Review Buku Ameera: Memoar si Opa Membersamai Sang Cucu karya Mardisyaf Ramli
Meskipun buku Ameera bukan kategori karya tulis ilmiah, tapi saya yakin proses penulisan buku ini lebih sabar dari menulis skripsi. Begitu kiranya pikiran saya saat membaca bagian demi bagian dalam buku.
Bayangkan saja, pada bagian pengantar, penulis menyampaikan bahwa karya tulis ini dipersembahkan sebagai hadiah ulang tahun cucu tercinta, Ameera. Buku ini membahas tentang 540 hari kehadiran sang cucu. Terhitung dari 9 bulan Ameera di alam rahim, hingga 9 bulan kemudian lahir ke dunia.
Saya yakin, Ameera, jika membaca buku persembahan Sang Opa kelak, juga bakalan nangis, turut haru, dan bangga, seperti yang saya rasakan. Sebelum kaki berpijak ke dunia, Sang Opa sudah lebih dulu menuliskan sejarah tentangnya. Saya teringat pepatah lama, Historia vitae Magistra, sejarah itu mewariskan kearifan.
Perlu digaris bawahi bahwa buku ini bukan hanya membahas sejarah Ameera, tetapi benar-benar memberikan kearifan, pengetahuan, dan juga mengajak pembaca untuk memetik hikmah dalam menjalani proses kehidupan.
Untuk mengetahui lebih dalam gambaran buku Ameera, simak ulasan berikut ini.
Baca Juga: Review Novel Rayendra
Judul: Ameera: Memoar si Opa Membersamai sang Cucu
Penulis: Merciana @mardisyaf
Genre: Nonfiksi/Parenting
ukuran: 14 x 20 cm
Isi : 166 hal.
Est. berat: 250 gr
Penulis menyampaikan, apabila ada pembaca yang tertarik dan berkenan membaca buku ini dalam format PDF atau e-book reader, bisa menghubungi e-mail rmardisyaf@gmail.com. Nanti penulis akan mengirimkan karyanya untuk kebermanfaatan.
Melalui buku Ameera, kakek pemilik nama pena Merciana ini telah mematahkan stigma negatif masyarakat mengenai relasi menantu-mertua, juga pola asuh cucu oleh kakek-nenek.
Penulis menuturkan bahwa kebanyakan problematika yang kerap terjadi dalam keluarga adalah relasi menantu dengan mertua. Dalam buku ini, Merciana menceritakan indahnya relasi beliau dengan sang menantu.
Saya rasa, relasi seperti itu merupakan idaman bagi keluarga manapun. Lalu, Merciana juga melengkapi catatan bagaimana membangun dan menjalin relasi indah mertua dengan menantu—maupun sebaliknya—dimana diperkuat dengan keterangan pendekatan spiritual.
Saya terharu sama dedikasi penulis. Sebegitu matangnya beliau menyusun buku ini. Contoh, foto-foto yang disematkan pada buku bersumber dari dokumentasi pribadi. Juga, penulis sangat detail menuliskan titimangsa di setiap bagian tulisan, bahkan sampai keterangan jam.
Selain itu, stigma negatif yang sering dijumpai di antara masyarakat adalah terkait pola asuh anak oleh kakek-nenek. Banyak orang bilang kalau usia kakek-nenek rentan untuk membina dan membimbing anak. Sehingga, apapun keinginan sang cucu pasti dituruti, meskipun berdampak tidak baik kepada sang cucu tersebut.
Review Buku Ameera: Memoar si Opa Membersamai Sang Cucu
Deskripsi BukuJudul: Ameera: Memoar si Opa Membersamai sang Cucu
Penulis: Merciana @mardisyaf
Genre: Nonfiksi/Parenting
ukuran: 14 x 20 cm
Isi : 166 hal.
Est. berat: 250 gr
Buku Ini Merepresentasikan Ketulusan; Apa Itu Cinta tanpa Syarat, juga Cinta dengan Penuh Rasa Sadar
Begitu saya membaca bagian identitas buku, hati saya langsung berujar Masyaa Allah. Rasanya baru buku ini saja yang saya review, tapi tidak akan saya rekomendasikan untuk langsung dibeli calon pembaca. Sebab, pada bagian identitas terdapat amanat penulis yang begitu tulus. Di sana tertera kalimat “Buku ini tidak diperjualbelikan.”Penulis menyampaikan, apabila ada pembaca yang tertarik dan berkenan membaca buku ini dalam format PDF atau e-book reader, bisa menghubungi e-mail rmardisyaf@gmail.com. Nanti penulis akan mengirimkan karyanya untuk kebermanfaatan.
