Review Buku Cardio karya Ririn Pratiwi Nunsi

Review Buku Cardio karya Ririn Pratiwi Nunsi

Dokter menjadi salah satu profesi yang hampir selalu disebutkan oleh anak-anak saat mereka ditanyai soal cita-cita.

Peran dokter yang begitu mulia, menolong sesama, tampaknya punya daya tarik tersendiri di mata orang-orang.

Bukan hanya perannya yang luar biasa di tengah masyarakat, proses menjadi seorang dokter pun tak kalah luar biasa.

Ririn Pratiwi Nunsi, mendedahkan lika-liku perjalanannya menjadi seorang mahasiswi kedokteran. Penjelasannya amat terang. Saya pikir, pembaca akan sepakat bahwa buku ini terasa seperti sesi mentoring.

Ririn menulis dengan runut dan friendly. Ia membawa pembaca memahami seluk beluk serunya proses menjadi seorang dokter.

Apa saja yang dibahas pada Cardio (Catatan Perjalanan Dik Koas)?

Simak review berikut ini…

Baca Juga: Review Buku The Book Of DIS Volume II

Review Buku Cardio (Catatan Perjalanan Dik Koas) karya Ririn Pratiwi Nunsi

Identitas Buku

Judul: Cardio (Catatan Perjalanan Dik Koas)
Penulis: Ririn Pratiwi Nunsi
Penerbit: PT. Panca Mandiri Langit, Teman Nulis
Halaman: 137
Tahun terbit: 2020

Memiliki halaman yang cukup tipis, buku Cardio (Catatan Perjalanan Dik Koas) sarat dengan informasi.

Penulis membagikan pengalaman dan pengetahuannya tanpa bertele-tele. Buku ini terbagi menjadi enam bab yaitu; Lingkungan Fakultas Kedokteran, Sistem Kuliah FK, Sarjana Kedokteran (S.Ked.), Tahap Kuliah Kedokteran, Koas Life, Syarat Sebagai Dokter.

Lingkungan Fakultas Kedokteran

Berbicara tentang mahasiswa kedokteran tidak akan lepas dari bagaimana ia ditempa di lingkungan belajar.

Penulis memperlihatkan bagaimana realita mahasiswa kedokteran tak se-fancy yang sering terlihat di dunia maya atau layar kaca.

Apalagi jika ia masih berstatus mahasiswa baru. Cara berpakaian diatur sedemikian rupa sesuai standar yang berlaku. Mulai dari baju, sepatu, bahkan gaya rambut.

Selain itu, penulis juga membahas fakta-fakta unik mahasiswa dan dosen atau dokter di Fakultas Kedokteran. Omong-omong soal mahasiswanya, penulis sampai membuat klasifikasi khusus memakai istilah kedokteran.

Sungguh seru. Yang paling lucu, di sini juga diterangkan tentang tipe-tipe cara belajar mahasiswa FK. Kalau bahasan tentang ini, pembaca bisa sekalian merefleksi diri lho.

Sistem Kuliah FK

Apa yang kamu bayangkan saat mendengar seseorang berkuliah di Fakultas Kedokteran? Jas lab yang keren? Mata kuliah yang njelimet? Catatan dan diktat kuliah yang tebal?

Nah, pada bab Sistem Kuliah FK, penulis menguraikan secara jelas apa saja yang akan dihadapi oleh mahasiswa FK selama berkuliah. Penulis menjelaskan mulai dari Ospek atau masa pengenalan.

Ada fakta menarik soal ospek di Fakultas Kedokteran. Saat ospek, Semua mahasiswa baru akan langsung dihadapkan dengan kadaver atau mayat yang sudah dibekukan. Hm, sungguh menegangkan!

Selanjutnya, penulis pun menjelaskan sistem pengambilan mata kuliah di FK. Berdasarkan penuturannya, mahasiswa kedokteran tidak mengambil sistem SKS seperti jurusan lainnya.

