Review Buku Kasih Tuhan Cukup Bagiku Karya Graece Tanus

Buku Kasih Tuhan Cukup Bagiku Karya Graece Tanus


Dalam kurun waktu dua hari, saya merampungkan buku Kasih Tuhan Cukup Bagiku karya Graece Tanus. 

Pada buku ini, Graece membagikan pengalaman bahwa dirinya merupakan simbol perjuangan untuk melawan ganasnya kanker payudara.

Dunia yang hampir saja runtuh tak berarti di benak seorang penyintas kanker, ternyata dunia yang penuh bahasa kasih dari Yang Maha Esa.

Melalui cerita dan pengalaman-pengalaman seorang perempuan kelahiran Jakarta ini, ia mengajak kita (selaku membaca) untuk belajar memahami bahasa kasih Sang Pencipta melalui rasa, ketika menyikapi sebuah realita.

By the way, sebagai reviewer buku ini, saya adalah seorang muslim. Namun, bukan berarti saya enggan membaca pengalaman dan cerita-cerita hebat dari pemeluk agama lain.

Pun dalam buku ini, saya senang menjadi salah satu pendengar cerita pengalaman ajaib penulis melalui tulisan-tulisannya yang diabadikan dalam 99 halaman.

Graece Tanus sendiri merupakan seorang yang loyal, totalitas, dan taat beragama pada agama yang dipeluknya. Saya menemukan banyak catatan penting tentang keberanian dan ketulusannya pada buku ini.

Ingin tahu buku ini seperti apa?

Simak ulasan lengkapnya berikut ini...

Review Buku Kasih Tuhan Cukup Bagiku

Deskripsi Buku

Judul             : Kasih Tuhan Cukup Bagiku
Penulis              : Graece Tanus 
No. ISBN          : 978-623-6790-27-4
Penerbit            : CV. Lentera Kata
Isi                            : xvi, 99 halaman
Tahun Terbit        : Februari 2021
Jenis/ Kategori      : Autobiografi, Non Fiksi

Sampul dan Judul Buku, Memberi Kesan Penegasan serta Penguatan

Sampul buku ini tidak banyak pernak-pernik ilustrasi. Desainnya sangat simple, hanya memunculkan potret penulis yang anggun mengenakan riasan Nusantara dan pakaian kain bercorak batik parang. Bagi saya, ini seolah menjadi simbol penegasan dan penguatan.

Jujur saja, saya suka sama corak batik, khususnya parang. Sebab, motif batik parang diyakini memiliki makna filosofis di antaranya pantang menyerah, ketangguhan, ketangkasan, kontinuitas, dan makna serupa lainnya.

Selain itu, saya memiliki pandangan tersendiri terhadap pola corak batik maupun tenun Indonesia. Bagi saya, pola corak batik ataupun tenun merupakan sebuah doa kepada Yang Maha Kuasa, melalui ekspresi seorang hamba yang berbudaya (pengrajin/pembuat corak) kepada penciptanya yang Maha mencintai keindahan.

Entah sudah dikonsep demikian atau tidak oleh penata design, intinya saya senang memandang sampul buku ini. Hal-hal detail yang memuat makna filosofis dikemas sedemikian rupa. Dan dari sampulnya saja, saya rasa pembaca sudah diajak melihat dan memaknai buku ini dengan rasa.

Dalam Beberapa Halaman Terdapat Potret Kegiatan Penulis, Ini Membuat Pembaca seolah Merasa Dekat dengan Sang Penulis

Pada beberapa bagian halaman, Graece Tanus mendokumentasikan potret kegiatannya. Baik itu bersama keluarganya, kolega, teman dekat, hingga tempat-tempat terindah di Indonesia yang telah dikunjunginya.

Potret di berbagai kegiatan tersebut seolah mengajak pembaca untuk merasa dekat dengan sang penulis. Sisi humanisnya, keaktifannya, dan betapa mengagumkannya penulis menjalin relasi dengan banyak orang.

Sisi lain lagi yang menarik perhatian saya pada potret kegiatan penulis adalah dirinya selalu lekat dengan nuansa ke-Indonesiaan. Entah itu terilustrasikan melalui berbagai macam spot keindahan alam maupun pada pakaian yang dikenakannya. Penulis kerap mengenakan pakaian bermotif batik maupun tenun.