Melalui buku Ameera, kakek pemilik nama pena Merciana ini telah mematahkan stigma negatif masyarakat mengenai relasi menantu-mertua, juga pola asuh cucu oleh kakek-nenek.
Penulis menuturkan bahwa kebanyakan problematika yang kerap terjadi dalam keluarga adalah relasi menantu dengan mertua. Dalam buku ini, Merciana menceritakan indahnya relasi beliau dengan sang menantu.
Saya rasa, relasi seperti itu merupakan idaman bagi keluarga manapun. Lalu, Merciana juga melengkapi catatan bagaimana membangun dan menjalin relasi indah mertua dengan menantu—maupun sebaliknya—dimana diperkuat dengan keterangan pendekatan spiritual.
Saya terharu sama dedikasi penulis. Sebegitu matangnya beliau menyusun buku ini. Contoh, foto-foto yang disematkan pada buku bersumber dari dokumentasi pribadi. Juga, penulis sangat detail menuliskan titimangsa di setiap bagian tulisan, bahkan sampai keterangan jam.
Selain itu, stigma negatif yang sering dijumpai di antara masyarakat adalah terkait pola asuh anak oleh kakek-nenek. Banyak orang bilang kalau usia kakek-nenek rentan untuk membina dan membimbing anak. Sehingga, apapun keinginan sang cucu pasti dituruti, meskipun berdampak tidak baik kepada sang cucu tersebut.
Namun, berbeda dengan pemikiran dan pola asuh yang diterapkan dalam keluarga ini. Kamu tidak akan menemukan stigma negatif tersebut.
Satu hal yang menjadi catatan pembelajaran saya dari Sang Opa, yakni ia mencintai dengan penuh rasa sadar. Ada beberapa bagian dimana Sang Opa dibuat khawatir karena keadaan tertentu, Sang Opa tahu bahwa dirinya begitu mencintai Ameera. Tapi bukan berarti dia memiliki Ameera sepenuhnya.
Hakikatnya, Ameera adalah amanah yang begitu indah. Dan pada akhirnya, bersamaan dengan mencintai Ameera tanpa syarat, Sang Opa juga sadar dari mana hakikat cinta itu berasal.
Sang Opa tahu apa yang harus dilakukan ketika mencintai tanpa syarat, dia meneruskan rasa cinta kepada Sang Pemberi Cinta dengan menjadikan sosok yang ia cinta sebagai sumber bacaan ayat kauniyah Allah.
Opa bahkan sebisa mungkin menjadikan dirinya sebagai salah satu role model dengan memberi contoh positif dalam keseharian Ameera sedari masih kecil (bayi).
Satu hal yang menjadi catatan pembelajaran saya dari Sang Opa, yakni ia mencintai dengan penuh rasa sadar. Ada beberapa bagian dimana Sang Opa dibuat khawatir karena keadaan tertentu, Sang Opa tahu bahwa dirinya begitu mencintai Ameera. Tapi bukan berarti dia memiliki Ameera sepenuhnya.
Hakikatnya, Ameera adalah amanah yang begitu indah. Dan pada akhirnya, bersamaan dengan mencintai Ameera tanpa syarat, Sang Opa juga sadar dari mana hakikat cinta itu berasal.
Sang Opa tahu apa yang harus dilakukan ketika mencintai tanpa syarat, dia meneruskan rasa cinta kepada Sang Pemberi Cinta dengan menjadikan sosok yang ia cinta sebagai sumber bacaan ayat kauniyah Allah.
Opa bahkan sebisa mungkin menjadikan dirinya sebagai salah satu role model dengan memberi contoh positif dalam keseharian Ameera sedari masih kecil (bayi).
Baca Juga: Review Buku Antologi Puisi Destinasi Rindu
Buku Berisi Pengetahuan yang Berbobot tentang Pengalaman Biologis Perempuan dan Tumbuh Kembang Anak
Jujur, saya kagum membaca buku ini. Ternyata ada, ya, laki-laki yang begitu detail memperhatikan dan memahami betul pengalaman biologis perempuan. Khususnya seputar kehamilan, melahirkan, hingga pasca melahirkan. Sebagai perempuan, saya belum sejauh itu mengetahui pengalaman biologis.Kemudian, buku ini juga membahas seputar tumbuh kembang anak sejak janin hingga usia 9 bulan pasca lahir. Terlebih lagi, isi pembahasan berlandaskan medis serta perspektif teologi Islam (tasawuf).