FK menerapkan perkuliahan dengan sistem blok. Penjelasan mengenai sistem blok tersebut bisa kita dapatkan dengan mendetail di sini

Selama masa perkuliahan itu, para mahasiswa tidak hanya mendapatkan materi dari para dokter. Mereka juga melakukan kegiatan praktikum, skill lab, tutorial klinik, SOCA, OSCE, review jurnal, field lab, dan ujian praktik. Masih asing dengan istilah-istilah itu?

Tenang saja, pembaca akan mendapatkan penjelasannya dengan sangat gamblang. Penulis pun menyinggung perihal kegiatan KKN dan tentu saja skripsi. Lengkap sekali pembahasannya bukan?

Sarjana Kedokteran (S.Ked.)

Memutuskan menjadi seorang mahasiswa kedokteran berarti siap untuk menjalani masa kuliah yang panjang. Yudisium dan wisuda bukanlah akhir perjuangan mereka.

Justru, wisuda sarjana dan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) merupakan awal perjuangan yang lebih berat. Perjuangan berat apa yang akan dialami? Kita bisa membaca penjelasannya pada bab selanjutnya.

Tahap Kuliah Kedokteran

Isi bab berkaitan erat dengan bab sebelumnya. Penulis mengelompokkan tahapan kuliah kedokteran menjadi 2 tahap yakni:

a. Tahap pre klinik: tahap ini berisi perkuliahan reguler yang diakhiri dengan yudisium dan wisuda. Tahap pre klinik berlangsung selama 3,5 – 4 tahun

b. Tahap klinik: Tahap klinik merupakan lanjutan dari tahap pre klinik. Inilah yang dimaksud perjuangan berat para dokter muda. Mereka yang telah bergelar S.Ked harus menempuh Program Profesi Dokter atau Koas.

Mereka belum sepenuhnya menjadi dokter melainkan masih seorang Dokter muda. Apakah setelah koas lalu prosesnya selesai? Sayangnya belum.

Para dokter muda ini masih harus menempuh 1 tahun internship. Setelah dilantik dan dibacakan sumpah, barulah para dokter muda ini resmi menjadi Dokter Umum.

Jika masih penasaran soal struggle para mahasiswa kedokteran sampai menjadi dokter umum atau bahkan seorang dokter spesialis, kamu harus menyimak bab ini dengan saksama!

Koas Life

Bab Koas Life mengingatkan saya pada scene pada drama-drama korea bertema rumah sakit.

Bab Koas Life ini merupakan bagian paling kompleks menurut saya. Penulis merinci tahapan stase yang dijalankan selama koas.

Hebatnya lagi, pembaca bisa menyimak kasus-kasus real yang dihadapi dan ditangani oleh penulisnya sendiri.

Ah, benar-benar seperti menonton Drama Korea yang setiap episodenya, pemeran utama dokter dihadapkan dengan kasus yang berbeda. Pembaca benar-benar harus membaca bagian ini dengan saksama.

Syarat Sebagai Dokter

Jika berpikir syarat paling penting menjadi dokter itu ‘pintar’, menurut penulis justru syarat utamanya yakni ‘mental yang kuat’.

Dari bab pertama, penulis menggambarkan betapa proses kuliah mahasiswa kedokteran punya rutinitas yang padat. Frekuensi tugas dan praktikumnya tinggi.

Belum lagi kegiatan lain yang juga menguras energi. Jika tak punya tekad yang kuat, bukan mustahil akan berhenti di tengah jalan. Lantas apalagi syarat untuk menjadi seorang dokter?

Find out it yourself in this section!

