5 Hal yang Harus Kamu Lakukan Ketika Naskah Ditolak Media Online

5 Hal yang Harus Kamu Lakukan Ketika Naskah Ditolak Media Online

Dulu, ketika naskah saya ditolak sama media online, saya sering kebingungan. Apa yang harus saya lakukan? Menulis berjam-jam dan hanya menerima email penolakan bikin saya sakit hati. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, saya memiliki beberapa cara ampuh ketika naskah saya ditolak.

Cara-cara di bawah ini cukup logis. Dan tentu saja sering saya lakukan. Tulisan ini saya tujukan buat para penulis yang sedang mencoba keberuntungan di media online. Langsung saja, simak baik-baik.

Ketika naskah ditolak media online: jangan sakit hati

Periode November-Desember, naskah saya sering dimuat. Dulu, dalam satu bulan, naskah saya hanya bisa tembus enam naskah. Sekarang, perbandingannya jauh. Bulan November saja sudah 17 naskah saya yang dimuat. Dan baru berjalan beberapa hari di Desember 2020 ini sudah ada 8 naskah lebih yang dimuat.

Nah, saat masa-masa naskah saya sering ditolak, saya memang awalnya sakit hati. Namun, lambat laun, mengingat banyak juga keluhan dari para penulis yang sering ditolak, saya jadi berpikir bahwa wajar saja sih. Karena penulis lain banyak yang ditolak juga naskahnya, berarti pikiran kayak ah saya punya banyak teman juga. Sehingga, tidak sakit hati. Malahan malah rajin memperhatikan naskah-naskah saya sebelumnya yang sering dimuat.

Orang yang naskahnya sering ditolak, lalu menyerah, adalah orang yang saya kira gagal. Saya dulu berkali-kali ditolak, dan terus mencoba, akhirnya tahu celah-celah agar bisa dimuat. Saya kira di artikel penulis Garut sebelumnya sudah pernah saya tulis tentang cara agar naskah bisa dimuat.

Jadi, hal pertama adalah jangan sakit hati. Sebab, bukan kamu saja yang merasakan ditolak. Banyak penulis lain juga yang mengalaminya.

Ketika naskah ditolak media online: perbaiki tulisanmu

Saya pribadi, jika ada email penolakan naskah masuk, hal yang selalu saya lakukan adalah mencatat begini di dalam naskah saya, "Poin-poinnya nggak sinkron dengan artikel" atau "Penyampaiannya buruk" atau "Kurang informatif".

Dengan mengetahui kekurangan naskah sendiri, praktis saya langsung memperbaikinya di kemudian hari. Memperbaiki tulisan sama dengan kita ingin berkembang. Kita ingin lebih baik lagi untuk menulis. Saya pikir mengendapkan naskah yang sudah ditolak, apalagi membuangnya, adalah hal yang keliru. Perbaiki saja.

Ketika naskah ditolak media online: kirim ke media online lain

Setelah diperbaiki, mungkin naskah kamu tidak cocok untuk mengirimkan kembali ke media online yang sudah menolak naskahmu. Coba cari keberuntungan di media online lain. Ada banyak kok media online yang siap menampung tulisan kita. Salah satunya, baca artikel yang pernah saya tulis di sini.

Mungkin tulisan kamu tidak masuk standar tulisan di media online A, tetapi apa salahnya mencoba mengirim artikel ke media online lain?

Ketika naskah ditolak media online: posting di blog pribadi

Ini adalah cara penulis blog yang sering mereka lakukan. Ketika naskahnya ditolak, buka akun blogger dan posting di blog pribadinya. Dengan menggunakan cara ini berarti kamu menghargai tulisanmu yang kamu tulis berjam-jam itu. Memang pembacanya (mungkin) tidak akan sebanyak ketika naskahmu diterima di media online, tetapi setidaknya kamu menghargai tulisanmu itu.

Saya memang tidak menggunakan cara ini sebab blog penulis Garut niche-nya dunia kepenulisan. Bukan untuk sambat tipe-tipe orang, pengalaman aku bla bla, dan lain sebagainya. Tapi, kalau kamu memliki blog gado-gado, post aja naskah kamu yang ditolak itu di blog pribadi.


Ketika naskah ditolak media online: diskusikan dengan redaktur media online yang kamu tuju

Ini adalah langkah tepat. Coba sesekali naskah kamu yang ditolak itu diskusikan dengan redaktur media online yang kamu tuju. Mereka bakal welcome kok buat kemajuan para penulisnya. Jangan malu, itu kuncinya.

Masih banyak mungkin penulis yang canggung, malu dan yaudah lah kalau ditolak mah. Akan tetapi, sesekali kamu coba deh ngobrol dengan mereka. Saya yakin, mereka setidaknya bakal ngasih tahu.

Saya juga alhamdulilah ada kontak salah satu redaktur media online yang saya tuju. Dia selalu diskusi dengan saya. Di kasih tahu begini dan begini. Sehingga, saya merasa banyak belajar kepadanya. Awalnya memang terasa canggung, tapi mereka juga manusia biasa. Kita butuh mereka, dan mungkin mereka butuh penulis juga buat kemajuan medianya.

Barangkali, itulah 5 hal yang harus kamu lakukan ketika naskah kamu ditolak media online.

Artikel Selanjutnya Postingan Selanjutnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url