Buku Ameera ini cocok dibaca oleh calon ibu, dan bahkan untuk ibu muda sebagai referensi. Buku ini panduan berharga bagi orang tua, calon orang tua, para kader pos yandu, pemerhati tumbuh kembang anak, serta siapa pun yang tertarik untuk perawatan janin dan pertumbuhan anak.
Lebih lanjut, buku Ameera ringan dibaca. Penulis paham betul dalam mengemas tulisannya agar bisa dinikmati semua kalangan. Saya menemukan cerpen, puisi, deskripsi, juga sesekali terkesan membaca diary Sang Opa.
Sebagai orang yang sudah membaca buku ini, saya serasa menjadi pendengar setia penulis yang bercerita keajaiban sebuah rasa. Rasa kakek ini menjadi 'ruh' bagi Ameera maupun pembaca.
Catatan Kehidupan bagi Saya setelah Membaca Buku Ameera
Pada tulisan berjudul ‘Sepucuk surat, berjanji akan selalu ada untukmu, mendukungmu, dan mencintaimu tanpa syarat’ saya menggaris bawahi sebuah catatan langka.“Hanya satu pesan Opa padamu. Setiap Ameera merayakan ulang tahun, pada hakikatnya adalah merayakan hari perjuangan atas kemenangan Ibunda menyambung nyawa saat melahirkanmu. Dan jadikanlah momen bahagia ini sebagai pengingat atas cinta tanpa batas pada kedua orangtuamu.”
Mulai saat ini, saya juga akan memaknai hari ulang tahun sebagaimana Opa sampaikan kepada Ameera.
Catatan selanjutnya yang bikin saya mellow terdapat pada judul ‘Berita spektakuler seribu hari pertama kehidupan’.
“Menyaksikan kebesaran Allah SWT dalam rahim juga menjadi ajakan untuk menghargai kehidupan manusia dan menjaga kehormatan dan hak-hak setiap individu, terutama wanita sebagai pembawa rahim yang luar biasa ini”
Masyaa Allah, rasanya Sang Opa seperti pejuang feminisme. Ia begitu menghargai perempuan. Tidak menganggap perempuan sebagai makhluk lemah dan tidak menempatkan perempuan sebagai second class dalam relasi sosial.
Selain itu, pada judul ‘fungsi plasenta’, saya teringat pada pemahaman Jawa mengenai Sedulur Papat Limo Pancer.
Jujur, saya takjub sama keluarga Opa yang melestarikan nilai-nilai luhur tradisi dan budaya Nusantara secara sadar, dan selalu saja memetik hikmah sehingga semakin yakin kepada Yang Maha Kuasa.
Saya sepakat terhadap statementnya Opa, banyak kearifan lokal yang kita saksikan di masyarakat pada tradisi daur hidup manusia, salah satunya prosesi pemakaman plasenta. Sangat detail dan apik sekali keluarga ini dalam memperhatikan hal-hal yang dianggap biasa saja bagi orang pada umumnya di masa sekarang.
Satu pesan dari saya untuk penulis, sehat terus Opa! Supaya Opa bisa terus menulis buku berikutnya.
Melalui buku ini, saya sepakat juga sama statement yang pernah disampaikan Einstein. “Semakin aku mendalami/mengetahui suatu ilmu pengetahuan, aku semakin yakin dengan adanya Tuhan”.
Saya sepakat terhadap statementnya Opa, banyak kearifan lokal yang kita saksikan di masyarakat pada tradisi daur hidup manusia, salah satunya prosesi pemakaman plasenta. Sangat detail dan apik sekali keluarga ini dalam memperhatikan hal-hal yang dianggap biasa saja bagi orang pada umumnya di masa sekarang.
Satu pesan dari saya untuk penulis, sehat terus Opa! Supaya Opa bisa terus menulis buku berikutnya.
Melalui buku ini, saya sepakat juga sama statement yang pernah disampaikan Einstein. “Semakin aku mendalami/mengetahui suatu ilmu pengetahuan, aku semakin yakin dengan adanya Tuhan”.
Begitulah catatan akhir saya mengenai buku ini.
Wawancara dengan Mardisyaf Ramli
Vanesha: Masyaa allah ya, buku Mas ngajak refleksi banget tentang hidup dan banyak hal. Sebetulnya berapa lama Mas merencanakan mengemas tulisan ini? Semua begitu tertata dan terniat. Mulai dari foto dokumentasi yang diambil sendiri, sampai-sampai titimangsa jam juga tidak terlewatkan?
Mardisyaf Ramli: Saya mulai tahu berdasarkan tes pack tanggal 17 Desember 2021.