Baca Juga: Review Buku Seduhan Kopi Dingin

Pandangan Reviewer Terhadap Buku Cardio (Catatan Perjalanan Dik Koas) karya Ririn Pratiwi Nunsi

Terbitnya buku Cardio (Catatan Perjalanan Dik Koas) menambah rasa empati saya terhadap profesi dokter. Kisah yang diurutkan Ririn mungkin hanya sekelumit kecil rumitnya proses menjadi seorang dokter. Terlebih, yang ditangani dokter adalah nyawa manusia. Tentu tanggung jawab dan tekanannya amat besar.

Buku ini, menurut saya amat otentik. Sedikit banyak bisa kita katakan sebagai autobiografi penulisnya. Di dalamnya penulis juga menyertakan beberapa tugas dan praktikum milik pribadi sehingga pembaca akan merasa yakin terhadap isi bukunya.

Selain itu, meski bahasannya seputar perkuliahan, sama sekali tidak boring. Saya malah menikmati penjelasan tentang istilah-istilah kedokteran karena bahasanya sederhana. Ini membuat isi buku lebih mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.

Saya amat menyarankan buku ini terutama bagi para siswa yang mempertimbangkan jurusan Kedokteran sebagai tujuannya di perguruan tinggi.

Cardio (Catatan Perjalanan Dik Koas) bisa jadi guidline yang tepat. Di sini, pembaca bisa memahami realita yang akan dialami seorang mahasiswa kedokteran selama perkuliahannya.

Finally, it’s a well done book. Dengan halaman yang tak terlalu tebal tetapi membuka banyak wawasan.

Wawancara dengan Ririn Pratiwi

Reviewer: Congratulation for your book, Kak Ririn. Omong-omong soal profesi dokter, saya ingin membahas tentang beberapa dokter yang menjadi konten kreator. Tak jarang di konten mereka, diceritakan tentang penyakit dan kondisi pasiennya. Ditinjau dari kode etik seorang Dokter, bagaimana penulis melihat fenomena tersebut?

Ririn: Selama identitas disembunyikan/disamarkan dan tidak dipaparkan terang-terangan masih dalam batas normal dan wajar.

Reviewer: Sebagai mahasiswa kedokteran, penulis pasti sangat sibuk dengan beragam praktikum dan tugas. Apalagi sedang melaksanakan Koas. Bagaimana bisa penulis terpikir untuk menulis buku juga? Bagaimana menyusun skala prioritasnya?

Ririn: Dikerjakan saat ada libur blok biasanya, atau tiap muncul ide dijadiin skrip dulu, pas selow baru dikembangkan.

Reviewer: Di bagian buku ini, penulis menjelaskan materi-materi dalam sistem blok di setiap semester. Bagi penulis sendiri, materi apakah yang paling menantang sebagai mahasiswa kedokteran?

Ririn: Forensik sih karna berhadapan sama mayat terus.

Reviewer: Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, tentu banyak bersinggungan dengan berbagai kondisi manusia. Apakah kondisi tersebut berdampak pada cara penulis mengambil keputusan dalam hidup (apapun konteksnya)? Point of view apa yang paling sering memengaruhi penulis dalam mengambil keputusan hidup?

Ririn: Berdampak. Misal saat ini saya sedang bertugas di daerah pedalaman karna saya rasa masyarakat sangat membutuhkan tenaga kesehatan yang mumpuni, kasihan kalau penyakit mereka dibiarkan terus hingga memakan korban.

Reviewer: Melihat background penulis yang senang dengan dunia kepenulisan, apakah penulis berencana untuk kembali menerbitkan buku? Mungkinkah buku tersebut juga seputar kedokteran atau kesehatan lagi?

Ririn: Iya, saya berencana menulis lagi Cardio jilid 2, karna cerita saat menjadi dokter belum selesai di Cardio yang saat ini. Saya ingin membahas sampai dimana mendapat gelar dokter yang sesungguhnya.

-

Penulis buku Cardio dapat kamu sapa melalui laman Instagram @ririn.iyn_nunsi

BACA JUGA: Review Buku 1001 Cara Mensyukuri Nikmat-Nya

Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url