Karakter Jerry di Film Rebel in the Rye yang Menunjukkan Kegelisahan JD Salinger dalam Menulis

Karakter Jerry di Film Rebel in the Rye

Bagi mereka yang hobi membaca karya sastra dunia, tentu tahu dengan salah satu novel kontroversi pada masanya, yaitu The Catcher in the Rye karya J.D. Salinger. Novel tersebut terbit pada 1951.

J.D. Salinger merupakan penulis mahsur berkebangsaan Amerika. Saya terkejut ketika sosoknya cukup krusial dalam film Rebel in the Rye yang diperankan oleh Nicholas Hoult alias Jerry. Saya melihat, karakter Jerry menunjukkan kegelisahan J.D. Salinger dalam menulis sebuah karya.

Jerry adalah seorang pemuda yang diberkahi dengan bakat menulis yang luar biasa yang kelak akan melambungkan namanya menuju kesuksesan.

Akan tetapi, Jerry adalah siswa yang begitu blak-blakan dan sangat sarkas saat menjadi siswa baru di kelas menulis kreatif Whit Burnett (Kevin Spacey) di Columbia. Dia berbicara sembarangan dan angkuh terhadap kritik yang membangun.

Bahkan, pada catatan yang paling sederhana dalam karyanya, Jerry menolak diberi catatan. Tujuannya agar tidak membatasi kreativitasnya.

Jerry adalah murid Whit Burnett yang paling buruk. Tapi, dia sangat terinspirasi oleh Burnett yang tajam dan pragmatis. Burnett-lah yang mendorongnya untuk mengabdikan hidupnya untuk menulis, juga menerbitkan karya fiksi pendek pertamanya.

Burnett-lah yang bersikeras bahwa karakter Holden Caulfield dalam buku The Catcher in the Rye adalah karakter yang begitu unik sehingga Jerry pantas membikin novelnya sendiri.

Apa yang menunjukkan kegelisahan J.D. Salinger dalam menulis sebuah karya? Adalah stress pascaperang. Dan itu cukup membuatnya lumpuh pada aktivitas menulis.

Di lain sisi, perang membuatnya menjadi penulis yang lebih baik, tetapi merusaknya secara psikologis dan tidak bisa diperbaiki.

Melalui upaya agennya yang setia, sabar dan hampir putus asa, Dorothy Olding (Sarah Paulson), dia menjadi sensasi sastra yang kesombongan dan keeksentrikannya membuat banyak orang terpengaruh dalam perjalanannya menuju ketenaran. Kasar, egois, dan sinis tentang segala hal. Dia menghindari publisitas dan bertengkar dengan penerbit.

Yang tidak perlu dicontoh oleh para penulis muda seperti saya adalah salah satu perkataan Jerry, “Menulis telah menjadi agama saya,”. Ini tentu berbahaya. Sebab, kehidupan penulis tidak selamanya untuk menulis.

Jadi, setelah menerbitkan The Catcher in the Rye, dia pergi ke New Hampshire. Dia menikah lagi, menjadi suami, ayah, dan teman yang buruk.

Dia meninggalkan istri dan anak-anaknya selama berbulan-bulan, meminum air kencingnya sendiri, mendarat di sampul Time meskipun dia menolak untuk bekerja sama dengan semua permintaan publisitas, dan membuat penerbitnya gila.

Seperti dalam film The End of The Tour, menjadi penulis terkenal kadang rumit. Bertemu fans yang gila kepadanya, kehidupannya berantakan, dan lain sebagainya. Itu yang dialami oleh Jerry. Dan itu yang bikin J.D Salinger gelisah semasa hidupnya.

BACA JUGA: Rebel in the Rye Adalah Film Perjalanan Menjadi Penulis Sejati

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url