Dan tanggal 18 Desember, kita ke dr.SPOG. Disitulah saya mulai mencatat dan merencanakan untuk mengikuti perkembangan kehamilan menantu saya. Atas rencana tersebut, maka saya mulai mengumpulkan semua dokumentasi, tidak hanya foto, juga ada videonya.
Dan tanggal 18 Desember, kita ke dr.SPOG. Disitulah saya mulai mencatat dan merencanakan untuk mengikuti perkembangan kehamilan menantu saya. Atas rencana tersebut, maka saya mulai mengumpulkan semua dokumentasi, tidak hanya foto, juga ada videonya.
Vanesha: Oh gitu, kalau boleh bercerita, Ameera ini cucu pertama kah sehingga sampai segitunya membuat kado indah berupa jejak sejarah dalam buku? Atau setiap cucu juga Mas memberikan perhatian sedetail dan sekompleks ini?
Mardisyaf Ramli: Kebetulan, Ameera adalah cucu pertama dari anak saya satu-satunya
Kehadiran Ameera seakan membawa kembali ke masa 30 tahun silam, ketika anak saya lahir. Terlebih lagi, memang telah lama saya menantikan kehadiran cucu di tengah keluarga kami.
Vanesha: Waaahh, pasti Ameera menjadi sangat spesial ya, untuk Mas dan keluarga. Lalu, bagaimana awal mula Mas kepikran menjadikan buku ini?
Mardisyaf Ramli: Kebetulan pada saat itu saya sedang mengikuti salah satu pelatihan belajar menulis. Salah satu tugas yang diberikan oleh pembimbing adalah, membuat tulisan yang "sederhana", sepele, yang ada disekitar kita.
Tiba tiba, saya terinspirasi oleh hasil test pack yang kemudian bisa dikembangkan jadi tulisan, karena dulu saya pernah belajar tentang hal yang berhubungan dengan kesehatan dan tubuh manusia (Medis)
Vanesha: Oh, kalau boleh tau Mas Mardi dulu apakah pernah berprofesi di dunia medis? Jadi Mas belajar menulisnya dari pelatihan belajar menulis ya, di mana ya Mas kalau boleh tahu?
Mardisyaf Ramli: Ya, pernah. Bahkan sampai saat ini saya masih berprofesi sebagai Dokter Spesialis THT.
Covid 19, membawa semua aktivitas saya terhenti. Karena nakes yang berusia di atas 60 tahun, disarankan untuk tidak bekerja. Sehingga saya harus mencari kegiatan lain. Awalnya saya menulis untuk menghilangkan kejenuhan dan stress akibat lock down.
Namun, lama kelamaan justru saya semakin serius untuk menulis, berawal dari menulis di forum kesehatan di Facebook. Saya juga tergabung di grup penulis Allisku (Alumni Penulis Kedokteran Unand).
Vanesha: Oh iya, waktu Covid emang mengubah segalanya ya, Mas, tapi hikmahnya Mas Mardi bisa belajar literasi dan kasih hadiah untuk cucu ☺️. Terakhir Mas, ada pesan-pesan tidak yang ingin disampaikan kepada pembaca?
Mardisyaf Ramli: Saya ingin mengajak para pembaca buku Ameera agar memandang tubuh kita sebagai hadiah terindah dari Allah yang harus dijaga dan diapresiasi dengan baik. Karena sangat penting bagi keluarga Ibu hamil untuk memperhatikan:
1. Kondisi si Ibu hamil itu sendiri. Apa saja yang penting dilakukan (pola makan, imunisasi, dll)
2. Kondisi anak dalam kandungan. Apa saja yang perlu diperhatikan (seperti Ameera yang mengalami lilitan tali pusat dan kehamilan harus diakhiri lebih cepat dari rencana awal)
3. Apa saja yang penting diperhatikan sejak bayi lahir, pemberian ASI eksklusif, dan imunisasi.
Namun, buku ini saya selesaikan pada saat Ameera memasuki usia 9 bulan. Padahal, seharusnya sesuai dengan Program Pemerintah, kita harus mengawasi perkembangan bayi sampai umur 2 tahun.
Atas dasar perkembangan otak bayi, 80% terjadi di rentang waktu tersebut. Jadi, mungkin buku ini harus dilengkapi lagi sampai Ameera berusia 2 tahun. Insya Allah.
-
Hebat sekali, ya, penulis buku ini?
Baik, untuk itu, saya perlu menginformasikan bahwa penulis buku Ameera dapat kamu sapa melalui Instagram @mardisyaf.
Reviewer: Siti Sunduz.
BACA JUGA: Review Buku Kembara Tiga Dunia