Melihat potret kehangatan penulis bersama orang-orang sekitarnya dengan mengenakan pakaian bercorak, saya rasa doa orang-orang sekitarnya pasti senantiasa membersamainya.

Dugaan saya kemudian diperkuat ketika membaca bagian kelima tulisan, sekaligus bagian terakhir dalam buku ini. Bagian dimana orang-orang terdekat penulis turut mencurahkan perasaan senang nan nyaman dari sosok penulis.

Uniknya, pada lembar pertama bagian akhir tulisan, penulis menaruh dokumentasi dirinya saat bersama Gus Mus. Penulis bilang bahwa dirinya mengidolakan Gus Mus dan sudah beberapa kali sowan ke Leteh.

Dalam hal ini, saya menemukan catatan tentang betapa senangnya penulis membangun relasi dengan berbagai macam orang tanpa memandang latar belakang agama, sosial, maupun budaya. Memang, kebaikan dan pembelajaran bisa kita dapatkan di mana saja dan dari siapa saja.

Baca Juga: Menggunakan Jasa Review Buku, Apakah Perlu?

Buku Kasih Tuhan Cukup Bagiku Dilengkapi dengan Kutipan Catatan Pribadi Graece Tanus dan Tokoh-Tokoh Terkemuka

Buku ini dikemas menjadi lima bagian. Dan di setiap bagian mengharuskan saya untuk menggunakan penanda khusus pada halaman-halaman tertentu.

Bagaimana tidak, setiap bagian tulisan diawali kutipan penulis sebagai penguatan. Dan pada lembar akhir di setiap bagian berisi kutipan tokoh-tokoh terkemuka, seperti Pramoedya Ananta Toer, Carl Jung, hingga Aristoteles. Kutipan tersebut tentu mengandung unsur saling menguatkan.

Adapun beberapa penanda istimewa yang saya sematkan pada beberapa kutipan penulis antara lain:

Bagian Satu: Mengalami Kasih Tuhan

"Lewat Cubitan Kecil, Tuhan menunjukan kasih-Nya kepada saya. Saya dipilih Tuhan agar orang lain melihat kuasa-Nya dalam diri saya." - hal 1

Bagian Dua: Rahmat bagi Keluarga dan Sesama

"Selalu ada konsekuensi dari pilihan, tetapi Tuhan selalu punya cara membantu manusia. Itulah kenapa kasih Tuhan cukup bagi saya." - hal 23

"Tuhan itu Maha Pengasih. Ia akan bertanggung jawab dalam hidup manusia." - hal 50

Bagian Tiga: Mampu Menggembirakan Orang Lain

"Hidup adalah keberanian untuk menghadapi tanda tanya. Hanya ada satu jalan untuk mengetahui apa maksud tanda tanya itu adalah masuk dan menikmati kehidupan itu." - hal 57

Bagian Empat: Sembuh Berkat Alam

“Berada di alam mengajarkannya untuk belajar keseimbangan hidup. Ada waktu untuk bekerja, berdoa, melayani, tetapi ada waktu juga untuk memahami pesan alam untuk dirinya.” - hal 62

“Semakin banyak orang mencintai alam, semakin banyak kehidupan yang lahir. Semakin dekat dengan alam, semakin diri kita merasakan bisikan dan harapan alam kepada manusia.” - hal 65

“Dekat dengan alam adalah pengalaman singkat untuk rindu yang berkepanjangan.” -hal 74

Penutup

Saya cukup kepo melihat tempat-tempat indah di Indonesia yang penulis sematkan di beberapa bagian tulisan. Sayangnya tidak ada catatan tambahan dimana dan sedang apakah penulis di sana.

Alangkah lebih baik apabila potret-potret kegiatan penulis dilengkapi dengan catatan-catatan kecil seperti terdapat keterangan lokasi misalnya.

Akan tetapi, overall, bagi saya, buku ini menjadi bahan renungan dan refleksi dalam menjalani proses kehidupan.

Dunia terlalu singkat bila hanya menggerutu atas ketetapan Tuhan, justru ada cinta dan kasih-Nya yang tidak akan mampu kita lihat bila kita tidak melakukan penerimaan diri.

Salam keberagaman, salam dedikasi untuk toleransi.

Notes:

Penulis buku Kasih Tuhan Cukup Bagiku dapat kamu sapa melalui Instagram @graecetanus. Atau silakan tonton wawancara penulis dengan Heartline Network di bawah ini:



Reviewer: Siti Sunduz

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url