Menulis dan Berimajinasi Bikin Saya Sering Bicara Sendiri

Menulis dan Berimajinasi Bikin Saya Sering Bicara Sendiri

Dua aktivitas yang kerap saya lakukan adalah menulis dan berimajinasi. Keduanya, saling berkaitan. Sebab, banyak orang mengatakan bahwa seorang penulis itu identik dengan imajinasi. Penulis tidak akan lepas dari aktivitas melamun. Dan karenanya, penulis fiksi lahir.

Saya akui, jika penulis lain ketika sedang menulis artikel hasil dari kejujurannya, saya malah hasil dari proses melamun yang panjang. Dalam lamunan itu semacam membikin sebuah konsep. Saya sering melebih-lebihkan alias hiperbolatis. Dan sial, pembaca malah menganggap tulisan saya hasil dari observasi.

Saya berimajinasi saat saya akan tidur. Saya tidak bisa langsung tidur seperti beberapa teman saya yang cepat sekali saat mau tidur. Ada sekitar satu jam saya melamun dulu. Dan lamunan itu untuk konten tulisan saya selanjutnya.

Saya pernah membaca beberapa tweet. Orang lain juga ternyata sering berimajinasi dulu ketika dirinya mau tidur. Membayangkan masa depan ingin begini dan begitu. Tapi, apakah lamunan kalian itu untuk ditulis? Kalau saya iya. Dan kadang, ketika aktivitas berimajinasi memikirkan masa lalu, saya sering berteriak. Berbicara sendiri.

Baca juga: Tips Menulis Horor!

Saya pernah melakukan kegiatan seperti merekam suara saya sendiri untuk (nanti) tampil di depan publik. Tapi, sebenarnya, belum tentu kejadian kalau saya bakal tampil di depan banyak orang. Kalau memang iya ada jadwal tampil di depan publik, bicara sendiri atau merekam suara sendiri adalah latihan. Tapi ini tidak! Saya sering mengutuk diri saya sendiri. Dan, berbicara sendiri.

Selain sering berbicara sendiri di dalam kamar, pas jalan kaki pun demikian. Bahkan pernah kepergok ngomong sendiri oleh orang lain. Dan itu bikin saya malu.

Lantas, kenapa sih saya sering bicara sendiri? Saya tidak gila. Saya normal. Maksud saya, apakah sering ngomong sendiri memang dikarenakan kebiasaan saya sering menulis dan berimajinasi yang berlebihan?

Dalam istilah medis, dikutip dari alodokter.com orang yang sering berbicara sendiri disebut halusinasi. Maksudnya, orang tersebut sedang berhalusinasi. Ya, saya memang sering berhalusinasi.

Orang normal, saya yakin, pernah lah berhalusinasi. Tapi, apakah kalian ada di tahap di mana sering memukul tembok setelahnya? Sering berteriak? Sering memukul kepala sendiri? Saya iya. Seperti itu..

Saya tidak stress. Sebab, saya sering melakukan aktivitas yang menyenangkan. Diajak ngobrol, nyambung dan bikin nyaman seseorang. Setidaknya, pengakuan ini menurut pendapat beberapa orang yang pernah ngobrol sama saya.

Mungkin, seandainya punya uang banyak, saya ingin ke psikiater. Menanyakan, kenapa saya sering begini? Disebut, apakah saya kesepian? Ya, dalam beberapa hal, saya kesepian. Makanya, saya senang kalau ngobrol dengan teman-teman saya. Tapi, itu kan tidak bisa dilakukan setiap hari harus mengobrol dengan teman-teman. Mereka memiliki kesibukan.

Iya, kadang saya iri sama mereka yang bisa main kesana-kesini. Menghilangkan penatnya dengan liburan. Sementara saya hanya di rumah. Dan keluar rumah, hanya untuk berkunjung ke mesin ATM. Membeli kopi. Jalan-jalan sendiri. Me time.

Jika benar, menulis dan berimajinasi bisa bikin seseorang sering bicara sendiri. Saya mengiyakannya. Ini kejadian yang saya alami. Saya tidak tahu, kapan saya bisa nyaman dan tenang menjalani kehidupan ini.

Di sisi lain, saya bangga telah membikin ini-itu. Prestasi lumayan lah. Membanggakan, menurut orang lain. Dan saya sendiri menyadarinya. Tapi di sisi lainnya lagi, saya kesepian. Dan saya butuh sesering mungkin keluar rumah. Dan ngobrol dengan beberapa orang. Tapi, sayang, ini sedang pandemi.

BACA JUGA: Apakah Menjadi Seorang Penulis Itu Keren?

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url