dulu, dia tiap hari main gadget mulu sehingga jarang membaca buku. Dan kabar baiknya, kini keponakan saya sudah rajin membaca. Hal ini karena kami (keluarga saya) menerapkan tujuh cara berikut.

Memanfaatkan gadget sebagai ruang baca bagi anak

Oleh karena keponakan saya awalnya candu main gadget, hingga saat ini pun tidak bisa lepas dari gadget. Namun, kini perkembangannya sudah membaik. Dia sudah mengurangi penggunaan gadget. Ini berkat kakak saya yang berhasil mengarahkan anaknya. Kapan dia main game dan kapan dia harus belajar.

Kakak saya mengedukasi keponakan saya untuk belajar melalui buku dan gadget. Saya masih ingat, dia bilang kepada anaknya bahwa gadget itu tidak buruk. Tergantung kita memakainya kayak gimana. Dia kemudian bilang, "Adek mau kan memanfaatkan gadget ini sebagai bahan belajar? Memanfaatkan gadget ini untuk baca-baca kisah Nabi, dongeng, dan lain-lain? Jadi tidak hanya untuk main game saja.."

Keponakan saya mengangguk.


Ajak anak membeli buku

Cara kedua untuk menumbuhkan minat baca anak di era digital ini adalah mengajak anak ke toko buku. Tentu saja cara ini efektif. Sebab, minat baca seorang anak mau tumbuh gimana kalau keluarganya tidak ada ketertarikan terhadap aktivitas membaca. Atau tidak tertarik membeli buku. Ini yang perlu digaris bawahi terlebih dahulu.

Dengan membeli buku, berarti sudah ada upaya dalam menumbuhkan minat baca anak. Istilahnya, sudah memfasilitasinya lah.

Bacakan buku kepada anak 

Betapa senangnya memerhatikan kakak saya membacakan buku dongeng kepada keponakan saya. Dan mungkin oleh karena dilakukan tiap malam, keponakan saya ketagihan. Dia sempat merespon begini, "Boleh kah adek yang bacain?"

Tentu saya terkejut. Di situ barangkali ada rasa senang tersendiri bagi keponakan saya sehingga dia tertaik pengin ngebacain buku yang biasa dibacakan oleh ibunya.

Berdiskusi dengan anak setelah membacakan buku

Ada komunikasi antara anak dan orangtua. Ada komunikasi antara anak dan buku yang dibacakan oleh ibu maupun bapaknya. Komunikasi ini yang kemudian menjurus kepada rasa ingin tahu seorang anak. Mereka akan bertanya, bahkan mengingatnya.

Saya pernah punya pengalaman yang sentimentil terkait ini. Saya pernah membacakan sebuah buku yang berkisah tentang Bilal bin Rabah. Keponakan saya sampai saat ini ingat, siapa itu Bilal bin Rabah. Dia bahkan meminta dibelikan buku-buku baru.

Saya berinterarksi dengan keponakan. "Jadi gimana, membaca itu menambah pengetahuan kita, kan?" dia mengangguk.

Membiarkan anak memilih buku yang diingankannya

Balik lagi. Kalau orangtua memfasilitasi anaknya dengan banyak buku, nanti tidak perlu orangtuanya lagi yang memilih buku bacaan. Hanya perlu bilang, "Baca buku apa, ya?" si anak akan memilih buku yang menurutnya unik. Mulai dari memilih buku yang covernya ada banyak gambar, isi bukunya mengenai dunia hewan, dan lain sebagainya.

Kalau hal itu sudah terjadi pada anak, maka sedikit demi sedikit minat baca dia sudah bisa kita tilai, berarti minat bacanya telah tumbuh dan berkembang.

Memiliki kartu perpustakaan khusus bagi anak

Di sekolah keponakan saya, beruntung sekali ada perpustakaan mini. Di rumahnya pun demikian, kami menyediakan pohon baca. Kami menyediakan rak buku khusus bagi anak. Sekali pun buku di rumah sudah banyak, tapi cara meningkatkan minat baca atau cara agar dia senang dengan buku yaitu ajaklah dia untuk memiliki kartu perpustakaan di sekolahnya. Sebab, mungkin saja buku-buku yang kita beli, tidak sesuai dengan kesukaan mereka. Dengan membuat kartu perpustakaan khusus bagi anak, ini seperti poin sebelumnya. Dia memilih buku bacaan kesukaannya.

Menjadikan buku sebagai teman sehari-harinya

Saya bertanya kepada keponakan, "Teman bermainmu selain mainan dan gadget, apa lagi?" Dia merespon pertanyaan saya, "Buku!".

Terkait point terakhir tentang cara menumbuhkan minat baca anak ini, saya jadi ingat sama salah satu artikel yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan literasi dalam berkeluarga tidak harus mahal, katanya. Tapi, setelah saya baca artikel tersebut hingga tuntas, sang penulis tidak memberikan kesimpulan yang jelas.

Si penulis bilang, tidak perlu membeli rak buku. Tidak perlu membeli banyak buku. Mungkin postingan ini agak membantah artikel itu, bahwa justru mau tidak mau orangtua harus memfasilitasi anaknya dengan buku. Jika tidak punya banyak uang, pinjam lah buku ke perpustakaan sekolah anak. Atau ke poin satu tadi, yaitu memanfaatkan gadget sebagai ruang baca pada anak. 

Banyak aplikasi bacaan yang dikhususkan untuk anak. Anak-anak SMP saja, ketika mereka tidak punya uang untuk membeli LKS, mereka tinggal mencarinya di Google lalu mendownload LKS yang mereka cari.

Era digital ini memang cukup mengkhawatirkan pada anak. Namun, orangtua atau bahkan keluarga sang anak, harus pintar-pintar menumbuhkan minat baca sang anak dengan beragam cara. Jika tujuh cara menumbuhkan minat baca anak yang saya tulis ini diaplikasikan oleh orangtua, saya yakin hasilnya akan ada perubahan pada anak seperti pengalaman keponakan saya itu.

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url